Eskalasi Perang Mengarah ke Lebanon dan Suriah, Hezbollah-Israel Siaga
Israel meningkatkan serangan ke Lebanon dan Suriah guna menggempur Hezbollah. Hezbollah siap siaga jika diserang Israel.
Oleh
PANDU WIYOGA
·4 menit baca
BEIRUT, SABTU — Pasukan Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Lebanon (UNIFIL), pasukan penjaga perdamaian di perbatasan Lebanon-Israel, Sabtu (30/3/2024), memperingatkan, eskalasi serangan lintas perbatasan Lebanon-Israel bakal memicu konflik yang jauh lebih luas. Tak hanya bereskalasi ke Lebanon, melihat situasi terakhir ini, konflik bersenjata juga bisa meluas ke Suriah.
Peringatan tersebut disampaikan setelah tiga pemantau militer PBB dan seorang penerjemah mengalami luka-luka terkena ledakan peluru artileri saat mereka berpatroli jalan kaki di Lebanon selatan. ”Kami punya 10.500 anggota pasukan perdamaian yang bekerja 24/7 di sepanjang Garis Biru untuk memantau dan mengupayakan deeskalasi situasi,” kata Andrea Tenenti, juru bicara UNIFIL, kepada Al Jazeera.
Ia menyerukan semua pihak agar menghentikan baku tembak dan memilih jalan solusi diplomatik.
Sebelumnya, di hari yang sama, Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant menegaskan, pasukan mereka akan memperluas operasi di perbatasan sebelah utara. Mereka akan meningkatkan serangan terhadap milisi Hezbollah di Beirut, Damaskus, dan di mana pun mereka berada.
Ancaman Israel untuk memburu milisi Hezbollah di mana pun mereka berada bisa membuat perang Gaza antara kelompok Hamas dan Israel sejak 7 Oktober 2023 meluas ke Lebanon dan Suriah. Korban jiwa akibat perang dikhawatirkan akan bertambah.
Pada Jumat (29/3/2024), Israel melancarkan serangan udara ke Bazuriyeh, kota di selatan Lebanon. Militer Israel mengklaim membunuh Wakil Ketua Unit Roket Hezbollah, Ali Abdel Hassan Naim. Ia dituding bertanggung jawab atas sejumlah serangan yang melukai warga Israel.
Sementara itu, Hezbollah menyatakan ada tujuh prajurit yang terbunuh, salah satunya bernama Naim. Mereka tidak menjelaskan di mana dan kapan mereka terbunuh.
Setelah militer Israel melancarkan serangan udara, Gallant mengunjungi komando militer Israel bagian utara. Lewat akun X, ia mengatakan, mereka akan terus melanjutkan operasi menumpas Hezbollah. Pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah dituding menjadi pihak yang bertanggung jawab memancing pertempuran.
”Kami akan membuat mereka membayar setiap serangan yang diluncurkan dari Lebanon,” katanya.
Selain menggempur Lebanon, Israel juga menyerang gudang roket milik Hezbollah di Aleppo, Suriah. Menurut organisasi Pemantau Hak Asasi Manusia Suriah (SOHR), serangan itu menewaskan 52 orang, termasuk 38 tentara Suriah dan tujuh milisi Hezbollah. Ini serangan paling mematikan Israel ke Suriah, beberapa bulan terakhir, sejak perang Gaza berkecamuk.
Minta pasokan senjata AS
Beberapa hari lalu, Gallant melakukan kunjungan ke Washington dan meminta Amerika Serikat mempercepat pengiriman senjata. Tak lama setelah itu, The Washington Post melaporkan bahwa Pemerintah AS diam-diam kembali menyetujui pemberian bantuan senjata untuk Israel.
Paket senjata yang dikirim AS kepada Israel meliputi 1.800 buah bom MK84 dan 500 buah bom MK82. Selain itu, AS juga menyetujui pengiriman 25 jet tempur F-35A.
Kementerian Kesehatan di Gaza mengatakan, jumlah korban tewas di Gaza sudah lebih dari 32.000 jiwa, mayoritas perempuan dan anak-anak. Serbuan Israel ke Gaza dilakukan setelah serangan Hamas ke Israel selatan menewaskan 1.160 warga pada 7 Oktober 2023. Selain itu, Hamas juga menculik 250 warga Israel.
