Eropa Kembali Gagas Otonomi Pertahanan Gara-gara Trump
Eropa harus mempunyai hak untuk menentukan masa depannya sendiri di bidang pertahanan dan keamanan.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·3 menit baca
PARIS, SELASA — Eropa menyerukan persatuan dan kerja sama militer lebih besar. Seruan itu dilontarkan di tengah kekhawatiran Donald Trump terpilih lagi sebagai Presiden Amerika Serikat.
Isu itu dibahas dalam pertemuan para Menteri Luar Negeri Perancis, Polandia, dan Jerman. Mereka bertemu di pinggiran Paris, Perancis, Senin (14/2/2024). Adapun kepala negara mereka bertemu terpisah di Berlin dan Paris.
Pertemuan digelar setelah Trump berkomentar soal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Menurut Trump, Rusia bisa menyerbu siapa pun anggota NATO yang tidak memenuhi komitmen anggaran pertahanan.
Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock, Menlu Prancis Stephane Sejourne, dan Menlu Polandia membahas kecemasan akibat pernyataan itu. Mereka juga menyerukan komitmen untuk menjadikan Uni Eropa sebagai kekuatan keamanan dan pertahanan guna mendukung Ukraina.
Séjourné mengatakan, setiap menit sangat berarti untuk bersiap menghadapi skenario yang telah digambarkan oleh Trump. Adapun Sikorski menyebut, pertemuan dekat Paris terjadi pada momen dramatis. ”Presiden Rusia Vladimir Putin tidak boleh dibiarkan memenangi perang ini. Kita harus memenuhi kewajiban kita terhadap Ukraina,” kata Sikorski.
Revitalisasi hubungan
Sementara itu, Perdana Menteri Polandia Donald Tusk menemui Presiden Perancis Emmanuel Macron di Paris dan Kanselir Jerman Olaf Scholz di Berlin. Di sela-sela lawatan, Tusk menyatakan keinginan merevitalisasi hubungan negaranya dengan mitra-mitra utama Eropa.
”Tidak ada alasan mengapa kita lebih lemah secara militer dibandingkan Rusia. Oleh karena itu, meningkatkan produksi dan mengintensifkan kerja sama merupakan prioritas yang tidak dapat disangkal,” kata Tusk.
Sebagai salah satu anggota NATO yang dekat dengan Ukraina, Polandia cemas dengan pernyataan Trump. Penyebabnya, bisa saja AS membiarkan Rusia melanjutkan serbuan dari Ukraina ke Polandia.
Tusk juga mendesak negara-negara Eropa untuk berinvestasi lebih banyak dalam proyek-proyek militer agar dapat meningkatkan kemampuan pertahanan udara dan kemampuan produksi amunisi dalam waktu belasan bulan ke depan
Adapun Scholz mengecam pernyataan Trump. ”Janji perlindungan NATO tidak terbatas, semua untuk satu dan satu untuk semua. Tidak ada seorang pun yang bisa bermain-main atau berurusan dengan keamanan Eropa,” ujarnya.
Sebelum bertemu Tusk, ia meresmikan pabrik amunisi baru. Ia menekankan pentingnya upaya Eropa untuk meningkatkan produksi senjata.
Sementara itu, Macron kembali menyinggung otonomi pertahanan Eropa. Caranya dengan membentuk pasukan gabungan khusus Eropa. Kerja sama militer itu akan memungkinkan Eropa sebagai kekuatan keamanan dan pertahanan. Kerja sama itu juga akan melengkapi NATO dan pilar aliansi Atlantik.
Pada akhir Januari di Swedia, Macron menyebut arsitektur keamanan Eropa tidak bisa diserahkan pada AS dan Rusia saja. Eropa harus mempunyai hak untuk menentukan masa depannya sendiri di bidang pertahanan dan keamanan.
Sejak 2018, Macron sudah menggaungkan gagasan soal tentara Eropa. Tanpa tentara itu, menurut dia, Eropa sulit benar-benar melindungi diri.
Saat melontarkan gagasan itu, Trump baru setahun menjadi presiden. Kala itu, Trump juga menggaungkan soal Eropa perlu mengurus sendiri pertahanannya. Sebab, AS tidak mau menanggung beban itu.
Macron mengatakan, keputusan-keputusan Trump akan membuat konflik pecah di Eropa. Ukraina sedang merasakan hal tersebut. Karena itu, Eropa harus benar-benar mempunyai pertahanan mandiri yang kuat. (AFP/REUTERS)