Klaim AS Tahu Rencana Serangan di Dekat Moskwa Picu Kecurigaan Rusia
AS mengklaim telah beri peringatan rencana serangan teroris dekat Moskwa. Rusia menyatakan tak mendapat informasi itu.
MOSKWA, SABTU — Lebih dari 60 orang tewas dan 145 orang lainnya terluka dalam serangan berdarah di sebuah konser di dekat Moskwa, Rusia, Jumat (22/3/2024). Tak lama setelah serangan itu terjadi, Amerika Serikat mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya telah memberikan peringatan kepada Rusia mengenai rencana teroris melancarkan serangan tersebut.
Namun, Rusia mempertanyakan bagaimana AS mengetahui rencana serangan tersebut. Pernyataan ini dilontarkan Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova.
Pejabat AS, seperti dikutipThe New York Times, mengungkapkan, Washington telah mengeluarkan peringatan secara terbuka tentang kemungkinan bakal ada serangan di Moskwa pada 7 Maret 2024. Selain disampaikan terbuka, kata pejabat tersebut, peringatan tersebut juga diberi tahukan secara tertutup kepada pejabat Rusia.
Namun, belum diketahui seberapa banyak informasi intelijen yang diberikan itu selain informasi yang diumumkan secara terbuka kepada publik.
Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS Adrienne Watson, Sabtu (23/3/2024), menyatakan, pemerintahan Presiden Joe Biden mematuhi kebijakan duty to warn yang sudah lama dijalankan. Dengan kebijakan itu, Pemerintah AS memberi peringatan kepada negara atau kelompok lain apabila menerima informasi intelijen terkait rencana penculikan atau pembunuhan dalam jumlah besar.
”Awal bulan ini, Pemerintah AS mendapat informasi tentang rencana serangan teroris di Moskwa yang berpotensi menarget kumpulan massa, termasuk konser. (Washington) telah meneruskan informasi ini kepada otoritas Rusia,” kata Watson.
Namun, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mempertanyakan bagaimana AS bisa mengetahui hal itu. Jika mengetahui bakal ada serangan tersebut, menurut Zakharova, AS seharusnya segera meneruskan informasi itu ke Moskwa atau lebih baik diam.
Ia juga mempertanyakan kesimpulan AS yang begitu yakin bahwa Ukraina tidak terlibat dalam serangan tersebut. Jubir Gedung Putih John Kirby sebelumnya menyatakan, ”Tidak ada indikasi saat ini bahwa Ukraina, orang Ukraina, terlibat.”
”Gedung Putih mengatakan tidak melihat adanya tanda-tanda bahwa Ukraina atau orang Ukraina terlibat dalam serangan di Moskwa,” kata Zakharova. ”Atas dasar apa Washington menyimpulkan bahwa seseorang tidak bersalah di tengah tragedi yang sedang berlangsung?”
Kantor berita Rusia, TASS, mengutip pernyataan Gedung Putih yang mengatakan belum tahu hubungan antara serangan di Crocus City Hall dan peringatan yang dirilis Kedutaan Besar AS di Moskwa, awal Maret lalu. Kemenlu Rusia menyebut reaksi AS terhadap serangan teroris ini mencuatkan pertanyaan-pertanyaan.
Dalam serangan di Moskwa, sekelompok pria bersenjata berpakaian kamuflase menembakkan senapan otomatis ke arah kumpulan massa penonton konser kelompok rock era Soviet, Picnic, di Crocus City Hall, pinggiran sebelah barat Moskwa. Saat serangan terjadi, penonton memadati ruangan teater berkapasitas 6.200 kursi tersebut.
Baca juga: Serangan Berdarah atas Konser di Dekat Moskwa, Sedikitnya 60 Orang Tewas
Badan Keamanan Federal (FSB) Rusia, lembaga pengganti KGB pada era Soviet, menyatakan, lebih dari 60 orang tewas akibat serangan teroris itu. Sebanyak 115 orang dilarikan ke rumah sakit, termasuk 5 anak-anak yang salah satunya dalam kondisi kritis. Dari 110 korban yang dirawat di rumah sakit, 60 orang di antaranya mengalami luka berat.
