Dari tidur yang panjang, orangtua penguin chinstrap mengubahnya menjadi tidur empat detik saat mereka merawat telur dan anak. Tidur mikro adalah adaptasi luar biasa yang memungkinkan kewaspadaan.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
Kurang tidur merupakan cobaan bagi para orangtua karena harus mengawasi bayinya. Tantangan ini rupanya tidak saja berlaku bagi manusia. Penguin yang baru saja menjadi orangtua rupanya juga bermasalah dengan jam tidur. Para orangtua penguin itu terpaksa merelakan tidur normalnya demi merawat anak-anak mereka.
Penelitian terbaru yang dipublikasikan Jumat (1/12/2023) menemukan penguin jenis chinstrap (penguin tali dagu) di Antartika tepaksa mengganti pola tidur mereka saat memiliki bayi. Dari tidur yang biasanya bisa panjang dan tenang, para orangtua penguin chinstrap mengubahnya menjadi ”tidur ayam” selama 11 jam dalam sehari, selama mereka merawat telur dan anak. Satu periode tidur mereka hanya empat detik saja.
Pola tidur baru para penguin ini merupakan tidur dalam waktu sangat pendek, yaitu hanya empat detik dalam sekali menutup mata. Dalam sains, pola tidur singkat itu disebut tidur mikro (microsleep). Namun, para penguin ini mempunyai pola microsleep yang ekstrem.
”Penguin ini terlihat seperti pengemudi yang mengantuk, mengedipkan mata, membuka dan menutup, dan mereka melakukannya 24 jam selama tujuh hari dalam sepekan,” kata Niels Rattenborg, peneliti tidur di Max Planck Institute for Biological Intelligence di Jerman.
Foto oleh peneliti tidur Won Young Lee menunjukkan penguin chinstrap di Pulau King George Island, Antartika. Para peneliti menemukan para orangtua penguin terpaksa mengganti pola tidur mereka menjadi tidur yang sangat pendek demi menjaga anak-anaknya.
Di Antartika, penguin chinstrap perlu menjaga telur dan anak-anaknya sepanjang waktu di tengah koloni yang ramai dan berisik. Jadi, mereka bisa tertidur ribuan kali dalam sehari. Meskipun sangat singkat, para penguin tersebut mampu bertahan selama berpekan-pekan dengan pola tidur seperti ini. Para orangtua penguin ini tetap bisa berfungsi dengan baik dan berhasil membesarkan anak-anak mereka.
Perubahan pola tidur ini terpaksa dilakukan penguin chinstrap karena telur dan anak mereka merupakan sasaran empuk bagi burung squash yang merupakan burung predator di Antartika.
Mereka juga harus waspada terhadap pencurian kerikil yang digunakan untuk membangun sarang mereka. Pencurian kerikil dari sarang ini biasa dilakukan tetangga mereka, pasangan orangtua penguin chinstrap lainnya. Pencurian kerikil ini bisa merusak sarang dan dapat berdampak buruk bagi telur dan anak-anak penguin yang masih lemah itu.
Bagi penguin-penguin ini, tidur singkat itu memiliki beberapa fungsi restoratif. Jika tidak, mereka tidak akan bisa bertahan. (Rattenborg)
Penguin chinstrap yang dinamai berdasarkan garis tipis berwarna hitam di wajahnya yang menyerupai tali dagu itu biasanya bertelur pada bulan November. Seperti idealnya pasangan manusia, satu pasangan penguin biasanya berbagi tugas dalam menjalankan peran sebagai orangtua.
Salah satu orangtua menjaga telur dan anaknya sendirian, sementara yang lain pergi memancing untuk santapan keluarga. Saat bertugas menjaga anak itulah, orangtua penguin akan banyak melakukan tidur mikro.
Penelitian pertama
Untuk pertama kalinya, para ilmuwan melacak perilaku tidur penguin chinstrap ini di koloni penangkaran Antartika. Penelitian dilakukan dengan memasang sensor yang mengukur gelombang otak pada 14 penguin dewasa.
Ide untuk penelitian ini muncul ketika Won Young Lee, seorang ahli biologi di Institut Penelitian Kutub Korea Selatan, memperhatikan bahwa penguin yang sedang berkembang biak sering mengedipkan mata. Mereka tampaknya tertidur selama hari-hari observasi lapangan.
Namun, tim perlu merekam gelombang otak untuk memastikan mereka sedang tidur. Dengan adaptasi pola tidur ini, mereka bisa bertahan hidup dan memastikan keselamatan anak-anak mereka.
”Kami belum mengetahui apakah manfaat tidur mikro sama dengan manfaat tidur panjang,” kata Paul-Antoine Libourel, penulis dan peneliti tidur di Neuroscience Research Centre of Lyon di Perancis,
Selain penguin, para ilmuwan telah mendokumentasikan beberapa satwa lain yang mengembangkan adaptasi tidur khusus. Burung cikalang, misalnya, dapat menidurkan separuh otaknya dalam satu waktu saat terbang. Kemudian, gajah laut utara dapat tidur siang selama 10 atau 15 menit saat menyelam.
Para peneliti menemukan tidur mikro penguin chinstrap tampaknya merupakan hal ekstrem terbaru dalam sains tentang tidur. ”Penguin hidup di lingkungan dengan tingkat stres yang tinggi. Mereka berkembang biak dalam koloni yang padat dan semua predator mereka ada di sana pada waktu yang sama,” kata Daniel Paranhos Zitterbart, peneliti Penguin di Woods Hole Oceanographic Institution di Massachusetts.
Menurut para peneliti itu, tidur mikro adalah adaptasi luar biasa yang memungkinkan kewaspadaan terus-menerus. Belum ada penelitian apakah tidur singkat empat detikan ini juga bisa diterapkan bagi orangtua manusia. (AP)