Konspirasi Soal Kate Middleton hingga UFO Banjiri Tiktok
Teori konspirasi akan tumbuh subur di lingkungan yang negatif dan penuh curiga.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
Tiktok mendadak diramaikan video dugaan-dugaan penyebab Catherine, Putri Wales, yang berbulan-bulan tidak terlihat. Ada pula video-video aneh soal UFO, asteroid yang akan menghantam Bumi, hingga vampir. Sebagian video itu hasil rekayasa kecerdasan buatan.
Media Matters menyebut, pengguna Tiktok berusaha mendapat uang dari video viral. Dikutip AFP pada Senin (18/3/2024), lembaga pemantau media di Amerika Serikat itu mengamati penyebaran video-video tanpa dasar jelas. ”Teori konspirasi jadi berkembang subur karena ada insentif finansial pada konten yang sangat menarik dan murah untuk diproduksi,” tulis Abble Richards, peneliti misinformasi di Media Matters.
Video-video itu ditonton jutaan kali. Dalam video itu diselipkan suara hasil rekayasa kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Kadang, suara rekayasa itu meniru suara selebritas.
Video soal asteroid meniru pembuat siniar (podcast) Joe Rogan. Suara yang dilengkapi dengan latar musik menyeramkan itu mengutip informasi yang dibocorkan oleh seorang pejabat pemerintah yang menemukan arsip berjudul ”jaga rahasia dari publik”. ”Mungkin kita semua akan mati beberapa tahun ke depan. Ada asteroid yang akan menabrak Bumi. Sudah dengar ini, belum?” demikian suara di video itu.
Richards mengatakan, video-video teori konspirasi itu sering diunggah oleh akun anonim. Selain suara, tentu saja video itu dibuat oleh AI. Selain itu, ada pula pengubah suara menjadi teks.
Menjual teori-teori konspirasi bisa menguntungkan secara finansial. Sebab, ”Program Kreativitas” Tiktok dirancang untuk membayar pembuat konten di pelantar itu. Hal ini melahirkan industri rumahan berupa video teori konspirasi.
Memang, Tiktok menyatakan, teori konspirasi tidak memenuhi syarat untuk menghasilkan uang atau direkomendasikan. Sebagian malah digolongkan sebagai informasi berbahaya dan terlarang. Hingga 95 persen unggahan dalam kategori itu sudah dihapus Tiktok.
Namun, di Youtube banyak petunjuk membuat video teori konspirasi viral dan mendapatkan keuntungan dari Tiktok. Salah satu tutorial tersebut secara terbuka menginstruksikan pengguna untuk memulai dengan mengarang sesuatu yang keterlaluan dan tidak masuk akal, seperti ”ilmuwan yang baru saja ketahuan menyembunyikan harimau bertaring tajam”.
Video-video Catherine alias Kate juga semakin liar spekulasi mengenai kondisi kesehatan fisik dan mentalnya. Bahkan, ada video menyebutkan bahwa Kate Middleton sudah tewas dan konon kabarnya ini diutarakan oleh ”orang dekat” Kate.
”Tidak ada satu pun yang masuk akal. Di mana Catherine? Mengapa pihak istana begitu merahasiakan kesehatan para bangsawan? Apa yang mereka tutupi?” begitu pertanyaan-pertanyaan yang beredar di media sosial.
Faktor penyebab
Dalam laporan pada 15 Maret 2024, Time menyebut ketiadaan otoritas tertinggi di media sosial mendorong perkembangan teori konspirasi. Setiap pengguna medsos merasa bebas bergerak.
Guru Besar Ilmu Politik di Universitas Miami Joseph Uscinski mengatakan, orang-orang yang merasa terpinggirkan cenderung percaya ada konspirasi. Sebagian orang muda juga percaya teori konspirasi.
Keyakinan pada konspirasi membuat sebagian orang lebih percaya diri. Artikel dalam European Journal of Social Psychology menemukan ego seseorang akan meningkat apabila dia merasa memiliki informasi yang terdepan atau pengetahuan yang eksklusif.
Uscinski juga menyanggah anggapan teori konspirasi tidak ada sebelum era internet. Ia menyimpan banyak pembahasan soal konspirasi sebelum era internet.
Survei pada 1981 menemukan, 59 persen responden yakin ada konspirasi membunuh Martin Luther King. Sementara dalam survei 2021, hanya 33 persen responden percaya konspirasi itu.
Uscinski mengatakan, kepercayaan terhadap teori konspirasi bisa memudar ketika teori itu menjauh dari siklus berita atau tidak lagi diperbincangkan. ”Belum tentu orang akan melupakan sesuatu hanya karena sudah dianggap isu lama. Mungkin saja orang-orang tertarik pada ide-ide lain, ujarnya.
Sementara dosen Universitas Notre Dame, Joseph Parent, menyebut bahwa sebagian teori konspirasi ada dasarnya. Seperti kuman, teori konspirasi itu selalu ada dan tidak semuanya tidak sehat. ”Teori konspirasi selalu melibatkan orang-orang terkenal. Orang mempercayai teori ada komplotan yang bekerja secara rahasia untuk menipu kita,” kata Parent.
Selain faktor selebritas, ada faktor rasa takut yang memicu teori konspirasi. Rasa takut ini mendorong orang untuk mencari alasan atas bahaya yang mematikan. Banyak teori konspirasi yang bertahan lama isunya seputar kematian, penembahan, atau pembunuhan.
Semasa pandemi Covid-19, teori konspirasi juga liar. Sebab, banyak orang percaya virus sengaja dibuat dan dilepaskan. Banyak juga yang percaya pandemi hanya kebohongan pemerintah. ”Teori konspirasi bisa tumbuh sangat subur ketika seseorang mengalami kehilangan dan butuh kambing hitam atau berada di lingkungan yang negatif dan penuh curiga dan pikiran jahat,” ujar Parent. (AFP)