Klan-Faksi Palestina Amankan Konvoi Bantuan, Pengaruh Hamas di Gaza Belum Pudar
Keterlibatan klan-klan dan faksi Palestina dalam pengamanan bantuan jadi bukti Hamas masih memiliki pengaruh di Gaza.
KAIRO, RABU — Sekumpulan pria bersenjata dan bertopeng dari berbagai klan warga Arab dan faksi-faksi Palestina mengawal konvoi truk pengangkut bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza. Keterlibatan mereka dalam pengamanan konvoi itu menunjukkan, Hamas masih memiliki pengaruh di enklave yang pernah mereka kontrol.
Seorang pejabat Palestina dan sumber-sumber Hamas yang tidak mau disebutkan namanya, Selasa (19/3/2024), mengungkapkan hal tersebut kepada Reuters. Keterlibatan sekelompok pria bertopeng dan bersenjata itu terlihat dari sebuah video yang diperoleh Reuters.
Dalam video tampak konvoi truk pengangkut bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza. Sejumlah pria bersenjatakan senapan serbu AK-47 dan tongkat terlihat mengawasi konvoi tersebut.
Baca juga: Warga Gaza yang Menanti bantuan Diserang Lagi, 29 Orang Tewas
Sejak Israel membalas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 dan bertekad melenyapkan Hamas, pengawalan konvoi secara terbuka oleh siapa pun berkaitan dengan Hamas sangat berisiko. Meski demikian, begitu banyak warga dari klan atau faksi atau kelompok sipil, bahkan juga dari kelompok pesaing Hamas, Fatah, ikut membantu pengawalan konvoi.
Meski tidak menyebutkan asal klan atau faksi mereka, menurut pejabat Palestina, adanya bantuan pengawalan itu menunjukkan bahwa Hamas masih memiliki pengaruh pada kelompok-kelompok tersebut. ”Rencana Israel untuk merekrut beberapa klan untuk diajak berkolaborasi dalam proyek percontohan mewujudkan pengganti Hamas tidak berhasil,” ujar seorang pejabat Palestina yang tak mau disebut namanya.
”Hal itu juga menunjukkan bahwa hanya faksi-faksi perlawanan Palestina yang menjadi satu-satunya pihak yang mengelola situasi,” lanjut pejabat tersebut.
Sebelumnya, pejabat senior Israel yang tidak diungkap namanya mengatakan, Israel terbuka terhadap warga Palestina yang membantu mengamankan Jalur Gaza. Israel juga setuju membentuk polisi bersenjata.
”Namun, kami perlu yakin, individu-individu tersebut tidak memiliki hubungan dengan Hamas, tidak terlibat dengan Hamas baik secara langsung maupun tidak langsung, serta tidak melayani kepentingan Hamas,” kata pejabat Israel.
Baca juga: Sempat Macet, Perundingan Gencatan Senjata di Gaza Digelar Lagi
Juliette Touma, Juru Bicara Bantuan Sosial dan Pekerja PBB (UNRWA), yang menangani pengungsi Palestina, mengatakan, dirinya tidak memiliki informasi apa pun tentang pria bertopeng yang mengamankan konvoi.
Jamie McGoldrick, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Wilayah Pendudukan Palestina, menegaskan, PBB tidak bekerja dengan klan-klan. ”Kami telah berusaha mengembalikan Polisi Biru (polisi sipil Palestina) ke jalur yang benar. Ada sejumlah insiden di mana polisi biru menjadi sasaran Israel, karena mereka dianggap sebagai bagian dari infrastruktur Hamas,” kata McGoldrick.
”Jadi, kami mencoba mencari cara terbaik yang sesuai untuk menyalurkan bantuan ke wilayah utara dan wilayah lain di Jalur Gaza. Caranya melalui kombinasi pelibatan kelompok masyarakat dan polisi dengan cara yang bijaksana,” kata McGoldrick.
Shimon Freedman, juru bicara badan penghubung Kementerian Pertahanan Israel untuk urusan sipil Palestina, mengatakan bahwa distribusi bantuan di Gaza merupakan tanggung jawab organisasi internasional. ”Meskipun kami membantu pendistribusian dan mengoordinasikan konvoi, serta mengizinkan mereka melewati koridor kemanusiaan kami, aspek-aspeknya terserah kepada mereka,” kata Freedman.
