Tawaran AS kepada Jepang untuk mendarat di Bulan tidak terjadi tiba-tiba. Hubungan dua negara tumbuh erat berkat sakura.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
AstronotJepang bakal menjadi orang pertama selain Amerika Serikat yang menginjakkan kaki di Bulan. Kerja sama AS dan Jepang dapat terpelihara dan tumbuh semakin erat salah satunya berkat bunga sakura.
Hal itu diumumkan Presiden AS Joe Biden saat bertemu Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida, di Washington, Rabu (10/4/2024) petang atau Kamis (11/4/2024) waktu Indonesia. Tawaran kepada Jepang diberikan Washington yang ingin memperkuat hubungan dengan sekutu terpentingnya di Asia.
”Dua astronot Jepang akan bergabung dengan misi AS (mendarat di Bulan) di masa depan. Satu astronot akan menjadi orang pertama di luar AS yang menginjakkan kaki di Bulan,” kata Biden dalam konferensi pers bersama Kishida.
Kishida menyebut tawaran itu sebagai pencapaian besar. Sebagai rasa terima kasih, Jepang akan memasok sebuah rover atau wahana penjelajah untuk mendukung program pendaratan AS di Bulan.
Kerja sama AS dan Jepang dalam misi pendaratan ke Bulan bakal membuat serial televisi Star Trek seperti menjadi kenyataan. Aktor keturunan Jepang, George Takei, memerankan Hikaru Sulu di Star Trek pada 1965.
AS tak akan lagi berjalan sendirian di Bulan.
”Izinkan saya untuk menutupnya dengan mengutip dialog dari Star Trek, yang pastinya Anda semua sudah tahu, ’untuk yang dengan berani pergi ke tempat yang tak pernah didatangi’,” ucap Kishida.
Badan Penerbangan dan Antariksa AS (NASA) lewat program Artemis berupaya kembali mendaratkan manusia ke Bulan untuk pertama kali dalam 50 tahun terakhir. Pada 1969-1972, program Apollo berhasil mengantarkan 12 astronot AS, semuanya kulit putih, menginjakkan kaki di Bulan.
Lewat program Artemis, NASA akan mengantar perempuan dan orang kulit berwarna untuk pertama kalinya menginjakkan kaki di Bulan. Artemis juga bertujuan membangun fasilitas yang berkelanjutan di Bulan sebelum misi ke Planet Mars.
”AS tak akan lagi berjalan sendirian di Bulan,” kata administrator NASA, Bill Nelson, lewat akun media sosial X.
Misi Artemis 3 untuk mendaratkan astronot di Bulan akan dilakukan pada 2026. Program itu bertujuan mengeksplorasi kutub selatan Bulan yang diperkirakan memiliki kandungan air es yang besar untuk menopang kehidupan manusia di Bulan. Kandungan air itu sekaligus diolah untuk dijadikan bahan bakar hidrogen guna mendukung perjalanan manusia menuju Mars.
”Diplomasi baik untuk penemuan (luar angkasa). Dan, penemuan (luar angkasa) baik untuk diplomasi,” ucap Nelson.
Berkat sakura
Tawaran AS kepada Jepang untuk mendarat di Bulan tidak terjadi tiba-tiba di ruang hampa. Itu merupakan buah dari hubungan kerja sama dua negara yang telah lama berlangsung.
Sejak satu abad yang lalu, Jepang telah memberikan lebih dari 3.000 pohon bunga sakura kepada AS. Bunga itu kebanyakan ditanam di danau buatan dekat Jefferson Memorial, Washington.
Festival Bunga Sakura digelar setiap Maret-April untuk memamerkan keindahan sakura mekar kepada warga dan wisatawan di Washington. Tokyo akan mengirim lagi 250 pohon sakura guna menggantikan sejumlah pohon yang ditebang untuk proyek rehabilitasi tanggul di Washington.
”Saya yakin, seperti bunga sakura, aliansi Jepang dan AS akan bertumbuh semakin besar dan kuat,” kata Kishida.
Misi Artemis I diluncurkan pada November 2022. NASA memberangkatkan wahana antariksa tanpa awak Orion yang mengangkut tiga maneken untuk mengitari Bulan selama 25 hari dengan jarak terdekatnya kurang dari 128,7 kilometer dari permukaan Bulan.
Tujuan misi Artemis I adalah melihat kesiapan roket peluncur dan Orion untuk membawa antariksawan bolak-balik Bumi-Bulan, bukan sekali jalan seperti misi Apollo yang mendaratkan manusia sebelumnya. Orion berhasil kembali ke Bumi dan mendarat di Samudra Pasifik pada 12 Desember 2022.
Setelah Artemis I sukses, misi akan berlanjut ke Artemis 2 untuk menerbangkan manusia mengelilingi Bulan pada 2025 dan Artemis 3 untuk mendaratkan manusia di Bulan pada 2026. Dengan kendaraan penjelajah buatan Jepang, astronot bisa mengeksplorasi permukaan Bulan sampai 30 hari.
Pada Desember 2013, China berhasil mendarat di sisi dekat Bulan yang menghadap ke Bumi dengan wahana tanpa awak Chang’e 3. Pada Januari 2019, Chang’e 4 berhasil mendarat di sisi jauh Bulan. Wahana tanpa awak itu membawa tumbuhan kapas sebagai bagian dari eksperimen untuk melihat kemungkinan menumbuhkan tanaman di Bulan. Sayang, tanaman itu kemudian mati.
Adapun India menjadi negara pertama yang berhasil melakukan pendaratan di kutub selatan Bulan pada Agustus 2023 lewat misi Chandrayaan-3. Itu merupakan upaya kedua India untuk mendaratkan wahana luar angkasa tanpa awak di Bulan. Wahana penjelajah Pragyan mengonfirmasi keberadaan belerang, aluminium, besi, kalsium, kromium, titanium, mangan, oksigen, dan silikon di permukaan Bulan.
Beberapa hari sebelumnya, Rusia gagal mendaratkan wahana di kutub selatan Bulan. Roscosmos, lembaga antariksa Rusia, menyebut kegagalan itu terjadi karena jeda misi yang cukup lama setelah mereka mendaratkan wahana antariksa Luna-24 di Bulan pada 1976 (Kompas, 24/8/2023).
Prestasi India kemudian disusul oleh Jepang yang berhasil mendarat di kutub selatan Bulan pada Januari 2024. Jepang menggunakan Wahana Pendarat Cerdas untuk Penyelidikan Bulan (Smart Lander for Investigating Moon/SLIM).
Menurut Badan Eksplorasi Antariksa Jepang (JAXA), SLIM mampu melakukan pendaratan secara presisi dengan andal. Selama ini, peluncuran wahana antariksa ke Bulan dilakukan dengan tujuan mendarat di lokasi mana pun bisa mendarat. Namun, dengan SLIM, manusia bisa mengatur untuk mendarat di lokasi yang diinginkan. (AFP/REUTERS)