Dari Infeksi, Pingsan, hingga Meninggal
Sejumlah perempuan mesti menanggung risiko setelah menjalani praktik kecantikan ilegal. Mulai dari infeksi akibat sulam lesung pipi, pingsan setelah infus pemutih, hingga nyawa melayang karena suntik silikon ke payudara.
Bekas luka kecoklatan samar-samar tampak di pipi kanan Iis Pera (23) sewaktu kami berjumpa, Jumat (18/2/2022) larut malam. ”Noda” tersebut sebenarnya bekas luka, yang sebelum ditangani dokter berwujud bengkak berisi nanah.
Ini bermula dari hasrat Vera, sapaan karib Iis Pera, menyempurnakan keelokan raga secara gegabah lewat sulam lesung pipi. Ia sempat mengunggah pengalamannya di media sosial agar pelajaran pahit itu tidak dicecap orang lain. Cukup dia saja. ”Banyak yang nge-DM (mengirim pesan pribadi lewat media sosial) juga, banyak yang (mengalami) kasus sama, bahkan lebih (parah),” ucap ibu rumah tangga di Cianjur, Jawa Barat, ini.
Vera bercerita, sekitar tahun 2019 ia bekerja sebagai perias wajah di Jakarta. Kebetulan, sulam lesung pipi kala itu sedang tren dan ia melihat lesung pipi buatan pada sejumlah kawannya bagus. Ia pun ingin hal serupa.
Seorang klien praktik sulam lesung pipi ilegal, Iis Pera (23), mengunggah video tentang dampak praktik tersebut ke Tiktok. Ia menyulam pipinya di sebuah studio sambung bulu mata di Jakarta Selatan. Pipinya bengkak, infeksi, dan bernanah setelahnya.
Suatu saat, ia datang ke salon sambung bulu mata (eyelash extention) langganannya di Jakarta Selatan untuk perbaikan gigi. Namun, pemilik salon tiba-tiba juga menawarkan sulam lesung pipi. Gayung bersambut. Apalagi, ia sebelumnya sudah memantau media sosial salon tersebut yang memperlihatkan foto hasil pengerjaan. Meyakinkan.
”Langsung saja gitu tanpa pikir lagi soalnya sudah lihat before-after (sebelum dan sesudah) di medsos dia,” ujar Vera. Ia setuju dibuatkan lesung pipi di kiri dan kanan dengan total biaya Rp 600.000. Padahal, ia sadar pemilik salon bukanlah tenaga medis.
”Kamar operasi” salon itu berupa satu ruang berisi dua tempat tidur. Vera berbaring di atas salah satunya, dengan lampu menyorot wajahnya. Vera menerima suntikan bius terlebih dahulu. Beberapa menit kemudian, jarum menusuk pipinya untuk meloloskan benang yang mirip benang sol sepatu tersebut.
Setelah tindakan tersebut, lesung pipi baru muncul sekitar tiga bulan. Namun, delapan bulan seusai disulam, bengkak muncul di bagian dalam pipinya. Jika nanah sudah keluar, pipi Vera kempes kembali. Namun, kondisi itu terus berulang setidaknya hingga 10 kali.
Akhir 2021, Vera tidak tahan lagi karena bengkak menjalar ke bekas tusukan benang bagian luar. Ia pun pergi ke klinik kecantikan di Cianjur agar benang dicabut.
Vera pernah mengeluh kepada pemilik salon dan dibiayai berobat ke salah satu dokter umum. Ia menerima suntikan antibakteri, tetapi tidak mempan untuk menghentikan bengkak yang berisi nanah itu.
Akhir 2021, Vera tidak tahan lagi karena bengkak menjalar ke bekas tusukan benang bagian luar. Ia pun pergi ke klinik kecantikan di Cianjur agar benang dicabut. Uang Rp 1,5 juta dikeluarkannya demi mengakhiri siklus bengkak dan nanah di pipi, dua setengah kali lipat dari tarif sulam asal-asalan dua tahun sebelumnya.