Dari jumlah korban, serangan itu merupakan serangan terburuk di Rusia sejak peristiwa pengepungan sekolah Beslan tahun 2004. Kala itu, kelompok militan menyandera lebih dari 1.000 orang, termasuk anak-anak sekolah.
Belum ada indikasi korban WNI
Terkait serangan tersebut, melalui keterangan tertulis, Kedutaan Besar RI (KBRI) Moskwa berkoordinasi dengan otoritas setempat dan menjalin komunikasi dengan masyarakat Indonesia di Rusia. Hingga saat ini belum ada indikasi adanya WNI yang menjadi korban.
KBRI Moskwa juga telah menyampaikan imbauan kepada masyarakat Indonesia agar meningkatkan kewaspadaan dan segera menghubungi hotline KBRI Moskwa (+79857502410) jika mengalami situasi kedaruratan.
Baca juga: Teror Bom Hantui Rusia
Dari Beijing dilaporkan, Presiden China Xi Jinping mengirimkan pernyataan belasungkawa kepada Presiden Rusia Vladimir Putin. Xi mengatakan, China menentang segala bentuk terorisme dan mengecam keras serangan-serangan teroris.
Menurut stasiun televisi pemerintah, CCTV, China dengan teguh mendukung langkah-langkah Pemerintah Rusia untuk menjaga keamanan dan stabilitas nasional.
Di India, Perdana Menteri Narendra Modi juga mengeluarkan pernyataan solidaritas dengan Rusia. Melalui media sosial X, ia mengecam keras serangan teroris yang mengerikan itu.
”India berdiri dalam solidaritas dengan pemerintah dan rakyat Federasi Rusia pada masa berduka ini,” tulis Modi di X.
NIIS Khorasan
Melalui pesan yang diunggah di Telegram, kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah atau NIIS mengatakan, para personelnya menyerang di pinggiran Moskwa ”dengan membunuh dan melukai ratusan orang serta menimbulkan kerusakan hebat di lokasi tersebut sebelum kemudian kembali ke markas dengan selamat”.
Intelijen AS menyebut, kelompok pelaku serangan di Moskwa adalah NIIS cabang Khorasan atau NIIS-K. Kelompok itu didirikan pada 2015 oleh anggota Taliban yang tidak puas dengan kondisi Taliban yang perlahan menjadi moderat.
Pada 2015, Presiden Rusia Vladimir Putin mengubah arah perang saudara di Suriah dengan terlibat perang atas permintaan Presiden Suriah Bashar al-Assad. Ia mendukung Assad melawan oposisi dan NIIS. ”NIIS-K tampak telah mengamati Rusia secara khusus selama dua tahun terakhir. Dalam propagandanya, kelompok itu sering mengkritik Putin,” kata Colin Clarke, peneliti antiterorisme di Soufan Center.
Kelompok NIIS yang lebih luas berulang kali melancarkan serangan teror di Timur Tengah, Afghanistan, Pakistan, Iran, Eropa, Filipina, dan Sri Lanka.
Zakharova menyatakan, tragedi di dekat Moskwa itu adalah serangan berdarah oleh teroris yang harus dikecam keras seluruh dunia.
AS, Eropa, dan negara-negara Arab serta negara bekas wilayah Uni Soviet menyatakan terkejut dan mengucapkan belasungkawa terhadap serangan teroris di dekat Moskwa. Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa mengecam peristiwa itu dan menyebutnya sebagai serangan teroris yang keji dan pengecut.
Di Kyiv, Ukraina, Penasihat Kepresidenan Ukraina Mykhailo Podolyak membantah tuduhan keterlibatan Kyiv di balik serangan itu. (AFP/REUTERS)