Israel-Hamas Terus Gagal Bersepakat, Kekhawatiran Serangan Darat Meningkat
Meski mau terus berbicara, Israel-Hamas tidak kunjung bersepakat. Ada kekhawatiran serangan darat ke Rafah terjadi.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
KAIRO, RABU — Upaya mewujudkan gencatan senjata di Gaza kembali gagal. Kegagalan itu memicu kekhawatiran Israel akan segera melancarkan serangan darat ke Rafah.
Upaya terbaru dilakukan di Kairo, Mesir. Perundingan yang berakhir pada Rabu (14/2/2024) itu gagal mencapai kesepakatan. Para penengah, yakni Mesir, Qatar, dan Amerika Serikat, tidak bisa mempertemukan Hamas-Israel.
Kegagalan perundingan, antara lain, diindikasikan pernyataan resmi Israel. ”Ada keinginan untuk melanjutkan konsultasi dan koordinasi mengenai isu-isu utama,” demikian pernyataan tertulis Israel.
Terpisah, juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby mengatakan, perundingan itu berjalan ”konstruktif dan bergerak ke arah yang benar”. Pernyataan AS-Israel menunjukkan para pihak terkait belum sependapat. Meski demikian, mereka setuju untuk terus berbicara.
Warga Israel berunjuk rasa di Tel Aviv pada Selasa (13/2/2024) malam untuk memprotes serangan Israel ke Gaza.
Berbeda dari banyak negara, AS masih bisa menerima serangan darat Israel ke Rafah. Syaratnya, Israel menunjukkan rencana yang dapat dipercaya soal perlindungan warga sipil.
Bagi banyak pihak, termasuk sejumlah senator AS, sulit memercayai Israel akan melindungi warga sipil. Kematian hampir 29.000 warga Gaza hanya dalam lima bulan terakhir adalah bukti keengganan Israel melindungi warga sipil.
Sejumlah pihak menyebut, perundingan lanjutan belum diketahui waktu dan lokasinya. Mesir dan Qatar masih mengusahakan pertemuan lanjutan itu. Mesir meminta para pihak selentur mungkin dalam membahas capaian di perundingan.
Kegagalan itu membuat Presiden Palestina Mahmoud Abbas akhirnya bersuara. Ia meminta Hamas segera menyepakati gencatan senjata untuk menghindari dampak mengerikan. ”Kami mengimbau Hamas segera menyelesaikan kesepakatan tawanan, demi menyelamatkan warga Palestina dari bencana lain dengan dampak mengerikan,” ujarnya.
Pengungsi di Rafah pada Rabu (14/2/2024). Kawasan di Gaza selatan itu kini dihuni 1,4 juta pengungsi.
Ia khawatir, kegagalan kesepakatan Israel-Hamas memicu nakba terbaru. Ia mengacu pada pengusiran besar-besaran warga Palestina pada 1948. Warga Palestina harus mengungsi setelah wilayah mereka dicaplok Israel.
Serangan darat
Perundingan Kairo bagian dari upaya mencegah Israel melancarkan serangan darat ke Rafah. Berbagai negara dan organisasi internasional meminta Tel Aviv tidak melakukan itu. Sebaliknya, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berkeras serangan harus dilancarkan.
Netanyahu yakin, para sandera Hamas ditawan di Rafah. Selain itu, para petinggi Hamas juga berada di kawasan itu. Ia menolak perundingan sebagai cara membebaskan sandera.
Sejak akhir Januari 2024, ia berulang kali meminta warga Rafah mengungsi. Berbagai pihak menyebut, sudah tidak ada lagi wilayah Gaza bisa dijadikan tempat tinggal selain di Rafah.
Tank Israel di perbatasan Israel-Gaza pada Rabu (14/2/2024)
Rafah kini dipenuhi dengan para pengungsi yang tinggal di tenda-tenda dan tempat penampungan sementara. Mereka sudah berpindah-pindah ke banyak lokasi untuk menghindari pengeboman dan serangan darat Israel.
Sementara tank-tank Israel masih menembaki Rafah bagian timur hingga membuat masyarakat panik. Meski bertetangga dengan Rafah, Mesir tidak mengizinkan para pengungsi melewati perbatasan dan masuk ke Mesir.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi menegaskan itu dalam pertemuan dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan. Sikap itu disampaikan juga ke Direktur Badan Pusat Intelijen (CIA) AS William Burns dan PM Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al-Thani. Seluruh tokoh itu diterima di Kairo pada Rabu.
Israel bertekad akan terus memberantas Hamas dan menjadikan kembalinya sandera sebagai prioritas. Sementara Hamas mendesak Israel harus berkomitmen mengakhiri perang dan menarik seluruh pasukannya dari Gaza.
”Kabar ini mengecewakan. Kami berharap akan ada kesepakatan yang dicapai di Kairo. Kami harap Israel tidak mengirimkan tank-tanknya. Akan tetapi, siapa yang bisa mencegah mereka?” kata Said Jaber, pengusaha Gaza yang sedang berlindung di Rafah bersama keluarganya itu. (REUTERS/AFP/AP/LUK)