Perserikatan Bangsa-Bangsa dan sejumlah negara menyerukan agar semua pihak menahan diri.
Oleh
IWAN SANTOSA
·4 menit baca
NEW YORK, SABTU - Meskipun tidak ada serangan lanjutan, situasi di kawasan Timur Tengah masih ”panas”. Seiring saling klaim keberhasilan baik Iran maupun Israel, kedua belah pihak masih bersemuka, saling ancam.
Di tengah situasi yang masih cair itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mendesak semua pihak yang berkepentingan untuk menahan diri. Sekretaris Jenderal PBB António Guterres dan Presiden Majelis Umum PBB Dennis Francis, Sabtu (13/4/2024), di Markas PBB di New York, Amerika Serikat, menegaskan, semua pihak harus menahan diri. Kawasan Timur Tengah serta dunia, menurut mereka, tidak lagi mampu menghadapi peperangan baru.
”Saya mendesak penghentian kekerasan segera,” kata Guterres, Sabtu petang, beberapa saat setelah Iran melancarkan serangan ratusan drone dan rudal ke Israel.
Dewan Keamanan (DK) PBB pun segera mengagendakan Rapat Darurat pada pukul 16.00 waktu setempat (Minggu, 14 April pukul 16.00 WIB) untuk membahas perkembangan terakhir di Timur Tengah.
”Tanggapan Iran membuat rentan situasi yang sudah tegang di Timur Tengah,” kata Francis dalam kesempatan terpisah dengan Sekjen PBB. Untuk itu, dia mendesak semua pihak menahan diri untuk mencegah eskalasi.
Menahan diri
Sejumlah negara juga menyerukan agar para pihak menahan diri. Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Rusia pada Minggu (14/4) pagi mendesak semua pihak mengambil pendekatan diplomatik. ”Kami berharap negara-negara di kawasan menyelesaikan persoalan secara politis melalui jalur diplomatik. Kami sangat prihatin dengan eskalasi kekerasan yang sangat berbahaya di Timur Tengah,” demikian Kemenlu Rusia.
Kemenlu Rusia menambahkan, minimnya penyelesaian masalah dalam berbagai krisis di Timur Tengah dengan pusat masalah konflik Israel- Palestina dapat menimbulkan gangguan stabilitas. Menlu Rusia Sergey Lavrov menggarisbawahi kecaman terhadap serangan Israel di Suriah yang menewaskan jenderal Iran sebagai pangkal masalah.
Rusia menilai, serangan Iran sejatinya adalah bentuk pembelaan diri setelah konsulat mereka di Damaskus diserang Israel, 1 April lalu.
Sebagaimana Rusia, Kemenlu China menyatakan keprihatinan atas eskalasi konflik Israel-Iran menyusul serangan balasan Iran ke Israel. China mendesak para pihak menahan diri dan mencegah eskalasi berlanjut.
Kemenlu China dalam keterangan tertulis menyatakan, masyarakat internasional terutama negara berpengaruh untuk menjalankan peran konstruktif untuk menjaga perdamaian dan stabilitas Timur Tengah.
”Ini adalah lanjutan dari konflik di Jalur Gaza sehingga resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 2728 harus segera dilaksanakan dan konflik diakhiri sekarang juga,” demikian keterangan Kemenlu China. Resolusi DK PBB Nomor 2728 adalah gencatan senjata segera antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza.
Sementara Kemenlu Mesir mengeluarkan pernyataan keprihatinan mendalam terkait serangan Iran ke Israel dan mendesak kedua belah pihak menahan diri. Mesir tidak memberikan pernyataan mengecam Iran.
Kemenlu India juga memberikan pernyataan senada, menyatakan keprihatinan atas eskalasi kekerasan antara Israel dan Iran yang mengancam kedamaian dan keamanan kawasan.
India mendesak deeskalasi, menahan diri, menjauhi kekerasan, dan kembali ke jalur diplomasi. India terus memantau perkembangan dan Kedutaan Besar India di kawasan terus berkomunikasi dengan komunitas India di sana. Kemenlu India mengakhiri pernyataannya dengan menggarisbawahi pentingnya menjaga keamanan dan stabilitas di Asia Barat.
Adapun Kemenlu Arab Saudi mengeluarkan pernyataan keprihatinan atas eskalasi militer di kawasan dan kemungkinan kekerasan berkelanjutan setelah serangan drone dan rudal Iran ke Israel.
Dalam akun media sosial X milik Kemenlu Arab Saudi, negara itu juga menegaskan agar PBB mengambil peran menjaga perdamaian dan keamanan di kawasan yang sensitif, seperti Timur Tengah, demi kedamaian dunia.
”Mencegah lebih lanjut hal- hal yang membuat situasi memburuk dan adanya dampak tidak terperi jika situasi semakin buruk,” demikian pernyataan tersebut.
Times of Israel menyatakan, serangan Iran ke Israel akan membawa Amerika Serikat kembali mendekat ke Israel sebagai sekutu lama. Saat ini, Amerika Serikat menjauh karena Israel terus menggempur Jalur Gaza yang mengakibatkan lebih dari 33.000 warga tewas, didominasi perempuan dan anak-anak.
Lebih dari 1 juta warga Palestina di Jalur Gaza juga kelaparan karena pengepungan oleh militer Israel yang sudah berlangsung enam bulan.
Klaim
Pihak Iran mengklaim, serangan yang dilakukan sudah mencapai target. Sementara pihak Israel mengklaim berhasil menangkal semua serangan Iran.
Pada serangan Iran kemarin, militer Amerika Serikat, Jordania, dan Inggris terlibat dalam menangkal serangan Iran ke Israel.
Adapun Perwakilan Tetap Iran di Markas Besar PBB di New York City menyatakan, serangan terhadap Israel sudah dituntaskan. Melalui media sosial X, mereka menjelaskan, Iran berpegang pada Artikel 51 Piagam PBB tentang hak membela diri untuk membenarkan serangan atas Israel. Serangan tersebut merupakan balasan atas serangan Israel ke Konsulat Iran di Damaskus.
”Namun, jika rezim Israel melakukan kesalahan lain, Iran akan menyikapi dengan lebih tegas,” demikian keterangan pihak Iran.
Sementara itu, Israel dan sejumlah negara lain, seperti Irak, Jordania, dan Lebanon, kembali membuka ruang udara mereka. Meskipun demikian, sejumlah maskapai masih menunggu perkembangan lebih lanjut sebelum memulihkan rute penerbangan mereka menuju Israel dan sekitarnya.