Pingsan
Hasrat mengejar sempurna dengan biaya rendah juga mendera Rika Amelia (20), pekerja pabrik di Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat. Ia mesti menahan lemas, pusing, dan muntah. Tangannya juga sempat bengkak. Itu semua efek layanan infusewhitening(infus pemutih) di tempat yang tidak jelas legalitasnya, demi mendapatkan kulit yang lebih putih.Perkara bermula dari perjumpaan Rika dengan akun bernama Bintang Aira Bilqis di Facebook, yang mengiklankan jasa infus pemutih dengan harga Rp 1,2 juta untuk empat kali infus. Setelah berkomunikasi, si penawar jasa yang kemudian diketahui bernama Inah itu menawarkan iming-iming potongan harga menjadi Rp 900.000 disertai bonus pil pemutih badan jika bertransaksi pekan itu juga.Takut kehilangan kesempatan mendapat diskon, Rika langsung sepakat melakukan infus keesokan harinya, Selasa (9/11/2021), ke tempat praktik sekaligus rumah Inah di Bantargebang. Efek pusing, mual, hingga pingsan dialami Rika seusai suntikan pertama.
Ia menyerah dan hanya kuat diinfus tiga kali. Rasa curiga mulai terbit. ”Ini jadinya putih enggak, malah buang-buang uang, sih,” katanya.Kecurigaan bertambah karena pil pemutih dari Inah berupa kapsul bertuliskan ”itrasal”. Dari penelusuran, Rika tidak menemukan indikasi kegunaan untuk memutihkan badan pada produk itrasal.Saat ditanya, Inah menyebut obat itu adalah racikan pribadi dan hanya menggunakan cangkang kapsul itrasal sebagai wadah. Di lain kesempatan, Inah juga membenarkan bahwa obat tersebut memang itrasal yang punya fungsi untuk memutihkan badan. Dari sini, Rika sadar layanan Inah tidak beres.
Meninggal akibat silikonNasib lebih tragis dialami Rahayu (34) karena harus tutup usia akibat praktik kecantikan ilegal. Tangan RR alias Windi (54) yang mengantarkan maut bagi perempuan asal Indramayu, Jawa Barat, itu lewat suntikan silikon untuk memperbesar payudara.Windi, seorang transpuan tanpa keahlian bidang kesehatan, sebelumnya pernah melakukan prosedur yang populer disebut filler payudara tersebut kepada Rahayu tahun 2004. Namun, Rahayu tidak mendapat masalah apa pun.Lebih dari satu dekade kemudian, Rahayu merasa dadanya kendur sehingga meminta Windi menyuntiknya lagi. Keduanya membuat janji berjumpa di sebuah hotel di Mangga Besar, Tamansari, Jakarta Barat, Jumat (18/2/2022). Tarif Rp 4 juta disepakati untuk jasa filler payudara tersebut.Windi menyuntikkan silikon yang dibeli dari toko kimia sebanyak 500 mililiter per payudara kepada Rahayu yang berbaring di kasur kamar hotel. Cukup 15 menit untuk menuntaskan layanan jemput bola ini, kemudian Windi pulang ke kontrakannya di Cikupa, Kabupaten Tangerang, Banten.
Beberapa jam setelah ditinggal, Rahayu mengirim pesan kepada Windi, ia merasa ada yang tidak beres, tetapi enggan periksa ke fasilitas kesehatan. Sabtu (19/2/2022) siang, petugas hotel mendapati Rahayu sudah tak bernyawa di atas kasur, dengan kondisi tanpa busana dan terdapat beberapa bekas luka di payudara korban.Polisi menangkap Windi di kontrakannya di Cikupa, Senin (21/2/2022). Saat menelusuri tempat tinggal Windi di Cikupa, tidak ada petunjuk bahwa dia menawarkan jasa kecantikan. Rekannya sesama transpuan, Rossa (36), menuturkan, Windi tidak pernah terbuka ketika dia mendapat pesanan filler.Dokter pemilik klinik kecantikan, Richard Lee, berpendapat, regulasi yang mengatur praktik medis bidang kecantikan sudah lengkap, mulai dari penyedia jasa hingga bahan yang digunakan. ”Yang jadi masalah adalah masyarakat enggak tahu, nih, yang dokter asli itu yang bagaimana. Nah, informasi seperti ini enggak masif ada di masyarakat,” ujar Richard.