Pengamanan distribusi
Pengamanan konvoi dan pendistribusian bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza saat ini sangat penting. Sejak pecah perang Hamas dan Israel mulai 8 Oktober 2023, Israel memblokade dan membatasi jumlah bantuan yang masuk ke Jalur Gaza. Israel juga memberlakukan pengawasan dan pemeriksaan ketat atas bantuan-bantuan yang masuk.
Hal itu juga menunjukkan bahwa hanya faksi-faksi perlawanan Palestina yang menjadi satu-satunya pihak yang mengelola situasi.
Sebelum pecah perang, truk bantuan kemanusiaan yang masuk ke Gaza mencapai 500 truk per hari. Begitu pecah perang, jumlahnya menurun drastis.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyatakan, masyarakat Palestina di Gaza saat ini menghadapi kekurangan pangan dan gizi. Laporan yang dikeluarkan Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC), Senin (18/3/2024), menyebutkan, kekurangan gizi dan kerawanan pangan di Gaza Utara sudah melampaui kategori kelaparan.
Jens Laerke, Juru Bicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UN OCHA), menyebutkan, tingkat kerawanan pangan itu terlihat dalam beberapa minggu, bahkan berbulan-bulan terakhir. Tepatnya ketika orang-orang sudah memakan benih burung, pakan ternak, rumput liar, dan rumput liar.
Baca juga: Tragedi Gaza, Warga Palestina Terpaksa Konsumsi Pakan Ternak
Warga Palestina yang mengungsi dan kelaparan terlihat menyerbu truk-truk pengangkut bantuan kemanusiaan. Ketertiban umum di Gaza terganggu.
Polisi sipil Palestina di Gaza juga khawatir untuk mengamankan distribusi karena bisa menjadi sasaran serangan militer Israel. Salah satu kekacauan, yang menewaskan 104 warga sipil Palestina, terjadi pada pendistribusian bantuan, Februari 2024. Lalu, pada 15 Maret lalu, sebanyak 29 warga tewas saat menanti bantuan karena diserang.
Media Israel, Times of Israel, pada 8 Maret 2024 melaporkan, Israel berencana untuk mempersenjatai warga sipil Gaza guna mengawal konvoi truk dan memberikan jaminan keamanan pendistribusian bantuan kemanusiaan. Namun, rencana itu masih ditangguhkan.
Baca juga: Israel Tembaki Warga Gaza yang Menanti Bantuan, 104 Orang Tewas
Tenaga pengamanan terbunuh
Pada saat pengamanan distribusi bantuan diperlukan, seorang pejabat polisi senior di Gaza tengah terbunuh dalam serbuan Israel ke Rumah Sakit Al-Shifa di kota Gaza, Senin (18/3/2024).
Hamas mengatakan, Brigadir Jenderal Faiq Abdulraouf al-Mabhouh, kepala polisi senior di Gaza tengah yang tewas, merupakan sosok yang bertanggung jawab melindungi dan mengamankan truk bantuan di Gaza. Ia juga berkoordinasi dengan PBB mengenai perlindungan distribusi bantuan.
Hamas menyebutkan, pada Selasa (19/3/2024) malam, sebanyak 30 orang dari kelompok yang dibentuk oleh klan setempat untuk mengamankan masuknya truk-truk pengangkut bantuan ke kota Gaza juga tewas akibat serangan Israel. Mereka tewas saat menunggu bantuan di sebuah bundaran utama.
Hamas menuduh Israel melakukan serangan untuk mengganggu keamanan distribusi bantuan dan meningkatkan kekacauan. Israel membantah tudingan itu.
Majelis Nasional Suku Palestina, dan faksi-faksi Palestina, mengecam keras pembunuhan Israel terhadap petugas polisi dan anggota komite perlindungan rakyat dalam dua hari terakhir.
”Kami menegaskan bahwa kami berdiri bersama semua suku, klan, dan keluarga kami di Jalur Gaza di belakang polisi nasional Palestina dan komite perlindungan pendukung kami,” demikian bunyi pernyataan klan tersebut. (REUTERS)