Sejak perang Gaza meletus, terjadi baku tembak artileri dan roket lintas perbatasan antara Hezbollah di Lebanon dan militer Israel. Hezbollah, yang didukung oleh Iran, melancarkan sejumlah serangan roket ke Israel sebagai bentuk dukungan kepada Hamas. Serangan Hezbollah ke Israel mengakibatkan 10 tentara dan delapan warga sipil di Israel terbunuh.
Adapun serangan Israel ke Lebanon telah mengakibatkan 347 orang terbunuh. Menurut perhitungan AFP, sebanyak 68 korban tewas di antaranya adalah warga sipil. Konflik itu juga mengakibatkan puluhan ribu orang, baik di wilayah Lebanon selatan maupun di wilayah Israel utara, mengungsi.
Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Lebanon Selatan sangat menyesalkan serangan Israel yang mengarah ke fasilitas kesehatan dan mengakibatkan sejumlah petugas penyelamat terbunuh beberapa hari belakangan.
Terbaru, tiga pemantau PBB dan satu penerjemah dilaporkan terluka akibat terkena ledakan di Lebanon bagian selatan. UNIFIL menyatakan serangan yang menarget penjaga perdamaian tidak dapat diterima. UNIFIL masih mencari siapa yang bertanggung jawab dalam peristiwa itu.
Kesiagaan Hezbollah-Israel
Sementara itu, baik kubu Hezbollah maupun Israel sudah berancang-ancang dan mengantisipasi jika perang bereskalasi ke Lebanon. Pada Februari 2024, Kepala Brigade Quds Garda Revolusi Iran (IRGC) Esmail Qaani bertemu dengan pemimpin Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah, di Beirut guna membahas ancaman jika Israel melancarkan serangan dengan kekuatan penuh terhadap Hezbollah.
Menurut sumber-sumber yang dikutip Reuters, keduanya menerima jaminan bahwa Hezbollah tak ingin melibatkan Iran dalam perang melawan Israel. Hezbollah menegaskan akan berhenti melepaskan tembakan ke Israel jika gencatan senjata terwujud di Gaza. Namun, Israel dan pejabat AS menyatakan, andai nanti tercapai gencatan senjata di Gaza, kesepakatan itu tidak otomatis berlaku hingga Lebanon.
Di pihak Israel, para pilot Angkatan Udara Israel (IAF) meningkatkan latihan serangan jarak jauh melewati wilayah perbatasan di utara. Militer Israel menyebutkan, latihan itu telah dimulai lagi dalam beberapa pekan terakhir setelah sempat dihentikan menyusul pecahnya perang Gaza.
”Program latihan ini akan fokus pada peningkatan kesiapan IAF menghadapi perang di medan utara dan di medan-medan lainnya saat pertempuran berkepanjangan,” demikian pernyataan militer Israel.
Ditambahkan, latihan tersebut mencakup serangan-serangan jarak jauh, menukik ke dalam teritorial musuh.
Hampir setiap hari, pesawat tempur Israel menggempur target-target di Suriah dan Lebanon. Kepala Institute for Near Est and Gulf Military Analysis Riad Kahwaji menyebut peningkatan serangan ke Lebanon dan Suriah mengisyaratkan bahwa kedua negara telah menjadi medan pertempuran baru bagi Israel.
Menurut Kahwaji, Suriah adalah jalur utama yang menghubungkan Iran dengan milisi Hezbollah di Lebanon. Tujuan Israel adalah memutus jalur pasok itu dengan menghancurkan gudang senjata serta membunuh para pemimpin Garda Revolusi Iran (IRGC) di Suriah.
Kementerian Luar Negeri Suriah mengecam keras serangan Israel ke Aleppo karena mengakibatkan sejumlah warga sipil dan tentara terbunuh. Para sekutu Damaskus, Iran, dan Rusia juga mengecam Israel.
Moskwa menyatakan serangan Israel merupakan hal yang tidak bisa diterima. Adapun Iran menyatakan serangan Israel adalah pelanggaran terhadap kedaulatan Suriah dan ancaman serius terhadap perdamaian dan keamanan di level regional ataupun global. (AFP/REUTERS)