Adopsi Telur Penguin Afrika, Cara Lain Merayakan Paskah
Adopsi telur saat Paskah membantu mencegah penguin afrika punah lebih cepat.
Bosan membeli telur dari cokelat dan dibungkus kertas aluminium bermotif kelinci untuk perayaan Paskah? Mungkin Anda bisa memikirkan sesuatu yang baru pada perayaan tahun ini. Anda bisa membelanjakan uang Anda untuk membeli telur dengan mengadopsi telur penguin afrika.
Sayangnya, telur-telur ini bukan untuk dibawa pulang.
Reuters melaporkan pada Minggu (31/3/2024), ajakan itu terobosan untuk menyelamatkan penguin afrika yang terancam punah. Beramal sekaligus membantu penyelamatan hewan yang berpotensi mengalami kepunahan adalah hal mulia. Dana yang didapat digunakan untuk menutupi biaya inkubasi. Proses itu terdiri dari pengeraman dan penetasan.
Baca juga: Demi Anak, Orangtua Penguin Ubah Pola Tidur
Yayasan Afrika Selatan untuk Konservasi Burung Pesisir (SANCCOB) menginisiasi upaya itu. Sejak awal 2024, SANCCOB mencoba menyelamatkan penguin afrika dari kepunahan. Caranya dengan mengerami 200 telur yang diambil dari dua koloni di Afrika Selatan.
Saat ini, ketika semua orang memikirkan cokelat dan kelinci berbulu halus, kami ingin Anda mengadopsi telur penguin.
Penguin Afrika (Spheniscus demersus) dulu berlimpah di Afrika Selatan. Burung itu satu-satunya penguin di Afrika. Penguin jenis lain lebih banyak di Antartika atau pulau-pulau paling selatan Chile dan Argentina.
Dulu, penguin afrika berkembang biak di pantai barat daya Afrika. Selain di Afsel, penguin afrika juga ditemukan di Namibia.
Bercak merah
Penguin afrika dapat dikenali dari bercak merah muda pada kulit di atas matanya. Bercak itu digunakan untuk mengatur suhu tubuh. Ketika penguin ini menjadi terlalu hangat, darah dikirim ke daerah tersebut untuk didinginkan oleh udara luar. Hal itu membuat kelenjar di atas mata penguin tampak lebih merah muda.
Baca juga: Pingu, Penguin Antartika yang Sampai di Selandia Baru
Kini, penguin afrika terancam punah. Manajer Sumber Daya SANCCOB Ronnis Daniels mengatakan, populasi spesies ini telah merosot menjadi kurang dari 10.000 pasangan pembiakan pada 2024. Artinya, hanya tersisa 1 persen saja dari sekitar 1 juta pasangan pada satu abad sebelumnya.
”Dengan kondisi saat ini, hilang sekitar 8 persen setiap tahun, kami memperkirakan kepunahan bisa terjadi pada tahun 2035. Jumlahnya tidak akan cukup bagi mereka yang ada di alam liar untuk menyelamatkan diri mereka sendiri,” katanya.
Bahkan, mengutip lama Earthday, bisa jadi burung-burung itu punah pada 2026. Kepunahan lebih cepat satu dekade dari perkiraan SANCCOB akan terjadi jika tidak ada upaya konservasi masif.
Banyak hal yang membuat populasi mereka semakin tergerus. Faktor utamanya adalah semakin masifnya penangkapan ikan komersial. Penangkapan itu mengurangi stok ikan sarden dan teri, makanan utama penguin afrika. ”Hal yang menyedihkan adalah ikan diekspor sebagian besar dalam bentuk tepung ikan,” kata Daniels.
Baca juga: Kematian Massal Penguin Magellan akibat Gelombang Panas
Ancaman lain adalah kebisingan dan polusi di jalur pelayaran di sekitar Afrika Selatan. Kapal-kapal di sekirar Teluk Algoa jadi penyebab utama kebisingan dan polusi.
Ide adopsi bermula kala seorang sukarelawan SANCCOB, Nicky Shadbolt, berjalan di antara kandang perawatan bayi-bayi penguin afrika. Dia mengatakan, program amal mengadopsi telur adalah salah satu cara yang mereka upayakan untuk membantu menyelamatkan spesies ini dari kepunahan. ”Saat ini, ketika semua orang memikirkan cokelat dan kelinci berbulu halus, kami ingin Anda mengadopsi telur penguin,” katanya, diselingi oleh cicit bayi penguin.
Biaya untuk mengeramkan, menetaskan, hingga membesarkan spesies ini mahal. Butuh waktu empat bulan sejak menetas sampai bayi penguin bisa dilepaskan ke alam.
Upaya lain
Di tempat terpisah ribuan kilometer juga ada upaya sejenis. Akuarium Steinhart di Akademi Sains California, Amerika Serikat, menetaskan 10 penguin afrika sejak November 2022. Bayi termuda menetas pada 12 Januari 2024. ”Setiap bayi penguin yang lahir di sini memperkuat populasi secara keseluruhan di bawah pengawasan manusia,” kata Direktur Perawatan dan Kesejahteraan Hewan Akuarium Steinhart, Brenda Melton.
Baca juga: Monogami Seksual ala Penguin
Seperti Daniels dari SANCCOB, Melton juga menyebut polusi sebagai salah satu penyebab pengurangan populasi penguin afrika. Kondisi habitat penguin afrika merosot karena cemaran minyak dan aneka polutan lain.
Di San Francisco, bayi penguin menghabiskan tiga pekan pertama bersama orangtua masing-masing. Setelah itu, mereka mulai sekolah. Bayi penguin diajari berenang di kolam dan diberi makan oleh pawang. Jika sudah mampu berenang dan makan sendiri, mereka akan dikenalkan kepada koloni.
Tambahan 10 bayi penguin afrika membuat total populasi spesies ini di akuarium menjadi 31 penguin. Penguin tertua, Opal, berusia 36 tahun. Penguin termuda lahir pada Januari 2024 dan belum diberi nama.
Di alam, penguin afrika bisa hidup sampai 27 tahun. Di penangkaran seperti Akademi Sains California, usianya bisa lebih lama.
Baca juga: Mayoritas Sampel Burung Laut Antartika Telah Menelan Mikroplastik
Jika Anda ingin melihat spesies ini lebih lama lagi di habitat aslinya dan dalam jumlah besar, mungkin Anda tergerak untuk mengadopsi telur-telur yang saat ini tengah dierami di suaka milik SANCCOB di Afrika Selatan.
Hanya dengan merogoh kocek sebesar 300 rand atau sekitar 16,12 dollar AS (sekitar Rp 256.000) Anda bisa membantu menyelamatkan spesies mungil ini dari kepunahan. Tertarik?
(AP/Reuters)