Hangatkan Hubungan Lama, Menlu China Kunjungi Selandia Baru
Hubungan China dengan Selandia Baru kembali dekat. Ke depan, langkah Selandia Baru terkait AUKUS menjadi penentu.
Oleh
PANDU WIYOGA
·2 menit baca
WELLINGTON, SENIN — China ingin mempererat kembali hubungan dengan Selandia Baru demi memelihara perdamaian dan stabilitas kawasan. Hal itu mengemuka dalam pertemuan bilateral antara Menteri Luar Negeri China Wang Yi dan Menlu Selandia Baru Winston Peters, di Wellington, Senin (18/3/2024).
Wang menjadi pejabat tinggi China pertama yang mengunjungi Selandia Baru sejak 2017. Kunjungan Wang tersebut juga bertepatan dengan 10 tahun kemitraan strategis komprehensif (comprehensive strategic partnership) kedua negara.
Selama 10 tahun terakhir, China merupakan mitra dagang terpenting bagi Selandia Baru. Negeri Tirai Bambu adalah pasar utama produk pertanian dan peternakan dari Negeri Kiwi. Pada Januari-September 2023, nilai perdagangan kedua negara mencapai 23,55 miliar dollar AS.
Namun, hubungan kedua negara merenggang setelah AS bersama Inggris dan Australia membentuk aliansi militer yang dikenal sebagai AUKUS. Selandia Baru dikabarkan berminat terlibat pada program kecerdasan buatan, keamanan teknologi informatika, komputasi kuantum, persenjataan hipersonik, hingga pengadaan barang dan jasa militer. Hal-hal itu dikenal sebagai Pilar Kedua AUKUS. Sementara Pilar Pertama terkait persenjataan nuklir (Kompas, 28/7/2023).
Sebelum bertemu secara tertutup dengan Peters, Wang menyatakan, kunjungannya ke Selandia Baru bertujuan memperbaiki hubungan diplomatik yang sempat tegang karena sikap Beijing yang tegas terkait Laut China Selatan dan Taiwan.
”Di tengah situasi (geopolitik) dunia yang bergejolak, kami ingin mempererat hubungan dengan Selandia Baru terkait isu internasional dan regional yang menjadi perhatian bersama. Kami akan terus menjalin kerja sama untuk menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan serta dunia,” kata Wang.
Seusai bertemu Wang, Peters menyatakan, mereka banyak membicarakan soal kepentingan kedua negara mengenai perdagangan dan lalu lintas orang. Namun, mereka juga membahas perbedaan pandangan kedua negara dalam beberapa hal, salah satunya soal hak asasi manusia.
”Kedua negara sepakat soal kepentingan bersama untuk memperjuangkan keamanan dan kemakmuran kawasan Indo-Pasifik. Namun, kami juga mengungkapkan kekhawatiran tentang meningkatnya ketegangan di Laut China Selatan dan Selat Taiwan,” tutur Peters.
Melansir The New Zealand Herald, pertemuan Wang dan Peters dinilai bisa menjadi langkah awal yang akan mendorong Presiden China Xi Jinping berkunjung ke Selandia Baru pada akhir tahun ini. Namun, itu sangat bergantung pada langkah Pemerintah Selandia Baru ke depan terkait AUKUS.
Setelah bertemu Peters, Wang selanjutnya diagendakan bertemu Perdana Menteri Selandia Baru Christopher Luxon. Kemudian, pada Selasa (19/3/2024), Wang akan terbang ke Canberra untuk bertemu Menlu Australia Penny Wong serta berdiskusi dengan para pengusaha.
Dalam pertemuan itu, China akan menghapus sanksi dagang terakhir yang masih diterapkan kepada Australia sejak 2020. Sanksi itu merupakan langkah China untuk membalas tindakan Pemerintah Australia yang melarang beroperasinya sejumlah perusahaan teknologi China, antara lain Huawei dan STE, dengan alasan risiko spionase, pencurian teknologi, dan peretasan data pribadi.
Saat itu, China menuduh Australia menjadi kaki tangan AS dengan mengobarkan perang dagang terhadap mereka. Sanksi dagang yang diterapkan China membuat Australia merugi hingga 13 miliar dollar AS. (AP/AFP/REUTERS)