Anak Muda China Pun Kini Memilih Jadi PNS daripada Pegawai Swasta
Susah dapat kerja di swasta, minat anak muda China jadi PNS melonjak. Meski gaji kecil, hidup lebih stabil dan aman.
Impian mendapat gaji tinggi di perusahaan swasta mulai luntur di kalangan anak muda China. Kini, sebagian dari mereka mau jadi pegawai negeri saja.
Isu itu diangkat novelis Yu Hua dalam artikel di majalah The Economist edisi 2 April 2024. Ia mencatat, minat menjadi PNS amat tinggi sampai tiga dekade lalu. Kemudian, seiring kemajuan perekonomian China, anak-anak muda China lebih melirik pekerjaan di perusahaan swasta.
Baca juga: Anak Muda China Lelah Cari Kerja
Entah itu perusahaan nasional atau asing, bekerja di perusahaan swasta dianggap lebih menarik. Sebagian anak muda membuat perusahaan sendiri. Semua dipicu anggapan, lebih mudah mendapat uang daripada jadi PNS.
Kalau diterima jadi PNS, setidaknya kita tidak perlu khawatir lagi akan kehilangan pekerjaan dalam lima atau 10 tahun kemudian.
Bahkan, 120.000 PNS mengundurkan diri lalu pindah ke perusahaan swasta pada 1993. Sebagian malah mendirikan perusahaan sendiri. Modalnya dari tabungan atau dari pinjaman.
Belakangan, seiring perlambatan perekonomian China, jumlah pelamar PNS meningkat lagi. Bahkan, ada 2,8 juta sarjana ikut seleksi PNS pada 2023. Padahal, lowongannya hanya untuk 39.000 orang.
Lelah lembur
Mahasiswa pascasarjana bidang hukum, Johnson Yang (26), salah seorang anak muda itu. Ia berhenti magang dari firma hukum di Shanghai. Sebab, bekerja di firma hukum ternyata tak seindah dan semewah impiannya. Baru magang saja, dia sudah sering diminta kerja lembur dengan gaji yang kecil. Akibatnya, dia lelah dan stres.
Baca juga: Anak-anak Muda Terpasung Hidup dari Bulan ke Bulan
Dia juga mulai khawatir tidak akan bisa mendapatkan pekerjaan di sektor hukum lagi. Ini karena tahun ini saja terdapat 11 juta lulusan perguruan tinggi yang masuk ke pasar kerja. China mencatat tingkat pengangguran 21,3 persen di antara penduduk berusia 16-24 tahun.
Situasi yang sulit seperti itu memaksa Yang memikirkan kembali masa depannya. ”Saya sedang mempertimbangkan alternatif karier yang lain, jadi PNS saja,” kata Yang kepada ABC News, 23 Maret lalu.
Bekerja sebagai PNS dianggap sebagai pekerjaan seumur hidup yang lebih stabil dan aman. Bagi anak muda China, pekerjaan bergaji tinggi bukan lagi segalanya. Mereka hanya menginginkan pekerjaan yang stabil di pemerintahan.
”Kalau diterima jadi PNS, setidaknya kita tidak perlu khawatir lagi akan kehilangan pekerjaan dalam lima atau 10 tahun kemudian. Semua sudah jelas bahkan sampai usia pensiun,” kata Yang.
Baca juga: Anak-anak Muda Tak Punya Pilihan Selain ”Hidup di Ujung Tanduk”
Yu Hua menduga, setelah menjalani tiga tahun masa pembatasan akibat pandemi Covid-19, banyak orang yang mulai menyadari pentingnya pekerjaan birokrasi. Di masa pandemi, banyak pegawai swasta dipecat. Sementara PNS tetap mendapat gaji walau tidak sebanyak di masa normal.
Perubahan tren
Ada istilah ”mangkuk nasi besi” yang disematkan pada PNS China. Istilah ini pertama kali dipakai untuk merujuk pada pekerjaan di perusahaan milik negara China sebelum tahun 1970-an.
Pada waktu itu perekonomian China masih terstruktur berdasarkan model pemerintahan komunis. Pada 1980-an, di tengah rendahnya produktivitas dan meningkatnya krisis ekonomi, Partai Komunis China melakukan reformasi yang menganut ekonomi pasar.
Hal ini mengurangi jumlah dan ukuran badan usaha milik negara. Pemerintah China juga meluncurkan kebijakan baru demi meningkatkan investasi sektor swasta dan asing. Reformasi ini yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi China dan menyebabkan pengangguran besar-besaran di PNS pada 1990-an.
