China Batasi Pembelian Prosesor dan Sistem Operasi AS
China salah satu pasar terbesar perusahaan teknologi AS. Rangkaian sanksi AS berdampak buruk terhadap perusahaan AS.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
BEIJING, MINGGU — China melarang penggunaan produk Intel dan AMD di komputer dan gawai baru pemerintah dan pegawai pemerintah. Beijing juga mengurangi penggunaan perangkat lunak buatan asing.
Larangan itu diungkap The Financial Times pada Minggu (24/3/2024). Pada Desember 2023, Kementerian Perindustrian China menerbitkan daftar berisi prosesor dan perangkat lunak aman. Pusat Evaluasi Keamanan Teknologi Informasi China juga membuat daftar sejenis.
Kementerian Keuangan China telah membuat edaran soal pengadaan barang yang mengikuti daftar tersebut. Produk dalam daftar itu seluruhnya buatan China.
Daftar itu jadi acuan pembelian komputer dan gawai baru. Mulai 2026, pembelian komputer dan gawai baru di lembaga pemerintahan harus sepenuhnya mengikuti ketentuan itu. Adapun untuk BUMN, kewajiban berlaku penuh pada 2027.
Sampai waktu pemberlakuan penuh, para pejabat dan pegawai pemerintah diminta mulai melakukan peralihan. Untuk pembelian baru, produk pada daftar dari kedua lembaga itu lebih diprioritaskan dibandingkan produk di luar daftar.
Dalam daftar itu terdapat 18 prosesor yang disetujui penggunaannya di China. Beberapa di antaranya adalah produk Huawei dan Grup Phytium. Kedua perusahaan itu masuk dalam daftar hitam ekspor Washington.
Untuk sistem operasi, alih-alih Windows, lebih disarankan hasil pengembangan Linux. China telah mengembangkan berbagai varian Linux untuk komputer hingga ponsel.
Ketentuan pengadaan itu bagian dari strategi nasional China untuk pengaturan teknologi militer dan sipil. Strategi itu dikenal sebagai xinchuang atau inovasi aplikasi teknologi informatika. ”Standar itu merupakan instruksi nasional pertama yang rinci dan jelas untuk mempromosikan xinchuang,” kata seorang pejabat pemerintah daerah yang mengelola substitusi sistem TI.
Dampak kebijakan
Kebijakan itu bisa melemahkan perusahaan AS di China. Pada 2023, China salah satu pasar terbesar perusahaan teknologi AS. Hingga 27 persen omzet Intel 2023 didapat dari China. Adapun bagi AMD, China menyumbang 15 persen penjualan.
Kini, China masih bisa membeli komputer dan gawai yang mengandung produk asing. Namun, seorang pejabat di Shenzhen mengaku pembelian produk seperti itu rumit sekali.
Calon pengguna harus menyerahkan daftar barang yang akan dibeli. Harus ada pula penjelasan mengapa produk itu dipilih daripada produk China.
Standar itu merupakan instruksi nasional pertama yang rinci dan jelas untuk mempromosikan xinchuang.
Sementara Kantor Pengadaan Pemerintah Pusat menyebut, pembelian harus selaras dengan kebijakan yang berlaku. Untuk saat ini, pembelian gawai dan komputer dengan prosesor Intel atau AMD belum dilarang.
Petugas pengadaan di kota Shaoxing, Lao Zhangcheng, menyebutkan, dirinya dan temannya membiasakan diri dengan sistem operasi buatan China. ”Kami mengganti komputer lama yang mengandung semikonduktor asing,” ujar Lao.
Periset pada lembaga Bernstein, Lin Qingyuan, menyebut peralihan untuk komputer akan lebih lambat dibandingkan untuk peladen. Sebab, ekosistem komputer pribadi lebih terbatas.
Ia menaksir, 23 persen peladen yang dijual pada 2026 akan memenuhi ketentuan xinchuang. ”Pedoman pembelian ini membuat kebijakan xinchuang lebih dapat ditindaklanjuti oleh para pejabat dan pegawai negeri,” ujarnya.
Mitra senior pada lembaga konsultansi Tidalwave Solutions, Cameron Johnson, menyebut bahwa China sangat berambisi memutus ketergantungan teknologi dari AS. Dalam SEMICON 2024, pameran TI di Shanghai pekan lalu, hasrat itu terlihat jelas. ”Beli produk lokal dan memutus rantai pasok dari AS amat terlihat,” ujarnya.
Aneka sanksi AS menjadi katalis industri semikonduktor China. Beijing mengucurkan miliaran dollar AS untuk memacu industri tersebut. China mengembangkan kemandirian untuk bahan baku, peralatan produksi, dan tentu saja pasar semikonduktor.
Pekan lalu, Pemerintah AS dilaporkan mempertimbangkan sanksi baru untuk Huawei. Sanksi disiapkan setelah Huawei membuktikan bisa membuat semikonduktor skala 5 nanometer untuk ponsel terbarunya.
AS juga disebut membidik Yangtze Memory Technologies Corporation (YMTC) dan SMIC, dua raksasa produsen semikonduktor China. Caranya dengan melarang warga dan badan hukum AS berinteraksi dengan perusahaan itu.
Beijing menyubsidi 1,9 miliar dollar AS ke YMTC agar perusahaan itu bisa memutus rantai pasoknya dari AS. Sementara pemerintah Guangzhou mengucurkan total 21 miliar dollar AS kepada perusahaan semikonduktor yang bisa mandiri dari rantai pasok AS.
Dalam laporan Rhodium Group dan Stiftung Neue Verantwortung disebutkan, rangkaian sanksi AS ke China malah berdampak buruk pada perusahaan AS dan sekutunya. China akan menghasilkan hingga separuh semikonduktor global. China juga menjadi pasar terbesar semikonduktor global. (AFP/REUTERS)