Utang Biaya Kuliah Membelit Sepanjang Masa
Utang biaya kuliah bisa membelit sampai 30 tahun, melebihi jangka waktu kredit rumah.
Dalam dua dekade ini, biaya kuliah naik lebih dari dua kali lipat. Pemerintah dan pengelola perguruan tinggi menawarkan utang sebagai cara membayar uang kuliah. Di sebagian negara, utang itu membelit selama puluhan tahun.
Dalam risalah edisi Rabu (7/2/2024), Federal Reserve mencatat, total utang uang kuliah Amerika Serikat mencapai 1,7 triliun dollar AS. Bank sentral AS itu juga mencatat, total kredit kendaraan bernilai 1,5 triliun dollar AS. Sebagai pembanding, produk domestik bruto Indonesia 1,18 triliun dollar AS. Sementara di Inggris, total utang biaya kuliah mencapai 206 miliar pound sterling.
Menurut Education Data Initiative, rata-rata kenaikan biaya kuliah AS dalam dua dekade terakhir mencapai 179,2 persen. Pada beberapa perguruan tinggi, kenaikannya bisa lebih tinggi.
Baca juga: Pinjaman Pendidikan KMI Berakhir lantaran Macet?
Debitor di sejumlah negara bolak-balik mengeluhkan jumlah cicilan yang mereka bayar. Alumni West Chester University di Pennsylvania, Broke Samuelian, mengaku telah mencicil rutin selama sepuluh tahun. Meski demikian, nilai utang biaya kuliahnya tetap 25.000 dollar AS. ”Saya cemas utang ini akan terus jadi beban keuangan saya,” kata perempuan yang belajar forensik dan toksikologi itu.
Tidak sanggup
Ia salah satu dari 43 juta warga AS yang menanggung utang biaya kuliah. Seperti Samuelian, 94 persen debitur utang itu mengaku terbebani. Bahkan, 64 persen debitor mengaku akan berhenti membayar. Sementara 9 persen debitor malah sudah benar-benar berhenti membayar karena tidak mampu lagi mencicil.
Kasus Samuelian menunjukkan, cicilan utang biaya kuliah bisa mengikat puluhan tahun dan tanpa kejelasan kapan akan berakhir. AS menetapkan, setiap pengutang harus mulai mencicil setelah enam bulan lulus kuliah.
Sementara di Jepang, utang harus mulai dicicil dalam empat tahun sejak didapatkan. Apa pun kondisi pengutang, sudah bekerja atau masih pengangguran, cicilan harus dibayar.
Baca juga: Heboh Pinjaman untuk Kuliah, Pemerintah Godok ”Student Loan” lewat LPDP
Jika tidak membayar, utang semakin besar karena ada bunga. AS menetapkan bunga 5,5 persen per tahun untuk pinjaman bersubsidi. Untuk utang yang tidak disubsidi, bunganya mencapai 7,5 persen.
Adapun pinjaman yang diajukan atas nama orangtua mahasiswa dikenai bunga 8,05 persen. Tingkat bunga berubah sesuai kondisi pasar. Bunga itu berlaku untuk pinjaman yang disediakan pemerintah. Sementara untuk kredit dari bank atau lembaga swasta, bunganya lebih tinggi lagi.
AS memberi peluang perpanjangan tenor hingga 25 tahun. Banyak syarat dan prosesnya panjang untuk mendapat tambahan tenor itu.
Japan Student Services Organization (Jasso) memberikan tenor hingga 20 tahun. Rata-rata bunganya 0,905 persen hingga 3 persen. Pinjaman pendidikan di Jepang juga menyediakan beragam keringanan. Pada kondisi tertentu dan dengan syarat ketat, pinjaman biaya pendidikan di Jepang bisa dihapuskan.
Baca juga: Pinjaman ”Online” Memicu Perangkap Utang
Meski tak sepelik di AS, di Jepang, masalah pembayaran juga terjadi. Laporan media Mainichi menyebutkan, dari survei tahun 2022, sekitar 10 persen debitor berusia 20-30 tahun menyatakan kebangkrutan dan tak bisa lagi membayar pinjaman pendidikan.
Media Nippon mencatat kisah peminjam yang tetap harus mencicil utangnya meskipun ia tak lulus kuliah. Karena gagal memperoleh gelar, perempuan itu hanya dapat bekerja dengan gaji rendah, mulai dari pelayan restoran di pasar hingga petugas di pusat layanan pelanggan.
Ia tak mampu membayar pinjaman bulanan sebesar 15.000 yen (Rp 1,6 juta). Sempat menerima penangguhan membayar selama sepuluh tahun, tetapi sembilan tahun kemudian kondisi ekonominya justru memburuk.