Baca juga: China Pasang Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen untuk 2024
Namun, dengan pesatnya perkembangan sektor korporasi dan swasta, PNS tidak lagi mendominasi perekonomian China. Data pemerintah menunjukkan, pada 2023, lebih dari 90 persen perusahaan di China adalah milik swasta.
Sektor ini mempekerjakan lebih dari 80 persen pekerja di wilayah perkotaan, termasuk hampir separuh lulusan perguruan tinggi. Sektor swasta menyumbang lebih dari 50 persen pajak dan 60 persen produk domestik bruto China.
Meski demikian, jumlah sarjana yang melamar jadi PNS juga menunjukkan tren kenaikan dalam 40 tahun terakhir. Memang, tidak mudah mendaftar sebagai PNS di China.
Ada dua jalur utama pendaftaran, yakni lewat ujian atau perekrutan langsung. Sistem ujian untuk PNS jabatan menengah atas, sementara perekrutan langsung untuk PNS jabatan rendah.
Baca juga: China Gugat AS ke WTO gara-gara Mobil Listrik
Pelamar biasanya diuji dengan pengetahuan umum dan keterampilan terkait tugasnya. Selain itu, mereka juga diuji pengetahuan soal pemikiran Xi Jinping dan Partai Komunis China.
Kualitas pelamar tidak main-main. Lowongan pegawai kecamatan di Hangzhou kebanjiran pelamar berpendidikan doktor pada 2020. Bukan doktor dari perguruan tinggi tidak jelas, melainkan dari perguruan tinggi bergengsi. Pada 2021, kantor pos di pelosok Tibet menerima 20.813 surat lamaran untuk satu lowongan kerani.
Kalaupun lolos seleksi berkas, ujiannya juga sulit. Johnson Yang belajar empat bulan agar bisa ikut ujian masuk PNS. Sayangnya, ia gagal tahun ini. ”Tahun depan saya akan coba lagi,” katanya.
Kalau Yang belajar sendiri, sebagian peserta lain malah ikut bimbingan tes. Sepanjang 2020, bisnis bimbingan tes PNS China dilaporkan mendapatkan penghasilan 2,5 miliar dollar AS.
Pilihan terbatas
Ekonom di Institut Teknologi Massachusetts, AS, Yasheng Huang, menjelaskan, anak muda tak punya banyak pilihan karier. Sebab, model pertumbuhan ekonomi terbatas dan fokus pada investasi infrastruktur perumahan. Karena hidup semakin susah, pilihan karier lain kemudian menghilang. Ini menjadi pertanda memburuknya ekonomi China.
Huang menilai China butuh wirausaha dan orang-orang berbakat untuk berkontribusi pada perekonomian. Banyaknya anak muda beragam talenta yang masuk ke pemerintah di satu sisi menguntungkan pemerintah, tetapi di sisi lain justru membuat pemerintah terbebani karena seharusnya anggaran pemerintah untuk belanja pegawai dipangkas.
Guru Besar Sosiologi dan Direktur Studi Asia/Asia Amerika di Maxwell School of Citizenship and Public Affairs di Syracuse University, New York, AS, Yingyi Ma, menjelaskan, pada masa kekaisaran, ujian PNS China bukan hanya sekadar ujian biasa, melainkan juga merupakan pintu gerbang menuju kehidupan yang lebih baik dengan status tinggi dan menjamin stabilitas.
Baca juga: China Anjurkan Pernikahan Hemat
Hanya saja, Ma melalui harian Nikkei Asia, 9 Januari 2024, mengingatkan sektor publik tidak bisa mengakomodasi lonjakan minat anak muda menjadi PNS. Tren ini juga berdampak buruk bagi sektor swasta. Jika banyak lulusan yang beralih jadi PNS, sektor swasta akan kekurangan sumber daya manusia dan berdampak pada inovasi.
Karena lulusan perguruan tinggi kini menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk mempersiapkan diri ikut ujian PNS, potensi ekonomi dan bakat mereka tidak dimanfaatkan secara produktif. Mereka yang lulus ujian juga ternyata mendapat pelatihan yang tidak sejalan dengan pekerjaan pemerintah. Ini berarti sumber daya pendidikan juga terbuang percuma.
Pada waktu yang bersamaan, semakin banyak produsen dan perusahaan di China yang berjuang mengisi lowongan yang ada. Ketidaksesuaian minat dan keterampilan juga memperburuk masalah pengangguran anak muda.