Buah Kebijakan Progresif Akhir 1990-an, Swedia Kini ”Silicon Valley”-nya Eropa
Program subsidi pembelian komputer bagi warga dan pengembangan infrastruktur teknologi informasi sejak era 1990-an membuat Swedia kini menjadi pemain utama perusahaan teknologi finansial dunia.
Oleh
Mahdi Muhammad
·4 menit baca
Sebastian Siemiatkowski baru berusia 39 tahun. Namun, Klarna, perusahaan yang didirikannya 16 tahun lalu bersama rekan kuliahnya di Stockholm School of Economics, Niklas Adalberth dan Victor Jacobsson, sudah bersiap melantai di bursa saham.
Klarna, platform teknologi finansial, saat ini diperkirakan bernilai 46 miliar dollar AS. Siemiatkowski menuturkan, di balik kemajuan Klarna, ada peran Pemerintah Swedia, terutama peran melalui kebijakannya pada akhir era 1990-an yang memberikan subsidi kepemilikan komputer bagi setiap rumah tangga di seluruh negeri. Kebijakan ini dianggap sebagai pembuka jalan lahirnya Klarna dan perusahaan-perusahaan rintisan (start up) di Swedia saat ini.
”Saat itu komputer tidak bisa diakses oleh keluarga berpenghasilan rendah, seperti keluarga saya. Namun, ketika reformasi kebijakan mulai berlaku, ibu saya membelikan kami komputer pada hari berikutnya,” kenang Siemiatkowski.
Siemiatkowski mulai menekuni komputer ketika dia berusia 16 tahun. Beruntunglah dia dan remaja Swedia lainnya, tahun 1998 pemerintah telah menginvestasikan dana cukup besar bagi pengembangan jaringan internet pita lebar. Setelah itu, perlahan populasi kepemilikan komputer di setiap rumah di Swedia meningkat pesat.
Pada 1998, saat kebijakan subsidi diperkenalkan, populasi komputer langsung mendekati 850.000 unit. Hanya dalam tiga tahun, populasi itu melewati angka 1 juta unit.
Tahun 2005, saat Klarna didirikan, pengetahuan tentang layanan internet pita lebar sudah jamak. Setiap 100 penduduk, 28 orang di antaranya pelanggan layanan internet pita lebar. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang baru pada level 17 orang dari 100 penduduknya yang berlangganan layanan internet pita lebar.
Spotify, platform layanan musik digital berbasis di Swedia, telah memungkinkan orang-orang mengunduh aplikasi ini untuk mendengarkan musik dengan cara streaming. Bahkan, ketika Apple dengan aplikasi iTunes-nya masih mewajibkan penggunanya mengunduh lagu dari jaringan mereka.
Tak bisa dimungkiri, perusahaan-perusahaan teknologi informasi Swedia sudah beberapa langkah di depan saat layanan streaming kini hal biasa di seluruh dunia. ”Itu hanya bisa terjadi di negara yang lebih awal menjadikan pita lebar sebagai standar, sementara di pasar (negara) lain koneksinya terlalu lambat,” kata Siemiatkowski.
Negara sejahtera
Beberapa eksekutif mengatakan, negara Skandinavia itu telah menunjukkan sebagai sebuah negara sejahtera dengan berbagai kebijakan jaring pengaman sosial yang disediakan bagi warganya. Layanan yang ”memanjakan” bagi warga, seperti di Swedia itu, sering dipandang kontradiktif dengan semangat kewirausahaan. Namun, di negara itu layanan tersebut justru bisa mendorong warganya untuk berinovasi. Ini mungkin hasil yang tidak pernah dibayangkan oleh para arsitek konsep negara sejahtera itu pada tahun 1950-an.
Sebagian besar penitipan anak gratis. Berbagai dana asuransi pendapatan dapat melindungi Anda jika bisnis Anda gagal atau Anda kehilangan pekerjaan. Jaminannya hingga 80 persen dari gaji sebelumnya untuk 300 hari pertama pengangguran.
”Jaring pengaman sosial yang kami miliki di Swedia membuat kami tak terlalu rentan saat mengambil risiko (usaha),” kata Gohar Avagyan (31), salah satu pendiri Vaam, layanan pesan video untuk promosi penjualan dan komunikasi pelanggan.
Meskipun secara keseluruhan nilai investasi lebih besar di Inggris atau Perancis—karena status dua negara itu sebagai pusat keuangan—posisi Swedia tidak bisa dipandang sebelah mata. Swedia, menurut studi ahli ekonomi negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) pada 2018, menjadi negara ketiga tertinggi dalam pertumbuhan perusahaan rintisan di dunia di belakang Turki dan Spanyol, dengan 20 perusahaan rintisan per 1.000 karyawan.
Kedua setelah Silicon Valley
Stockholm, terkait perusahaan rintisan unicorn (perusahaan rintisan dengan valuasi nilai 1 miliar dollar AS), berada persis di belakang Lembah Silikon, Amerika Serikat, dengan 0,8 unicorn per 100.000 penduduk. Lembah Silikon (Silicon Valley) di San Francisco, menurut Sarah Guemouri dari perusahaan modal ventura Atomico, berada di puncak dengan 1,4 unicorn.
Namun, tidak ada yang bisa mengatakan dengan pasti, apakah ledakan jumlah unicorn di Swedia itu akan bertahan, mengingat di negara tersebut keuntungan modal akan dikenai pajak sebesar 30 persen, sementara Pajak Penghasilan (PPh) sendiri mencapai 60 persen.
Pada tahun 2016, Spotify mengatakan sedang mempertimbangkan untuk memindahkan kantor pusatnya ke luar negeri. Alasannya, pajak yang tinggi membuat perusahaan itu sulit untuk menarik talenta-talenta berbakat dari luar negeri.
Yusuf Ozdalga, mitra di perusahaan modal ventura QED Investors, mengatakan bahwa akses pada pendanaan dan tugas administratif atau hukum yang terkait dengan pendirian perusahaan juga terbukti sulit dilakukan oleh pekerja asing yang tidak memiliki kemampuan berbahasa Swedia. Dia membandingkannya dengan Amsterdam, ibu kota Belanda. Di kota itu, pemerintah mengadopsi bahasa Inggris sebagai bahasa resmi pada bulan April untuk membuat hidup lebih mudah bagi perusahaan-perusahaan internasional.
Jeppe Zink, mitra pada perusahaan modal ventura Northzone di London, Inggris, mengatakan bahwa sepertiga dari semua nilai yang keluar dari perusahaan teknologi finansial di Eropa—jumlah yang diterima investor saat mereka menguangkan modal yang pernah ditanamnya di perusahaan rintisan—berasal dari Swedia saja.
Kebijakan pemerintah telah berkontribusi terhadap tren di Swedia ini. ”Ini dilema yang menarik bagi kami, pemodal ventura, karena kami tidak terbiasa dengan regulasi yang menciptakan pasar,” kata Zink.
Peter Carlsson, CEO Northvolt, perusahaan rintisan pembuat baterai lithium-ion untuk kendaraan listrik, mengatakan bahwa kesuksesan pada akhirnya melahirkan kesuksesan. ”Anda benar-benar menciptakan efek riak ketika Anda melihat kesuksesan orang lain dan saya pikir itu mungkin hal yang paling penting untuk menciptakan ekosistem (inovasi dan inovator) lokal,” ujarnya. (REUTERS)