Jerman Gusur Jepang sebagai Negara Ekonomi Terkuat Nomor 3 Dunia
Jepang salah satu sumber surplus neraca perdagangan Indonesia. Perekonomian Jepang kini melemah.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS — Sama-sama terpangkas pertumbuhannya, perekonomian Jepang lebih buruk dari Jerman. Dampaknya, Jepang yang menyerap rata-rata 10 persen ekspor Indonesia itu kini disingkirkan Jerman dari tiga besar negara terkaya.
Kabinet Jepang pada Kamis (15/2/2024) mengungkap, total produk domestik (PDB) Jepang 2023 bernilai 4,21 triliun dollar AS. Sementara PDB Jerman tercatat 4,46 triliun dollar AS. Karena itu, Jerman kini menjadi negara terkaya ketiga setelah Amerika Serikat dan China.
PDB Jepang susut dua triwulan berturut-turut sepanjang 2023. PDB Jepang turun 3,3 persen pada triwulan III-2023 dan 0,4 persen pada triwulan IV-2023. Secara teknis, Jepang bisa disebut dalam resesi. Sementara, menurut Dana Moneter Internasional (IMF), PDB Jerman terpangkas 0,9 persen pada 2023.
Mengacu data IMF, PDB Jepang pada 2012 bernilai 6,2 triliun dollar AS. Sementara pada 2023, nilainya hanya 4,2 triliun dollar AS. Dengan kata lain, PDB Jepang hilang 2 triliun dollar AS dalam satu dekade terakhir.
Menurut kantor berita Kyodo, pelemahan nilai tukar yen terhadap dollar AS berkontribusi pada penurunan nilai PDB Jepang tahun 2023. Pada 2012, setiap dollar AS setara 79,82 yen. Tahun lalu, kurs rata-rata dollar AS terhadap yen mencapai 140,5. Dengan demikian, dalam satu dekade terakhir, kurs yen terhadap dollar AS melemah hampir 100 persen.
Karena itu, menurut Japan Times, sebenarnya PDB Jepang tetap tumbuh jika dihitung dengan yen. Pada 2012-2023, PDB Jepang tumbuh 12 persen jika acuannya yen.
Kejutan negatif
Laporan penyusutan itu menjadi tantangan terbaru Pemerintah Jepang menggerakkan perekonomian. ”Masalahnya bukan cuma pertumbuhan negatif Jepang. Permintaan domestik juga anjlok dan data buruk sekali. Data itu keluar meski ada dongkrakan permintaan terkait Covid-19 tahun lalu,” ujar ekonom kepala pada Daiwa Securities, Toru Suehiro.
Ia menyebut data itu kejutan negatif untuk pasar. Padahal, pasar menanti bank sentral Jepang (BoJ) mulai mengakhiri kebijakan suku bunga negatif. Perubahan itu disebut indikasi perekonomian Jepang mulai tumbuh lebih baik.
Meski demikian, pasar tetap percaya kepada pemerintah dan perekonomian Jepang. Buktinya, imbal hasil surat utang pemerintah turun menjadi 0,715 persen. Penurunan imbal hasil mengindikasikan risiko obligasi lebih rendah.
Sejumlah analis memperingatkan potensi kontraksi ekonomi lainnya di caturwulan ini. Penyebabnya antara lain perekonomian China, yang amat terhubung dengan perekonomian Jepang, juga melemah. Perekonomian Jepang juga bisa terimbas penghentian produksi berbagai pabrik Toyota dan anak usahanya.
Bagi Indonesia, Jepang-China amat penting. Hampir 30 persen ekspor Indonesia ditujukan ke kedua negara itu. Jepang salah satu sumber surplus neraca perdagangan Indonesia.
Ekonom senior Dai-ichi Research Institute, Yoshiki Shinke, mengatakan, kelesuan perekonomian Jepang antara lain diindikasikan pelemahan konsumsi dan pemangkasan belanja. Di sejumlah negara, perekonomian domestik terutama digerakkan kedua pilar itu.
Ia khawatir, perekonomian Jepang tidak akan mendapatkan momentum pemulihan sebab belum terlihat faktor pendorong pertumbuhan.
Sementara ekonom senior Moody’s Analytics, Stephan Angrick, mengatakan, kabar dari Jepang amat buruk. Meski demikian, masih ada harapan perubahan kebijakan.
Masalahnya, berbagai persoalan ini menyulitkan pemerintah membuat insentif. Bagi BoJ, alasan menaikkan suku bunga menjadi tidak ada lagi.
Sementara Menteri Perekonomian Jepang Yoshitaka Shindo mengatakan, kenaikan upah akan membantu menggerakkan perekonomian. Jepang juga harus melakukan reformasi struktural untuk mendorong peluang baru. (AFP/REUTERS)