50 Tahun ABBA, Meretas Jalan Musik Swedia ke Panggung Global
Tahun kemenangan ABBA pada 1974 barangkali menjadi tahun yang bergairah bagi musisi Swedia.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
Claudine (76) masih ingat betul ketika Agneta Faltskog, Benny Anderson, Bjorn Ulvaeus, dan Anni-Frid Lingstad, yang lebih dikenal sebagai ABBA, tampil di panggung Eurovision, 6 April 1974. ”Itu cinta pada pandangan pertama,” kata pensiunan asal Belgia, Sabtu (6/4/2024).
Penampilan itulah yang membuka jalan bagi kelompok musik asal Swedia tersebut menuju panggung pop internasional. Lima puluh tahun lalu, dengan sepatu berkilau dan kostum gemerlap, ABBA ”menciptakan sihir”.
”Mereka punya gaya yang berbeda dari yang lain. Saya tidak pernah lagi merasakannya di Eurovision,” ujar Claudine.
Penampilan gemerlap ABBA di panggung Eurovision itu memang disengaja. Ingmarie Halling, desainer kostum ABBA, menjelaskan, mereka memutuskan untuk dilihat dan didengar. ”Mereka ingin ’tidak seorang pun bisa melupakan seperti apa suara kami dan bagaimana penampilan kami’,” kata Halling, yang kini menjadi kurator museum ABBA di Stockholm.
Pada Mei 2024, Swedia akan menjadi tuan rumah Eurovision untuk ketujuh kalinya. Perhelatan akan digelar di kota Malmo. Ini menjadi kesempatan untuk merayakan kesuksesan ABBA di Eurovision 1974 kala membawakan lagu ”Waterloo”.
Lantai disko
Berkat gaya unik dan musik menarik, lagu-lagu ABBA sering kali dimainkan di lantai-lantai disko di seluruh dunia pada masanya. Mereka juga cukup produktif dengan merilis delapan album selama beberapa tahun hingga akhirnya memutuskan berhenti tampil tahun 1982.
Halling, yang telah bekerja sama dengan keempat anggota ABBA selama lebih dari lima dekade, menyebutkan, sebelum kemenangan di Eurovision, banyak orang memandang sebelah mata musik-musik yang dibawakan ABBA. Kemenangan di Eurovision meneguhkan posisi ABBA tidak hanya di Swedia, tetapi juga di panggung musik global.
”Mereka menjadi inspirasi bagi banyak artis dan musisi agar dapat berekspansi secara internasional meskipun berasal dari Swedia,” jelas Halling.
Tahun kemenangan ABBA barangkali menjadi tahun yang bergairah bagi musisi Swedia. Pada tahun yang sama, grup musik asal Swedia lainnya, Blue Swede, sempat merajai tangga lagu Amerika Serikat, Hot Billboard 100, selama 18 pekan berturut-turut berkat singel ”Hooked on A Feeling”.
”(Tahun) 1974 menjadi titik awal kesuksesan musik Swedia secara internasional,” kata Christel Valsinger, Pemimpin Redaksi Musikindustrin.se.
Setelah itu, banyak grup musik Swedia bermunculan dan menjadi ikon musik pop global. Sebut saja Roxette yang meroket setelah lagu ”It Must Have Been Love”. Lagu itu meledak bersamaan dengan meledaknya film Pretty Woman yang dibintangi Richard Gere dan Julia Roberts.
Mereka ingin ‘tidak seorang pun bisa melupakan seperti apa suara kami dan bagaimana penampilan kami’.
Selain Roxette, ada pula The Cardigans. Beberapa lagunya, seperti ”Love Fool” (1996) dan ”My Favourite Game” (1998), sempat masuk tangga lagu musik pop global Billboard.
Roxette, ABBA, dan The Cardigans banyak didengar oleh generasi baby boomers. Sementara generasi milenial dan generasi Z mengenal musisi muda seperti Avicii dan Zara Larsson. Keduanya generasi anyar pemusik andal Swedia yang menggeluti musik pop dan house-musik. Avicii adalah salah satu disc-jockey (DJ) yang memiliki kualitas setara dengan DJ top lain, seperti David Guetta dan Calvin Harris.
Nama lain
Ada nama lain yang mungkin kurang dikenal meski gaya bermusiknya memberikan dampak global. Sebut saja komposer Ludwig Goransson yang telah dua kali memenangi Academy Awards atau Piala Oscar untuk kategori musik film orisinal terbaik. Ada pula produser Max Martin yang telah berkolaborasi dengan sejumlah bintang pop, mulai dari Britney Spears hingga The Weeknd.
Sejak akhir tahun 1990-an, lagu-lagu ciptaan Martin mencapai posisi teratas di tangga lagu Billboard Amerika sebanyak 26 kali, sama banyaknya dengan pentolan The Beatles, John Lennon. Tak hanya andal dalam merangkai syair, Martin juga memuncaki tangga lagu sebanyak 24 kali sebagai produser.
Sebagai pencipta lagu, namanya memang jarang terdengar. Namun, beberapa lagu yang diciptakannya telah membuat ikon pop global saat ini meroket. Sebut saja lagu ”Problems” yang dibawakan Ariana Grande, “Since U Been Gone” yang dilantunkan Kelly Clarkson, ”Tearin’ Up My Heart” oleh N’Sync, hingga ”Shake It Off” yang dinyanyikan Taylor Swift. Lagu ”My Universe” yang dibawakan Coldplay bersama grup musik Korea, BTS, menurut Watch Mojo, juga ada kontribusi Martin di dalamnya.
Tak hanya melahirkan individu atau kelompok musik dengan jangkauan global, Swedia pun menjadi tuan rumah bagi pelantar layanan musik global Spotify. Laporan tahunan grup industri Ekspor Musik Swedia tahun 2020 memperlihatkan posisi Swedia dalam panggung musik global terinspirasi dari popularitas yang dibangun ABBA dan Roxette. Hal ini juga membuat pendapatan Swedia dari sektor musik pada 2022 mencapai 2 miliar kronor atau sekitar 188 juta dollar AS.
Kemunculan film Mamma Mia yang diperankan Meryl Streep, Amanda Seyfried, dan Pierce Brosnan turut membuat lagu-lagu ABBA dikenal generasi milenial. Meski kelompok ini sudah bubar, Halling mengatakan, kisah global ABBA belum berakhir. Ulvaeus dan Andersson masih memiliki banyak hal yang ingin ditawarkan kepada pencinta musik ABBA.
”Saya tidak mengesampingkan apa pun dengan Bjorn dan Benny,” katanya sambil tersenyum. (AFP)