Angkatan Darat AS Hapus 24.000 Posisi, Perombakan Antisipasi Perang Besar
Angkatan Darat AS ingin membangun kekuatan tempur berskala besar.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
WASHINGTON, RABU — Angkatan Darat Amerika Serikat berencana menghapus 24.000 jenis pekerjaan di dalamnya. Langkah ini diambil guna mengubah strategi AS dalam merespons kebutuhan pertahanan dan keamanan. Fokus masa depan mereka adalah agar Angkatan Darat AS lebih siap untuk perang terbuka berskala besar.
Rencana itu diumumkan di dalam laporan Angkatan Darat (AD) AS yang terbit pada Selasa (27/2/2024) waktu setempat atau Rabu (28/2/2024) waktu Indonesia.
Sebanyak 24.000 pekerjaan yang dihapus itu berada pada posisi-posisi yang sudah tidak ada, misalnya markas militer AS di Afghanistan. Seperti diketahui, semua tentara AS sudah angkat kaki dari negara tersebut sejak 2021. Angka 24.000 itu setara 5 persen dari total posisi di AD AS.
”AD AS akan membuka 7.500 pekerjaan baru yang relevan dengan kebutuhan mendatang,” kata Juru Bicara AD AS Letnan Jenderal Rob Lodewick kepada majalah Forbes.
Ia menjelaskan, ada 10.000 jenis pekerjaan keinsinyuran yang dihapus. Dari sektor pertempuran ada 10.000 posisi yang dihilangkan. Sisanya dari unit-unit yang jarang dikirim ke lapangan.
Penghapusan pekerjaan dan posisi ini tidak berpengaruh terhadap jumlah tentara karena tidak ada pemecatan. Tentara dari unit yang dihapus itu akan dipindah ke unit-unit lain. Menurut Lodewick, program ini berlangsung selama 10 tahun ke depan.
AD AS berencana meningkatkan jumlah tentara aktif menjadi 470.000 personel per tahun keuangan 2029. Saat ini, tercatat jumlah tentara AD AS ada 494.000 orang. Akan tetapi, yang aktif bertugas hanya 445.000 orang.
Ubah prioritas
Direktur Jenderal AD Departemen Pertahanan AS Christine Wormuth menjelaskan, AD ingin mengubah pendekatan keamanannya. ”Kami mulai meninggalkan fokus melawan terorisme dan pemberontakan. Kebutuhan sekarang ialah menyiapkan kemampuan tempur berskala besar,” katanya.
Sekarang ini, tentara AD AS umumnya diturunkan untuk menjaga perdamaian. Tren ini berlaku sejak perang Irak selesai. Tentara AS ditempatkan, antara lain, di Irak, Afghanistan, dan negara-negara Timur Tengah untuk melawan organisasi teroris ataupun mencegah terjadinya pemberontakan.
Menurut Wormuth, pekerjaan-pekerjaan baru di AD AS fokus pada pertahanan melawan serangan udara, terutama pesawat nirawak. Selain itu, juga akan ada peningkatan di sektor keamanan siber, intelijen, dan kemampuan menyerang jarak jauh.
Pekerjaan-pekerjaan baru di AD AS fokus kepada pertahanan melawan serangan udara, terutama pesawat nirawak, serta peningkatan di sektor keamanan siber, intelijen, dan kemampuan menyerang jarak jauh.
”Analisis menunjukkan, AD AS kebanyakan struktur, sementara sumber daya manusianya tidak cukup memenuhi struktur itu. Jadi, yang harus dirombak memang kelembagaannya,” tutur Wormuth.
Laporan internal AD AS itu juga fokus mengamati perkembangan situasi di China, Rusia, dan Korea Utara. Ketiga negara itu semakin meningkatkan jumlah dan kemampuan militer masing-masing. Adanya invasi Rusia ke Ukraina semakin memperkuat teori bahwa kemampuan bertempur skala besar merupakan kunci pertahanan dan keamanan untuk sekarang dan masa depan.
Kekurangan orang
Persoalannya, militer-militer di seluruh dunia menghadapi kesulitan menarik anggota baru. Di AS, semua unit militernya juga mengalami permasalahan serupa. Setiap tahun, jumlah orang yang masuk militer tidak pernah memenuhi target.
Pada tahun 2023, misalnya, AD AS menargetkan bisa merekrut 65.000 orang, kenyataannya hanya mendapat 50.000 orang. Pada 2022, dari target 60.000 orang hanya bisa diperoleh 45.000 anggota baru.
Secara tradisional, militer AS menargetkan pemuda berumur 17-24 tahun. Sekarang, mereka menargetkan merekrut orang-orang yang sudah lulus kuliah atau berpengalaman kerja beberapa tahun. Hal ini karena, jika mengenyam pendidikan tinggi, mereka diharapkan memiliki watak dewasa serta kompetensi akademik maupun teknis yang bisa dimanfaatkan oleh militer.
Pada tahun 2022, Departemen Pertahanan AS (Pentagon) melakukan jajak pendapat kepada pemuda berumur 16-24 tahun. Terungkap, hanya 2 persen responden mengatakan mau bergabung dengan militer. Sebanyak 90 persen responden mengatakan tidak mau dan sisanya mengatakan mungkin.
Mayoritas beralasan risiko kematian, luka, dan trauma psikis menjadi penyebab mereka tidak mau bergabung dengan militer. Pada pertengahan 2023, survei Pentagon yang diterbitkan oleh American Military News menyebutkan, 77 persen pemuda AS tidak cocok untuk masuk militer.
Penyebabnya adalah karena kelebihan berat badan; ketergantungan alkohol, obat penenang, maupun narkoba; dan memiliki watak tidak stabil. (AP)