Perangkap utang
Di AS, pinjaman pendidikan ini telah menjadi sumber polemik dan protes. Sebab, sistem ini membuat peminjam terlilit utang selama puluhan tahun. Banyak peminjam yang akhirnya tak mampu membayar karena ternyata penghasilan mereka terlalu kecil atau mereka tak bekerja.
Baca juga: AS Hapus Utang Lulusan Perguruan Tinggi yang Mengabdi pada Pelayanan Publik
Unjuk rasa berulang kali digelar untuk meminta pemutihan utang pendidikan itu. Bahkan, sekitar 1,2 juta orang menandatangani petisi di Change.org yang menuntut Presiden AS membatalkan pinjaman pendidikan.
Beberapa kajian mengaitkan juga utang pendidikan di AS sebagai jebakan utang. Lembaga penelitian Pew Research Center menemukan kondisi ekonomi penanggung utang pendidikan di AS tertinggal jauh dibandingkan rekan-rekan mereka yang bebas utang pendidikan.
Analisis Survei Keuangan Konsumen menemukan warga AS di bawah usia 40 tahun yang tak punya utang pendidikan punya kekayaan bersih rata-rata 64.700 dollar AS. Sementara warga yang punya utang pendidikan hanya punya kekayaan bersih 8.700 dollar AS.
Presiden AS Joe Biden mencoba mencari solusi kepelikan itu. Utang 136 miliar dollar AS dari 3,7 juta orang diampuni. Pemutihan ini merupakan janji kampanyenya. Kebijakan itu dikritik Partai Republikan karena dinilai menjadi beban keuangan negara yang tak adil bagi pembayar pajak.
Utang manusiawi
Kondisi ini berbeda di negara-negara yang menerapkan sistem pembayaran berdasarkan penghasilan. Sejumlah negara itu seperti Inggris, Australia, dan Kanada. Di Inggris, peminjam baru wajib mencicil setelah pendapatan mereka setidaknya setara dengan 27.815 dollar AS per tahun. Saat belum bekerja atau penghasilan lebih rendah, pembayaran cicilan ditunda.
Baca juga: Mahalnya Biaya Kuliah di AS, Penghapusan Utang Kuliah Pun Tak Cukup
Sementara Program Pinjaman Pendidikan Tinggi (HELP) di Australia justru lebih ringan. Peminjam tak perlu mencicil sebelum penghasilannya lebih dari 51.549 dollar AS.
Tak hanya ringan, Inggris bahkan hanya akan menarik cicilan utang pendidikan itu hingga 30 tahun. Setelah itu, sisa utang akan diputihkan. Peminjam di Inggris pada umumnya butuh waktu 27 tahun untuk melunasinya.
Sementara Australia memungut pembayaran selama peminjam masih hidup dan mempunyai pendapatan yang cukup. Peminjam pada umumnya hanya menghabiskan waktu sembilan tahun untuk membayar kembali pinjamannya. Di kedua negara tersebut, cicilan dipungut secara otomatis dari pemotongan gaji.
Dengan sistem tersebut, ternyata hasilnya positif. Pembayaran utang pendidikan di Inggris lancar dan justru meningkat sejak 2023. Student Loans Company (SLC), yang mengelola pinjaman biaya kuliah dan pemeliharaan di Inggris, mengungkapkan pembayaran cicilan oleh lulusan justru meningkat menjadi lebih dari 4 miliar pound sterling pada 2022-2023.
Seperti dilaporkan media Inggris, The Guardian, jumlah ini jauh lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Pihak SLC menduga kenaikan pembayaran ini karena gaji peminjam juga meningkat.
Baca juga: Pinjaman Daring agar Mahasiswa Lancar Bayar Uang Kuliah
Jumlah rata-rata utang mahasiswa yang lulus di Inggris saat ini sekitar 45.000 pound sterling. Namun, dengan pembayaran yang manusiawi, sebagian besar tak merasa terbeban.
Ahli pendidikan berpendapat sistem pembayaran pinjaman mahasiswa yang terbaik adalah sistem yang sederhana. Sistem itu berdasarkan pendapatan mahasiswa. Adapun tenor ditetapkan berjangka panjang dan penagihan secara otomatis ”Jangka waktu yang lebih pendek berarti lulusan berpenghasilan rendah akan selalu kesulitan dan berisiko gagal bayar,” kata Lorraine Dearden, Profesor Statistik Ekonomi dan Sosial University College London, di The New York Times.
Sistem pinjaman pendidikan tak bisa melupakan tujuannya untuk meningkatkan harkat peminjam. Sistem yang abai pada sisi manusiawi peminjam justru akan menuai masalah di kemudian hari. Apalagi, jika utang pendidikan dibiarkan menjadi ajang mencari cuan bagi pinjaman daring (online).
(Reuters)