Perancis-Jerman Kembali Dorong Pembentukan Tentara Eropa
Eropa terlalu lama menutup mata pada fakta yang tidak nyaman tentang makna penarikan militer AS dari benua itu.
Oleh
KRIS MADA, DARI DEN HAAG, BELANDA
·3 menit baca
MUENCHEN, SENIN -- Perancis dan Jerman kembali mendorong pembentukan tentara Eropa. Namun, Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) keberatan dengan wacana itu.
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg menyambut baik rencana Eropa meningkatkan belanja pertahanan. Akan tetapi, di sisi lain, ia cemas pada kecenderungan kerja sama pertahanan Eropa yang mengesampingkan NATO dan Amerika Serikat.
"Upaya apa pun untuk menjauhkan Eropa dan Amerika Utara tidak hanya melemahkan ikatan Trans-Atlantik dan kemampuan bersaing secara global, melainkan juga berpeluang memecah Eropa," ujarnya di sela Konferensi Keamanan di Muenchen, Jerman.
Konferensi itu berlangsung di Jerman sejak Sabtu hingga Senin (17/2/2020). Presiden Perancis Emmanuel Macron dan sejumlah tokoh lain hadir pada forum itu. Selain membahas isu keamanan Timur Tengah, konferensi itu secara khusus membicarakan pertahanan Eropa.
Macron menyatakan, ia selalu diyakinkan bahwa pertahanan Eropa perlu diperkuat. "Kita tak bisa selalu mengandalkan AS. Kita harus memikirkan cara Eropa. Sekarang kita bisa menyatakan, jika ingin Eropa berdaulat, melindungi warga, kita perlu mempertimbangkan itu," kata Macron.
Pertahanan Eropa dinyatakan sebagai salah satu sokoguru keamanan benua itu. Sokoguru lain adalah NATO.
Kita tak bisa selalu mengandalkan AS. Kita harus memikirkan cara Eropa.
Macron juga menyebut, Perancis dan Jerman telah menggelar beberapa kerja sama pertahanan selama beberapa tahun ini. Paris-Berlin mengembangkan Sistem Pertempuran Udara Masa Depan (FCAS) dan darat (MCAS).
Menteri Pertahanan Jerman Annegret Kramp-Karrenbauer setuju dengan ide Macron. "Kita sudah punya beberapa perangkat dan kepentingan bersama. Mari tuntaskan dengan membuat pernyataan politik bersama. Saya ingin dampak kebijakan pertahanan dan keamanan Jerman dan Eropa yang lebih besar, langkah kita dikoordinasikan lebih baik, dan lebih jelas arahnya," ujarnya, sebagaimana dikutip media Jerman, Deutsche Welle.
Ia mengusulkan kerja sama itu dimulai dengan mewujudkan strategi bersama Eropa di Selat Hormuz. Strategi ini terpisah dari kebijakan AS soal tekanan pada Iran.
Sementara Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas menegaskan, Eropa harus bersatu dengan perkembangan dunia sekarang. Persaingan AS-China jadi salah fokusnya.
Penarikan tentara AS
Maas juga mendorong lagi Eropa meningkatkan perannya dalam pertahanan dan keamanan global. "Sudah terlalu lama, kita menutup mata pada fakta yang tidak nyaman tentang makna penarikan militer AS dari Eropa dan perjanjian internasional," ujarnya.
Isu sudah lama bergaung di Eropa. Kini, AS menempatkan ribuan tentara dan aneka persenjataan di berbagai penjuru Eropa. Penempatan itu bagian dari pelaksanaan NATO.
Di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, AS terus mendesak Eropa menambah belanja pertahanan. Washington merasa menanggung beban terlalu besar untuk keamanan Eropa. Desakan itu membuat Eropa khawatir akan masa depan keamanan benua itu.
Kekhawatiran Eropa terutama karena benua itu akan jadi sasaran pertama jika ada konflik dengan Rusia, alasan utama pembentukan NATO. Kini, Rusia terus mengembangkan aneka persenjataan canggih.
Selain itu, secara resmi, kini hanya Rusia dan Perancis menjadi kekuatan nuklir di Eropa. Adapun Inggris, setelah keluar dari Uni Eropa, tidak dipertimbangkan menjadi bagian Eropa lagi.
Selain itu, Inggris secara terbuka menyatakan tidak mau terlibat soal pertahanan Eropa. Hal itu antara lain diungkapkan Nigel Farage, Pemimpin Partai Brexit, pada hari terakhir tugas sebagai anggota parlemen Eropa.
Presiden Eurasia Group, Ian Bremmer, menyatakan ragu atas wacana yang kembali didorong Macron itu. "Macron sedang memainkan politik dalam negeri, dia tidak bersama Jerman," ujar pemimpin lembaga kajian isu Eropa itu.
Tema Konferensi Keamanan di Muenchen (MSC) 2020, lanjut Bremmer, sangat menjelaskan kegelisahan Eropa. "Peran Barat tak jelas. AS tak tahu apa yang harus dilakukan pada keamanan global. Eropa tidak paham bahwa mereka jauh dari mampu menggantikan atau melengkapi peran itu," kata dia.
Ia mengingatkan, China dan Rusia terlalu kuat. Masalahnya, Beijing dan Moskwa tahu harus melakukan apa. Sebaliknya, barat kebingungan.