Timur Tengah dan Dunia Tak Mampu Hadapi Satu Perang Lagi
Sekretaris Jenderal PBB António Guterres meminta semua pihak terlibat aktif mencegah eskalasi konflik di Timur Tengah.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
NEW YORK, SENIN — Semua pihak terus bekerja untuk meredam gejolak baru yang mungkin ditimbulkan akibat serangan balasan Iran ke Israel. Kawasan Timur Tengah dan dunia tidak akan mampu menghadapi satu perang lagi. Timur Tengah masih bergolak akibat perang Israel-Hamas di Jalur Gaza. Dunia juga masih menghadapi perang Ukraina-Rusia yang belum kunjung berakhir.
Sejauh ini kabinet perang Israel telah bertemu meski belum ada keputusan soal langkah mereka selanjutnya. Amerika Serikat, sekutu Israel, telah menyatakan tidak akan turut serta apabila Israel kembali membalas serangan Iran.
Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa menggelar rapat darurat untuk membahas perkembangan terakhir di Timur Tengah pada Minggu (14/4/2024) malam waktu setempat atau Senin (15/4/2024) waktu Indonesia. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres mengingatkan negara anggota bahwa Piagam PBB melarang serangan terhadap integritas teritorial suatu negara. Selain itu, prinsip kekebalan bagi pejabat diplomat dan konsulat harus dihormati.
”Sekarang waktunya untuk mundur dari jurang. Amat penting menghindari tindakan apa pun yang bisa memicu konfrontasi milter besar-besaran berbagai kubu di Timur Tengah. Warga sipil sudah menderita dan selalu menjadi yang paling terdampak,” kata Guterres seperti dikutip Al Jazeera.
”Kita (anggota DK PBB) memiliki tanggung jawab bersama untuk terlibat aktif melibatkan semua pihak terkait untuk mencegah eskalasi lebih lanjut,” ujar Guterres.
Pada 14 April, Iran meluncurkan lebih dari 300 pesawat nirawak dan rudal ke wilayah Israel. Eskalasi konflik Iran-Israel dikhawatirkan memicu perang meluas di Timur Tengah.
Rusia, China, Perancis, dan Jerman, serta Mesir, Qatar, Turki, dan Uni Emirat Arab mendesak agar Israel dan Iran menahan diri. Para pihak terkait diminta mengedepankan pendekatan politik untuk mendinginkan situasi di Timur Tengah.
Kita (anggota DK PBB) memiliki tanggung jawab bersama untuk terlibat aktif melibatkan semua pihak terkait untuk mencegah eskalasi lebih lanjut.
Adapun Presiden Amerika Serikat Joe Biden mengingatkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bahwa Washington tidak akan ambil bagian jika Israel melancarkan serangan balasan ke Iran. Pembicaraan Biden dan Netanyahu itu diungkap salah satu pejabat AS.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby tidak membantah informasi tentang isi pembicaraan Biden dan Netanyahu. Menurut Kirby, AS akan tetap membantu Israel mempertahankan diri, tetapi AS tidak menginginkan perang.
Serangan Iran merupakan aksi balasan terhadap serangan udara Israel ke kompleks Kedutaan Besar Iran di Damaskus, Suriah, pada 1 April. Serangan Israel itu menewaskan dua jenderal Iran, salah satunya Mohammad Reza Zahedi yang merupakan Kepala Brigade Quds Garda Revolusi Iran (IRGC) untuk wilayah operasi Palestina, Suriah, dan Lebanon.
Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan, Teheran telah memberi tahu Washington bahwa serangan terhadap Israel akan dilakukan secara terbatas untuk mempertahankan diri. Menurut dia, Teheran juga telah menginformasikan rencana serangan itu 72 jam sebelumnya kepada para negara tetangga.
Adapun Presiden Iran Ebrahim Raisi mengklaim telah memberikan pelajaran kepada Israel. Ia memperingatkan, jika Israel coba-coba mengganggu lagi kepentingan Teheran, dengan menyesal Iran akan melancarkan serangan yang lebih besar.
Di pihak lain, Israel mengklaim sistem pertahanan udara berlapis berhasil menghadang 99 persen serangan Iran. Pesawat nirawak dan rudal Iran hanya mengakibatkan sebuah pangkalan udara di Israel selatan rusak ringan. Selain itu, seorang anak berumur 7 tahun dilaporkan mengalami luka parah akibat terkena pecahan peluru.
Pejabat militer dan anggota Kabinet Perang Israel mengindikasikan ada negara lain yang ikut menghadang serangan Iran. Meski demikian, mereka tidak mau menjelaskan secara rinci mengenai hal tersebut.
Menteri Luar Negeri Jordania Ayman Safadi mengatakan telah memanggil Duta Besar Iran untuk memprotes pernyataan Teheran terkait serangan Iran kepada Israel. Safadi merujuk kepada pejabat Iran yang menyatakan Jordania bakal menjadi target serangan selanjutnya apabila negara itu bekerja sama dengan Israel.
Kabinet Jordania mengeluarkan pernyataan bahwa sistem pertahanan Jordania mencegat sejumlah obyek asing yang memasuki wilayah udara mereka demi menjamin keselamatan warga. Beberapa pecahan rudal jatuh di wilayah Jordania, tetapi tidak menimbulkan korban.
Serangan Iran terhadap Israel mendapat sambutan positif dari warga Gaza. Sejak 7 Oktober 2023, serbuan Israel telah mengakibatkan 33.000 orang tewas. Selain itu, perang juga telah membuat lebih dari 1 juta orang di Gaza terancam kelaparan.
”Kami mengalami pembantaian selama lebih dari enam bulan, tetapi tidak ada (negara lain) yang berani melakukan sesuatu. Sekarang Iran, setelah konsulatnya diserang, membalas Israel,” kata salah satu warga Gaza, Majed Abu Hamza (52).
Saat ini Israel tengah merancang serbuan ke Rafah, kota di Gaza selatan. AS tidak setuju dengan rencana tersebut. Namun, Netanyahu berkeras serangan harus dilakukan demi meraih kemenangan mutlak atas Hamas.
Rafah dipadati 1,4 juta warga Gaza yang mengungsi dari kota lain karena terdesak oleh serangan militer Israel. Sejumlah pihak memperingatkan serangan Israel ke Rafah bakal membuat warga sipil menjadi korban.
Perundingan gencatan senjata antara Israel dan Hamas yang tengah berlangsung di Kairo, Mesir, menemui jalan buntu. Israel ingin Hamas melepaskan warga yang disandera, tetapi mereka menyatakan akan terus melanjutkan perang untuk menumpas Hamas.
Pada 14 April Hamas menyatakan siap menukar 133 sandera dengan ratusan warga Palestina yang dipenjara Israel. Namun, mereka meminta setelah pertukaran dilakukan perang harus segera diakhiri. (AP/REUTERS)