Ukraina Kekurangan Amunisi, Avdiivka Jatuh ke Tangan Rusia
Jatuhnya Avdiivka terjadi ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sedang dalam tur lawatan mencari bantuan perang.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·5 menit baca
KYIV, SABTU — Pasukan Ukraina ditarik mundur dari garis depan di kota Avdiivka di tengah kondisi kekurangan amunisi dan bantuan dari Amerika Serikat yang belum juga turun. Penarikan mundur Ukraina dianggap sebagai kemenangan Rusia di garis depan di wilayah bagian timur itu.
Jenderal Oleksandr Tarnavskyi yang memimpin pasukan Ukraina di Avdiivka mengatakan, penarikan pasukan itu satu-satunya pilihan saat ini. ”Dalam situasi di mana musuh bergerak maju, berjalan melewati mayat tentara sendiri, dengan keunggulan tembakan lawan 10:1, di bawah pengeboman terus-menerus, ini satu-satunya pilihan,” katanya, Sabtu (17/2/2024).
Rusia telah berusaha merebut Avdiivka selama berbulan-bulan. Dengan ditariknya pasukan Ukraina, Rusia dinilai meraih kemenangan besar di wilayah timur.
Pasukan Ukraina telah bertempur untuk mempertahankan kota itu selama empat bulan, dengan kondisi kalah amunisi dan kalah jumlah personel. Kemunduran Ukraina dari Avdiivka adalah keberhasilan Rusia untuk menguasai teritori penting. Kemenangan ini yang terbesar sejak mereka merebut kota Bakhmut di wilayah timur pada Mei 2023.
Sementara serangan Rusia ke Kyiv pada pertengahan 2023 gagal menaklukkan ibu kota Ukraina itu. Penarikan mundur pasukan Ukraina dari Avdiivka ini juga menandai hampir dua tahun serangan Rusia ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022.
Dengan dikuasainya Avdiivka oleh Rusia, Ukraina akan semakin sulit merebut kembali Donetsk. Sebab, serangan bom ke sana akan lebih sulit dilakukan.
Sehari sebelum memberi perintah untuk mundur dari Avdiivka, Tarnavskyi mengatakan, beberapa tentara Ukraina telah ditangkap oleh pasukan Rusia. Dengan penarikan mundur ini, pengepungan oleh pasukan Rusia berhasil dihindari. ”Pengepungan berhasil dicegah, personel ditarik, dan tentara kami mengambil pertahanan di garis lain yang ditentukan,” tulisnya di Telegram.
Pasukan kami telah menjalankan tugas militer mereka dengan bermartabat, melakukan segala kemungkinan untuk menghancurkan unit militer terbaik Rusia, dan menimbulkan kerugian besar pada musuh.
Pertempuran untuk memperebutkan pusat industri itu telah menjadi salah satu perang paling berdarah dalam dua tahun perang tersebut. Kota Avdiivka hanya berjarak kurang dari 10 km di utara Donetsk yang sudah dikuasai Rusia. Pertempuran di Avdiivka itu sedahsyat pertempuran Bakhmut yang menewaskan puluhan ribu tentara.
Panglima Militer Ukraina Oleksandr Syrskyi mengatakan, penarikan mundur pasukan dari kota industri itu dilakukan untuk menghindari pengepungan tentara Rusia demi menyelamatkan nyawa tentara Ukraina. ”Saya memutuskan untuk menarik unit kami dari kota dan beralih ke pertahanan di jalur yang lebih menguntungkan,” kata Syrskyi dalam unggahan Facebook.
Syrskyi yang baru menjabat sebagai Panglima Militer Ukraina sepekan lalu itu memuji pasukannya yang telah bertugas di garis depan Avdiivka. ”Pasukan kami telah menjalankan tugas militer mereka dengan bermartabat, melakukan segala kemungkinan untuk menghancurkan unit militer terbaik Rusia, dan menimbulkan kerugian besar kepada musuh,” ujarnya.
Sebelum serangan Rusia, Avdiivka memiliki sekitar 34.000 penduduk. Saat ini, hanya sekitar 1.000 warga kota yang masih bertahan. Sebagian besar kota telah hancur karena pertempuran.
Kremlin telah menyatakan klaim atas Avdiivka sebagai bagian dari Rusia sejak aneksasi pada 2022. Namun, secara resmi, kota itu terletak di wilayah Donetsk, Ukraina. Hampir semua negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa belum mengakui klaim Rusia tersebut.
Pada Juli 2014, wilayah ini jatuh ke tangan separatis pro-Rusia yang dipimpin Moskwa. Selanjutnya, kota industri penting ini kembali pada kendali Ukraina. Setelah kegagalan serangan balasan Kyiv pada pertengahan tahun lalu, pasukan Rusia melanjutkan serangan. Mereka menghadapi tentara Ukraina yang berjuang untuk mengisi personelnya dan kehabisan amunisi.
Mencari bantuan
Penarikan ini adalah keputusan besar pertama Syrskyi sejak pengangkatannya pada 8 Februari. Ukraina menghadapi tekanan yang meningkat di garis depan di bagian timur karena kekurangan amunisi.
Paket bantuan militer Amerika Serikat senilai 60 miliar dollar AS belum juga turun. Penyebabnya, persetujuan pengucuran bantuan ke Ukraina masih tertahan di DPR AS meski telah diloloskan Senat.
Jatuhnya Avdiivka terjadi ketika Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy sedang dalam tur lawatan ke Eropa untuk mendapatkan bantuan militer yang sangat dibutuhkan. Pada Jumat (16/2/2024), Zelenskyy menandatangani pakta keamanan bilateral dengan Perancis dan Jerman untuk mendapatkan dukungan bagi Kyiv melawan Rusia.
Kedua perjanjian tersebut mencakup bantuan militer dan pengaturan keamanan. Dengan perang Ukraina yang akan memasuki tahun ketiga, Zelenskyy mengajukan permohonan pendanaan dan persenjataan lebih lanjut pada Konferensi Keamanan Munich di Jerman, Sabtu (17/2/2024). Sejumlah pemimpin AS dan Uni Eropa hadir dalam konferensi itu, salah satunya Wakil Presiden AS Kamala Harris.
Kiel Institute, lembaga penelitian yang memantau bantuan ke Ukraina, melaporkan, Uni Eropa diperkirakan harus melipatgandakan dukungan militernya kepada Ukraina untuk mengisi hilangnya bantuan yang ditinggalkan oleh AS. Sebab, saat ini belum ada kepastian AS akan kembali mengirimkan bantuan militer ke Ukraina pada 2024.
Menurut data lembaga yang berbasis di Jerman itu, AS telah mengirimkan bantuan militer sebesar 45,4 miliar dollar AS ke Ukraina antara Februari 2022 dan Desember 2023. Sementara itu, Uni Eropa telah menjanjikan bantuan militer sebesar 49,7 miliar euro sejak awal perang. Namun, sejauh ini hanya menyalurkan atau mengalokasikan 35,2 miliar euro.
Pada akhir 2023, kepada para pemimpin kongres di Washington, Zelenskyy mengatakan, dengan senjata AS, Ukraina dapat memenangi perang. Namun, tanpa senjata AS, Presiden Rusia Vladimir Putin akan menang.
Kepemimpinan Partai Republik AS akan menentukan apakah DPR AS menyetujui lebih banyak bantuan untuk Ukraina atau membiarkan komitmen AS melemah. Hal ini diperkirakan akan menjadi akhir dari perjuangan demokrasi di Kyiv melawan Putin. ”Kita harus membantu sekarang,” kata Presiden Joe Biden memohon kepada Kongres pada Jumat (16/2/2024).