KTT Khusus ASEAN-Australia 2024 lebih banyak diwarnai pembahasan ekonomi. Isu geopolitik tetap membayangi.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM, DARI MELBOURNE, AUSTRALIA
·4 menit baca
MELBOURNE, KOMPAS — Perdana Menteri Australia Anthony Albanese menyatakan, Asia Tenggara adalah tempat takdir masa depan Australia, lebih dari wilayah lain di dunia. Alasan ini menjadi dasar Australia terus mendukung Pandangan ASEAN terhadap Indo-Pasifik atau AOIP serta menjamin stabilitas dan perdamaian kawasan.
Albanese berbicara dalam pembukaan rapat pleno para kepala negara dalam rangkaian Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Khusus ASEAN-Australia 2024 di Melbourne, Rabu (6/3/2024). ”Ini kesempatan kita untuk mewujudkan ambisi kemitraan strategis komprehensif dalam hubungan baru yang lebih mendalam dan lebih beragam dengan ASEAN,” katanya di depan semua pemimpin negara anggota ASEAN, kecuali Myanmar yang tak diundang ke KTT itu.
KTT Khusus ASEAN-Australia 2024 digelar untuk menandai 50 tahun hubungan kemitraan kedua pihak yang dimulai sejak 1974. Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao hadir sebagai pengamat.
Albanese mengatakan, ada empat tema utama dalam KTT kali ini yang akan membentuk kemitraan ASEAN-Australia di masa depan. Tema itu mencakup perdagangan dan investasi, transisi iklim dan energi bersih, kerja sama maritim, dan kepemimpinan baru. Keempat tema ini dituangkan dalam Deklarasi Melbourne yang akan diluncurkan pada akhir KTT.
Agenda utama Australia terhadap ASEAN adalah kesejahteraan bersama melalui perdagangan dan investasi yang lebih erat. Selain itu, kedua pihak juga merumuskan langkah bersama untuk menghadapi perubahan iklim dan memanfaatkan energi ramah lingkungan serta memperdalam kerja sama maritim.
Menurut Albanese, KTT Khusus ASEAN Australia menjadi kesempatan untuk merayakan kesuksesan kemitraan ASEAN-Australia selama 50 tahun dan merumuskan arah kerja sama 50 tahun ke depan. Momen ini penting untuk menegaskan keyakinan bersama terhadap sentralitas dan peran penting ASEAN dalam kemakmuran dan keamanan kawasan.
Ini kesempatan kita untuk mewujudkan ambisi kemitraan strategis komprehensif dalam hubungan baru yang lebih mendalam dan lebih beragam dengan ASEAN.
Tujuan lain KTT, kata Albanese, adalah memastikan kemitraan ASEAN-Australia sebagai ”kemitraan untuk masa depan” yang dilandasi persahabatan dan kepercayaan langgeng. ”Dengan demikian, konsumen dan dunia usaha di ASEAN dan Australia dapat mengakses produk dan pasar baru,” kata Albanese, mengacu pada potensi ekonomi dari kerja sama kedua kawasan.
Di bidang energi, KTT akan merumuskan langkah dan komitmen untuk menurunkan emisi karbon menjadi net zero. Komitmen dilakukan dengan cara yang menjamin keamanan energi regional, kedaulatan ekonomi nasional, serta membawa gelombang baru perdagangan dan investasi energi ramah lingkungan.
Untuk mencapai semua itu, ASEAN dan Australia perlu mengubah hubungan alami menjadi kerja sama praktis yang lebih besar di bidang kelestarian laut, ekonomi biru, serta keamanan samudra dan lautan. ”Dalam semua hal ini, Australia berkomitmen untuk bekerja sama dengan ASEAN guna memastikan prinsip-prinsip kedaulatan, integritas wilayah, kesetaraan, dan independensi ditegakkan,” kata Albanese.
