”Drone” Tempur Iran Versus Pertahanan Berlapis Israel
Bagi Israel, serangan ”drone” dan rudal balistik Iran menimbulkan tantangan baru bagi sistem pertahanannya.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
JERUSALEM, MINGGU — Iran menyerang Israel secara langsung pada Minggu (14/4/2024). Iran meluncurkan ratusan pesawat nirawak dan rudal ke arah Israel. Israel mengandalkan sistem pertahanan udara yang berlapis untuk menghadang serangan tersebut.
Juru Bicara Militer Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari menyebut, Iran meluncurkan setidaknya 200 pesawat nirawak (drone) dan rudal ke wilayah Israel. Serangan itu menimbulkan kerusakan pada sejumlah fasilitas militer Israel dan melukai sejumlah warga.
Seperti apa kemampuan persenjataan Iran yang diluncurkan ke Israel? Media Israel, The Times of Israel menjelaskan, Iran telah lama mengembangkan sistem persenjataan rudal balistik dan pesawat nirawak. Program itu membuat khawatir negara-negara Barat.
Iran merancang rudal balistik yang ditembakkan dari wilayah Iran akan memakan waktu 12 menit untuk mencapai sasaran. Sementara rudal jelajah akan memakan waktu dua jam dan drone akan mencapai sasaran dalam sembilan jam.
Menurut Direktur Intelijen Nasional AS, Iran memiliki persenjataan rudal balistik dalam jumlah terbesar di kawasan Timur Tengah. Kantor berita Iran, ISNA, menerbitkan grafik yang menunjukkan sembilan rudal Iran yang dikatakan dapat mencapai Israel dalam waktu cepat.
Beberapa di antaranya adalah Sejil, Kheibar, dan Haj Qasem. Rudal Sejil mampu terbang dengan kecepatan lebih dari 17.000 kilometer (km) per jam dengan jangkauan 2.500 km. Kheibar memiliki daya jangkau hingga 2.000 km, sementara Haj Qasem mampu meluncur hingga 1.400 km.
Asosiasi Pengendalian Senjata menyebut, Iran juga memiliki rudal balistik jarak pendek dan menengah. Di antaranya Shahab-1 dengan perkiraan jangkauan 300 km, Zolfaghar dengan jarak jangkauan 700 km, Shahab-3 yang mampu menjangkau sasaran sejauh 800-1.000 km, dan Emad-1 yang sedang dikembangkan dengan jangkauan hingga 2.000 km.
Iran menyatakan, rudal balistik yang dimiliki merupakan kekuatan pencegah dan pembalasan yang penting terhadap Amerika Serikat, Israel, dan target potensial regional lainnya. Pada Juni 2023, Kantor berita resmi Iran, IRNA, melaporkan, Iran memamerkan rudal balistik hipersonik pertama yang dibuat di dalam negeri. Rudal hipersonik dapat terbang setidaknya lima kali lebih cepat dari kecepatan suara dan memiliki lintasan yang kompleks sehingga sulit untuk dicegat.
Selain rudal balistik, Iran memiliki rudal jelajah, seperti Kh-55, senjata berkemampuan nuklir yang diluncurkan dari udara dengan jangkauan hingga 3.000 km. Selain itu, ada pula Khalid Farzh yang berdaya jangkau sekitar 300 km dan mampu membawa hulu ledak seberat 1,1 ton.
Iran juga memiliki kekuatan drone yang tidak bisa diremehkan. Pada Agustus 2023, Iran menyatakan berhasil memproduksi sendiri drone yang canggih. Drone itu bernama Mohajer-10 dengan jangkauan operasional 2.000 km dan mampu terbang hingga 24 jam dengan muatan hingga 300 kilogram (kg). Adapun drone yang diluncurkan ke Israel adalah Shahed-136.
Tantangan Israel
Bagi Israel, serangan drone dan rudal balistik Iran menimbulkan tantangan baru bagi sistem pertahanannya. Sistem pertahanan Israel selama enam bulan terakhir bekerja ekstra keras mengatasi serangan roket, drone, dan rudal dari Hamas dalam perang di Jalur Gaza.
Israel mengandalkan sistem pertahanan berlapis yang terdiri atas sejumlah sistem. Yang pertama adalah Arrow. Sistem yang dikembangkan bersama AS ini dirancang untuk mencegat rudal jarak jauh, termasuk jenis rudal balistik yang menurut Iran diluncurkan ke Israel pada Sabtu.
Arrow beroperasi di luar atmosfer. Sistem ini juga digunakan Israel untuk mencegat rudal jarak jauh yang diluncurkan kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Lapisan pertahanan berikutnya adalah David’s Sling. Sistem yang juga dikembangkan bersama AS itu dimaksudkan untuk mencegat rudal jarak menengah, seperti rudal yang dimiliki kelompok Hezbollah di Lebanon.
Berikutnya ada Patriot. Sistem buatan AS ini adalah yang tertua dari sistem pertahanan rudal Israel. Sistem ini digunakan pada Perang Teluk I pada 1991 untuk mencegat rudal Scud yang ditembakkan pemimpin Irak saat itu, Saddam Hussein. Patriot sekarang digunakan untuk menembak jatuh pesawat, termasuk pesawat nirawak.
Sistem berikutnya disebut Iron Dome. Sistem yang dikembangkan Israel dengan dukungan AS itu berspesialisasi dalam menembak jatuh roket jarak pendek. Iron Dome telah mencegat ribuan roket sejak diaktifkan awal dekade lalu, termasuk roket dalam perang melawan Hamas dan Hezbollah saat ini. Israel mengatakan, tingkat keberhasilannya lebih dari 90 persen.
Sistem pertahanan terbaru Israel disebut Iron Beam. Israel sedang mengembangkan sistem baru untuk mencegat ancaman yang masuk dengan teknologi laser.
Israel mengungkap, sistem ini akan membawa perubahan besar karena pengoperasiannya jauh lebih murah dibandingkan dengan sistem yang sudah ada. Namun, saat ini sistem tersebut belum dapat dioperasikan.
Sistem pertahanan Israel sebelumnya dirancang untuk mampu mengatasi rudal balistik. Namun, dalam serangan besar-besaran yang melibatkan banyak pesawat nirawak dan rudal, seperti yang diluncurkan Iran pada Sabtu malam, kemungkinan serangan berhasil lebih tinggi.
Meski begitu, militer Israel mengatakan siap untuk mempertahankan diri dari serangan pesawat tak berawak besar-besaran yang diluncurkan oleh Iran. Laksamana Hagari mengatakan, militer memantau dengan cermat pesawat nirawak Iran yang menuju ke Israel. (AP/AFP/REUTERS)