Selangkah Lagi Biden-Trump Bertanding Ulang di Pilpres AS
Kemenangan Trump dan Biden di partai masing-masing sudah diduga sebelumnya. Publik AS tak antusias dengan pilpres 2024.
GEORGIA, RABU — Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan mantan Presiden AS Donald Trump sama-sama mengantongi jumlah suara yang cukup untuk maju sebagai calon presiden dari partai masing-masing. Hasil ini mencerminkan perkiraan awal terjadinya pertandingan ulang antara Biden dan Trump menuju Gedung Putih. Namun, jajak pendapat menunjukkan publik AS tak antusias.
Baca juga: Trump Semakin Dekati Gedung Putih Setelah Super Tuesday
Biden (81) membutuhkan 1.968 suara delegasi untuk dinominasikan oleh Partai Demokrat. Ia berhasil melampaui jumlah tersebut pada Selasa (12/3/2024) malam waktu setempat atau Rabu (13/3/2024) waktu Indonesia setelah memenangi pemilihan pendahuluan (primary) di Negara Bagian Georgia. Hasil dari Mississippi, Washington, Kepulauan Mariana Utara, dan anggota Demokrat di luar negeri menambah keunggulan Biden.
Beberapa jam kemudian, Trump (77) berhasil mendapatkan 1.215 suara delegasi yang diperlukan untuk mengamankan pencalonan presiden dari Partai Republik. Perolehan ini didapat dari empat negara bagian, yakni Georgia, Hawaii, Mississippi, dan Washington. Georgia dinilai sebagai medan pertempuran berat bagi Trump. Dia menghadapi tuntutan pidana atas upaya membatalkan hasil pemilu negara bagian tersebut pada 2020.
Setelah memastikan pencalonan dari Demokrat, Biden memberikan pernyataan dengan nada menyerang Trump dan kampanyenya. Ia menyebut kampanye Trump sebagai kampanye kebencian, balas dendam, dan pembalasan yang mengancam gagasan Amerika.
”Para pemilih sekarang punya pilihan untuk menentukan masa depan negara ini. Apakah kita akan berdiri dan membela demokrasi kita atau membiarkan orang lain meruntuhkannya? Akankah kita mengembalikan hak untuk memilih dan melindungi kebebasan kita atau membiarkan ekstremis merampas kebebasan kita?” katanya.
Saya berasumsi dia akan menjadi kandidatnya. Saya satu-satunya lawan dia selain kehidupan, dan kehidupan itu sendiri.
Trump tak kalah sengit mengeluarkan pernyataan yang menyudutkan Biden. Di Roma, Georgia, ia mengulangi klaim bahwa pemilu 2020 curang. Ia juga menyebut dakwaan terhadapnya di pengadilan banyak bermotif politis.
Trump menyebut Biden gagal membendung arus migran di perbatasan selatan AS. Isu migran ini merupakan materi prioritas selama kampanye Trump, sama dengan yang dia lakukan pada 2020.
Hasil primary sebenarnya sudah diduga sebelumnya. Trump tampil dominan dalam primary serentak di berbagai negara bagian atau Super Tuesday pada Selasa (5/3/2024). Ia meraih kemenangan di 14 dari 15 negara bagian yang menggelar primary. Satu-satunya pesaing Trump, mantan Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley, juga sudah mengakhiri upaya pencalonan.
Adapun Biden tampak sudah unggul karena hanya menghadapi lawan yang ringan dalam pemilihan internal Demokrat. Ia tetap unggul meskipun para aktivis liberal berupaya meyakinkan Partai Demokrat untuk memilih ”tidak berkomitmen” sebagai protes atas dukungan Biden terhadap Israel dalam perang di Gaza.
Baca juga: Biden Membela Diri dengan Pidato Kenegaraan yang Pedas
Menjelang Super Tuesday, Trump pun menyebut Biden akan menjadi calon presiden dari Demokrat. ”Saya berasumsi dia akan menjadi kandidatnya. Saya satu-satunya lawan dia selain kehidupan, dan kehidupan itu sendiri,” kata Trump dalam wawancara di CNBC.
Kini, keduanya mengalihkan perhatian pada pemilihan presiden, 5 November 2024. Kampanye Biden semakin agresif sejak Jumat pekan lalu dan mengumpulkan dana 10 juta dollar AS dalam 24 jam setelah Pidato Kenegaraan. Jumlah ini menambah keunggulan finansial Partai Demokrat dibandingkan dengan Partai Republik.
Biden dijadwalkan tur ke beberapa negara bagian yang menjadi medan perebutan suara. Ia juga telah membeli iklan senilai 30 juta dollar AS.
Sementara Trump merayakan kemenangan dengan mengunggah video di media sosial. ”Tetapi, kita harus kembali bekerja sekarang karena kita punya presiden terburuk dalam sejarah negara ini. Jadi, kita tidak akan berlama-lama merayakannya. Kita akan merayakannya delapan bulan lagi saat pemilu selesai,” katanya.
Pemilih tidak antusias
Menanggapi kemungkinan mengulangi pilpres 2020, para pemilih AS tidak terlalu antusias. Pertarungan ulang presiden dengan calon yang sama terakhir kali terjadi pada 1956. Ketika itu Presiden Dwight Eisenhower dari Republikan mengalahkan mantan Gubernur Illinois Adlai Stevenson dari Demokrat untuk kedua kalinya.
Jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan, Biden dan Trump tidak populer di kalangan mayoritas pemilih. Berbagai dakwaan kriminal pada Trump dapat membahayakan posisinya di kalangan pemilih di kawasan pinggiran kota yang berpendidikan tinggi dan secara historis sulit ia jangkau dukungannya. Saat ini, Trump menghadapi 91 dakwaan kejahatan dalam empat dakwaan terpisah.
Biden terbebani oleh persepsi mayoritas pemilih bahwa ia terlalu tua untuk menjalani masa jabatan empat tahunnya yang kedua. Para pendukung Biden yakin pidato kenegaraannya yang berapi-api dapat membantah anggapan tersebut.
Baca juga: Trump-Biden Menatap Kemenangan di Super Tuesday
Kelemahan Biden lainnya adalah krisis migran yang sedang berlangsung di perbatasan AS-Meksiko. Masuknya migran di perbatasan itu telah membuat sistem keamanan AS kewalahan.
Biden berusaha mengalihkan kesalahan kepada Trump karena mendesak anggota Kongres dari Partai Republik untuk membatalkan rancangan undang-undang keamanan perbatasan. RUU yang diajukan dua partai (bipartisan) dinilai akan meningkatkan penegakan hukum.
Isu utama kampanye diprediksi akan seputar perekonomian. Biden telah memimpin perekonomian yang berkembang. Hal ini didukung dengan berkurangnya tekanan inflasi dan saham-saham mencapai titik tertinggi sepanjang masa.
Namun, jajak pendapat menunjukkan, masyarakat AS tengah frustrasi dengan tingginya harga barang-barang seperti makanan setelah pandemi Covid-19. Mereka tak menilai Biden patut dipuji atas capaian ekonomi tersebut. (Reuters/AP)