Australia, lanjutnya, berkomitmen penuh untuk bekerja sama dengan negara-negara di Asia Tenggara dalam kerangka ASEAN, juga melalui forum seperti KTT Asia Timur dan APEC. ”Saya harap Anda meninggalkan Australia dengan pemahaman yang lebih mendalam mengenai komitmen Australia terhadap kawasan kita dan optimisme kita terhadap masa depannya,” ujarnya.
Sekretaris Jenderal ASEAN Kao Kim Hourn dalam sambutannya mengatakan, Asia dan Australia menjalin kemitraan saling menguntungkan selama lebih dari lima dekade. Kemitraan ASEAN-Australia telah berkembang secara signifikan untuk mencakup berbagai bidang kerja sama. ”Australia telah menjadi mitra penting dalam mendukung komunitas ASEAN," katanya.
Isu geopolitik
KTT Khusus ASEAN-Australia 2024 lebih banyak diwarnai dengan pembahasan kemitraan ekonomi. Namun, isu keamanan dan geopolitik membayangi dalam pertemuan-pertemuan bilateral, seperti kerja sama keamanan dengan Singapura dan klaim wilayah di Laut China Selatan yang beberapa kali disinggung Filipina.
Hubungan dengan China disinggung cukup keras oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim setelah pertemuan bilateral dengan Albanese pada 4 Maret 2024. Ia menyatakan, Malaysia tidak punya masalah dengan China. Negara lain yang bermasalah dengan China tak bisa memaksakan pandangan itu pada Malaysia.
Anwar mengatakan, saat ini China tampaknya menjadi investor dan sumber perdagangan terkemuka bagi Malaysia. ”Kami bangsa merdeka, kami sangat mandiri. Kami tidak ingin didikte oleh kekuatan apa pun. Jadi, ketika kita tetap menjadi teman penting bagi Amerika Serikat atau Eropa dan di Australia, hal-hal tersebut tidak boleh menghalangi kita bersikap ramah terhadap tetangga penting kita, khususnya China. Itulah konteksnya,” katanya.
Sementara Filipina menyinggung pentingnya menjaga stabilitas keamanan di Laut China Selatan. Sebagai informasi, Filipina dan China berulang kali berselisih terkait batas wilayah dan saling klaim kawasan di Laut China Selatan selama setahun terakhir. China mengklaim hampir seluruh wilayah Laut Cina Selatan.
Pengadilan Arbitrase Permanen pada 2016 memutuskan klaim China tidak memiliki dasar hukum. Jalur perdagangan Laut China Selatan merupakan jalur perdagangan kapal yang penting di kawasan Asia.
Menteri Luar Negeri Filipina Enrique A Manalo menyatakan, Laut Cina Selatan memiliki masa depan yang lebih menjanjikan sebagai pusat munculnya ekonomi biru selama semua negara menghormati perdamaian di kawasan maritim itu. Ia tidak menyinggung klaim China terhadap kawasan Laut China Selatan yang juga diakui sebagai milik Filipina,
Menurut dia, masa depan menjanjikan itu hanya mungkin terwujud jika negara-negara di kawasan bertekad menjunjung tinggi kerja sama dalam hal diplomasi, menangani konfrontasi, dan menahan diri dalam penggunaan kekuatan. ”Agar Laut China Selatan dan lautan di Indo-Pasifik dapat menjadi pemersatu perdamaian, stabilitas, dan kemakmuran, kita perlu menjaga tanggung jawab dan kepedulian bersama,” kata Manalo pada sesi Maritime Academic Conference.
Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Loong menegaskan keberpihakan pada kerja sama pertahanan dan keamanan dengan Australia di tengah penolakan sejumlah negara ASEAN. Negaranya bakal dengan senang hati menerima kehadiran kapal selam-kapal selam bertenaga nuklir Australia saat telah tersedia dan beroperasi.
Hingga Rabu siang, para pemimpin negara ASEAN dan Australia menggelar acara yang tertutup untuk media. Rangkaian KTT Khusus ASEAN-Australia 2024 akan ditutup dengan rapat retreat para pemimpin negara yang membahas tantangan global, terutama geopolitik.