Menlu China Kecam Sikap AS, Puji Relasi dengan Rusia
Perhelatan tahunan ini menjadi cermin bagi arah kebijakan China ke depan, terutama dalam isu ekonomi dan politik.
BEIJING, KAMIS — Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengecam sikap Amerika Serikat yang terus menekan China. Sebaliknya Wang memuji kemitraan China dengan Rusia.
Wang berpidato dalam konferensi pers di tengah gelaran Dua Sesi, pertemuan paralel Kongres Rakyat Nasional (NPC) dan Konferensi Konsultatif Politik Rakyat China (CPPCC), Kamis (7/3/2024), di Beijing. Perhelatan tahunan ini menjadi cermin bagi arah kebijakan Pemerintah China ke depan, terutama dalam isu ekonomi dan politik luar negeri.
”Amerika Serikat selalu mengatakan satu hal, tetapi melakukan hal lain. Di mana kredibilitas dia sebagai negara besar? Jika AS menjadi gugup dan gelisah saat mendengar kata ’China’, di mana kepercayaannya sebagai negara besar? Jika AS terobsesi untuk menekan China, (AS) akhirnya hanya akan merugikan dirinya sendiri,” tuturnya.
Baca juga: China Pasang Target Pertumbuhan Ekonomi 5 Persen untuk 2024
Menurut Wang, hubungan China dengan AS membaik sejak Presiden Xi Jinping bertemu Presiden Joe Biden pada November 2023. Namun, ia menilai AS tidak memenuhi janji-janjinya. Salah satu contohnya adalah sanksi AS terhadap delapan perusahaan China karena berbisnis dengan Rusia.
Sanksi tersebut bagian dari sanksi terhadap 93 perusahaan dari tujuh negara pada akhir Februari 2024. Ini sanksi pertama yang dijatuhkan AS terhadap perusahaan China terkait perang Ukraina-Rusia.
”Metode yang digunakan untuk menekan China selalu diperbarui. Daftar sanksi sepihak terus-menerus diperluas,” ujar Wang.
Pada saat yang sama, Wang membela hubungan dekat Beijing dengan Moskwa. Ia menyebut China dan Rusia telah membentuk paradigma baru dalam relasi negara-negara besar dunia yang benar-benar berbeda dari era Perang Dingin.
Perdagangan kedua negara mencapai 240 miliar dollar AS tahun lalu, melampaui target 200 miliar dollar AS pada akhir 2024. AS dan Uni Eropa menyebut China memberi suntikan kehidupan bagi perekonomian Rusia kala dijatuhi sanksi oleh Barat akibat invasi ke Ukraina pada 2022. Barat mengkritik China karena tidak mengecam invasi Rusia ke Ukraina.
Baca juga: China Bangun Kepercayaan di Tengah Perlambatan Ekonomi
”Gas alam Rusia telah mengalir ke ribuan rumah tangga di China. Mobil-mobil China melaju di jalanan Rusia. Ini sungguh menunjukkan ketahanan yang kuat dan prospek yang luas dalam kerja sama yang saling menguntungkan,” ujar Wang.
Itu bisa terjadi, kata dia, karena hubungan kedua negara berdasarkan ”tidak memihak, tidak berkonfrontasi, dan tidak menarget pihak ketiga”. China menyebut diri pihak netral dalam perang Ukraina-Rusia, tetapi kemitraan strategis dengan Rusia semakin dekat sejak dimulainya perang.
Gaza dan Taiwan
Pidato Wang juga menyinggung hal-hal selain hubungan dengan AS dan Rusia, di antaranya soal perang di Gaza, situasi di Selat Taiwan, dan Laut China Selatan. Terkait Gaza, Wang mendesak diadakannya konferensi internasional untuk membuat peta jalan dan kerangka waktu menuju Solusi Dua Negara. Dia menyebut perang yang tengah terjadi sebagai tragedi kemanusiaan dan aib bagi peradaban.
”Kami mendukung Palestina menjadi anggota penuh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan meminta setiap anggota Dewan Keamanan tidak menjadi penghalang,” katanya.
Baca juga: ASEAN Tegaskan Kepemilikan Laut China Selatan
Wang menyebut, keinginan rakyat Palestina untuk mendirikan negara merdeka tidak bisa lagi dikesampingkan. Duta Besar China untuk PBB Zhang Jun saat debat DK PBB pada Januari mengatakan, keanggotaan penuh Palestina merupakan langkah awal menuju terwujudnya negara Palestina.
Wang juga menuding AS—meski tidak menyebut nama—menimbulkan masalah di Taiwan dan Laut China Selatan. China menganggap Taiwan sebagai bagian dari wilayahnya, maka negara-negara yang memiliki hubungan resmi dengan Taiwan dianggap mencampuri urusan domestik China. Sebagian besar negara tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Taiwan.
Ia menegaskan China akan terus mengupayakan penyatuan kembali Taiwan secara damai. Namun, ia kembali memperingatkan siapa pun yang mendukung kemerdekaan Taiwan akan membayar harga. ”Intinya jelas. Taiwan tidak akan pernah diperbolehkan memisahkan diri dari tanah air,” ujar Wang.
Di Laut China Selatan, China berhadapan dengan sejumlah negara di Asia Tenggara, seperti Filipina dan Vietnam, karena tumpang tindih klaim di perairan tersebut. China mengklaim seluruh Laut China Selatan. Filipina, yang merupakan sekutu AS, paling sering berhadapan dan terlibat insiden. Filipina dan AS menuding China melakukan taktik agresif untuk menghadang kapal-kapal Filipina menuju ke titik yang disengketakan. Pekan ini terjadi tabrakan di antara kapal-kapal penjaga pantai kedua negara.
”Untuk provokasi yang tidak beralasan, kami akan merespons balik. Kami sarankan kepada negara-negara tertentu di luar kawasan untuk tidak memicu masalah, memihak, dan menjadi pengganggu di Laut China Selatan,” katanya. Menanggapi tudingan itu, Asisten Menteri Luar Negeri AS untuk Asia Timur dan Pasifik Daniel Kritenbrink di Bangkok, Thailand, mengatakan, China menggunakan taktik intimidasi terhadap negara lain di kawasan untuk mencapai kepentingan dan klaim di Laut China Selatan. ”China mengambil sejumlah langkah di Laut China Selatan yang melanggar hukum internasional, juga menggunakan paksaan untuk mengintimidasi para mitra yang kami anggap tidak bisa diterima,” ujarnya. (AP/AFP/Reuters)