Israel dan AS Bersiap Hadapi Serangan Balasan Iran
Iran mengancam akan melakukan serangan ke sejumlah kedubes Israel sebagai balasan terhadap tewasnya dua jenderal mereka.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
TEL AVIV, SENIN — Israel dan Amerika Serikat bersiap menghadapi serangan balasan Iran. Negara itu memperingatkan akan melancarkan serangan ke sejumlah kedutaan besar Israel sebagai balasan terhadap serangan udara Israel pada 1 April 2024 yang menewaskan dua jenderal Quds Garda Revolusi Iran atau IRGC.
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant, Minggu (7/4/2024) malam waktu setempat atau Senin (8/4/2024) waktu Indonesia, menyatakan, Israel siap menghadapi skenario apa pun yang mungkin timbul dengan Iran. Hal itu diungkapkan Galant setelah menggelar pengkajian situasi operasi dengan sejumlah pejabat senior militer.
Kepala Angkatan Bersenjata Israel Herzi Halevi mengatakan, Israel tahu cara menghadapi Iran, baik secara defensif maupun ofensif. ”Kami tahu caranya bertindak tegas terhadap Iran, baik di wilayah yang dekat maupun jauh. Dalam melakukan operasi, kami bekerja sama dengan Amerika Serikat dan mitra strategis di kawasan,” ujarnya di televisi.
Sebelumnya, pada hari yang sama, penasihat senior pemimpin tertinggi Iran, Yahya Rahim Safavi menyatakan, tak akan ada kedutaan besar Israel yang aman. Ia menegaskan, Teheran memandang konfrontasi dengan Israel sebagai sesuatu yang sah dan sesuai dengan hak mereka.
Pada 1 April terjadi serangan ke kompleks Kedutaan Besar Iran yang menewaskan 16 orang. Dua jenderal Iran, Mohammad Reza Zahedi dan Mohammad Hadi Haji Rahimi, menjadi korban tewas. Iran menuding serangan itu dilakukan oleh F-35 Israel.
Zahedi adalah Kepala Brigade Quds IRGC untuk wilayah operasi Palestina, Suriah, dan Lebanon. Dia adalah pejabat militer dengan pangkat paling tinggi yang terbunuh sejak serangan misil AS di Bandara Baghdad, Irak, pada 2020, membunuh pemimpin pasukan Quds Jenderal Qassem Soleimani.
Sesaat setelah gedung konsuler di kompleks Kedutaan Besar Iran hancur akibat serangan udara, AS menegaskan mereka tidak terlibat dalam serangan tersebut. Meski demikian, AS saat ini siaga menghadapi serangan balasan dari Iran yang menarget aset AS ataupun Israel di sekitar kawasan itu.
Pada Rabu (3/4/2024), Komandan Angkatan Udara AS di Timur Tengah Letnan Jenderal Alexus Grynkewich mengatakan, untuk saat ini belum terlihat adanya ancaman terhadap pasukan AS. ”Namun, saya khawatir karena Iran kini membicarakan AS, mungkin ke depan akan ada risiko bagi pasukan kami,” ucapnya, seperti dikutip The Washington Post.
Kami tahu caranya bertindak tegas terhadap Iran, baik di wilayah yang dekat maupun jauh.
Sejak perang Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober, tercatat milisi di Irak dan Suriah yang didukung Iran telah melancarkan lebih dari 150 serangan terhadap sejumlah pangkalan pasukan AS. Salah satu serangan itu menewaskan tiga prajurit AS dan melukai puluhan lainnya di Jordania pada akhir Januari.
Untuk membalasnya, AS melancarkan serangan udara secara masif yang menghancurkan 85 target di tujuh lokasi di Iran dan Suriah. Serangan itu menyasar markas komando, gudang senjata, dan fasilitas lain milik pasukan Quds IRGC. Sejak saat itu tidak ada serangan lagi terhadap pasukan AS.
Potensi eskalasi
Baku serang antara Israel dan Hezbollah, milisi yang didukung Iran, belakangan terus meningkat. Hal ini dikhawatirkan memicu konflik yang jauh lebih luas. Tak hanya bereskalasi ke Suriah, konflik bersenjata juga bisa meluas ke Lebanon.
Pada 7 April, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian mengunjungi Muscat, Oman. Di sana, ia bertemu dengan juru bicara kelompok Houthi di Yaman, Mohammed Abdelsalam.
Dalam kesempatan itu, Menteri Luar Negeri Oman Sayyid Badr al-Busaidi menyatakan, isu soal Palestina merupakan persoalan utama yang mereka cari solusinya. Oman sejak lama merupakan mediator antara Teheran dan Barat.
”Oman mendukung upaya untuk mengurangi eskalasi di kawasan, mengatasi berbagai masalah dan konflik, agar suara kebijaksanaan bisa ditegakkan,” kata Badr al-Busaidi, seperti dikutip kantor berita Oman. (REUTERS/AFP)