Zelenskyy Tunjuk Syrskyi, Jenderal Kelahiran Rusia, Jadi Panglima Ukraina
Lahir dan besar di Rusia, Syrskyi bergabung dengan militer Ukraina sejak 1991. Kini, Zelenskyy menjadikannya panglima.
KYIV, JUMAT — Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy resmi mengganti panglima angkatan bersenjata Ukraina. Jenderal kelahiran Rusia dan masih mempunyai keluarga di Rusia, Oleksandr Syrskyi, ini dipilih menjadi pengganti Jenderal Valerii Zaluzhnyi.
Zelenskyy mengumumkan pergantian pucuk pimpinan militer Ukraina pada Kamis (8/2/2024) malam waktu Kyiv atau Jumat dini hari WIB. ”Mulai hari ini, tim pengelola baru akan mengambil alih kepemimpinan angkatan bersenjata Ukraina,” ujarnya.
Baca juga: Pertikaian Zelenskyy dan Panglima Militernya Makin Persulit Posisi Ukraina
Zaluzhnyi mengumumkan pencopotannya beberapa saat setelah pernyataan Zelenskyy. ”Kami bertemu panglima tertinggi, pembicaraan penting dan serius. Keputusan dibuat tentang perlunya perubahan pendekatan dan strategi,” katanya.
Pergantian tersebut diumumkan dua pekan menjelang perang Ukraina genap berlangsung dua tahun. Zaluzhnyi dicopot setelah berbulan-bulan disebut bertikai dengan Zelenskyy soal perkembangan perang Ukraina.
Zelenskyy mengatakan, sejumlah perwira dijajaki sebagai pengganti Zaluzhnyi. Mereka antara lain Andriy Hnatov, Mykhailo Drapatyi, Ihor Skybiuk, Pavlo Palisa, dan Vadym Sukharevskyi. Syrskyi yang menjadi Kepala Staf Angkatan Darat Ukraina sejak 2019 akhirnya dipilih.
Rusia dan artileri
Syrskyi lahir dan besar di Vladimir, provinsi di timur Moskwa, Rusia. Pada usia 21 tahun, ia lulus Akademi Militer Moskwa dan bergabung di korps artileri Uni Soviet. Ia baru berusia 26 tahun saat Belarus, Rusia, dan Ukraina membubarkan Uni Soviet pada 1991.
Baca juga: Perang Rusia-Ukraina di Jalan Buntu
Alih-alih tetap di Rusia, ia memilih bergabung dengan Ukraina dan di sana sampai sekarang. Keputusan serupa, antara lain, diambil adik kelasnya di Akmil Moskwa sekaligus rekan di korps artileri, Ruslan Khomcak.
Sementara keluarga besar Syrskyi tetap tinggal di Vladimir dan menjadi warga Rusia sampai sekarang. Tidak ada informasi hubungan Syrskyi dan keluarga besarnya sejak Ukraina-Rusia berperang 10 tahun terakhir.
Setelah 18 tahun bergabung dengan militer Ukraina, Syrskyi akhirnya mendapat bintang di pundak pada 2009. Ia menjadi mayor jenderal atau setara brigadir jenderal di TNI.
Jabatannya dengan pangkat itu antara Wakil Kepala Pusat Kendali Operasi dan Komandan Satuan Penanggulangan Teror (Dansat Gultor) Angkatan Bersenjata Ukraina. Ia juga anggota delegasi Ukraina untuk keanggotaan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Ia merupakan salah satu anggota tim penyelaras standar angkatan bersenjata Ukraina agar memenuhi standar NATO.
Baca juga: Skenario Akhir Perang Ukraina
Sebagai Dansat Gultor, ia dikirim Ke Donbass pada 2014. Kala itu, Kyiv mulai menghadapi perang saudara dengan orang-orang keturunan Rusia yang tinggal di perbatasan Ukraina-Rusia tersebut.
Meskipun terus disangkal Moskwa, Ukraina menuding Rusia membantu kelompok bersenjata di Donbass. Apalagi, hampir bersamaan dengan perang saudara di Donbass, Rusia menyerbu lalu menduduki Semenanjung Crimea.
Berbeda dengan Syrskyi, para penutur bahasa Rusia di Donbass merupakan keturunan imigran pada awal abad ke-20. Kakek dan nenek orang-orang itu datang ke Donbass selepas Perang Dunia I.
Prestasi di Donbass, wilayah yang terdiri dari Donetsk dan Luhansk, membuat Syrskyi naik pangkat dan menjadi bintang dua. Ia juga naik jabatan menjadi Kepala Pusat Kendali Operasi Gabungan Angkatan Bersenjata Ukraina.
Kemenangan Zelenskyy di pemilu 2019 berdampak positif bagi karier Syrskyi dan Ruslan Komchak. Zelenskyy menunjuk Komchak sebagai Panglima Angkatan Bersenjata Ukraina pada Mei 2019. Beberapa bulan kemudian, Komchak menunjuk Syrskyi sebagai Kepala Staf Angkatan Darat.
Baca juga: Swedia Hentikan Penyidikan Ledakan Pipa Nord Stream
Perintah Zelenskyy kepada Komchak dan Syrskyi di antaranya mempersiapkan penguasaan kembali seluruh Donbass. Hasrat itu bolak-balik diungkapkan Zelenskyy. Presiden Rusia Vladimir Putin berulang kali pula menyatakan ketidaksenangan pada hasrat itu. Akibatnya, hubungan Rusia-Ukraina terus memanas.
Pada 2021, ketegangan semakin meningkat. Bersama NATO, Ukraina menggelar latihan perang pada September 2021. Skenario latihan itu di antaranya merebut kembali Donbass.
Latihan digelar saat Rusia dan Belarus berulang kali melakukan latihan gabungan. Bahkan, Rusia menempatkan puluhan ribu tentara di sekitar perbatasan Ukraina dengan Rusia dan Belarus. Hampir lima bulan setelah latihan NATO-Ukraina, Rusia menyerbu Ukraina pada 24 Februari 2022.
Ketidakpuasan strategis
Komchak sudah digantikan Zaluzhnyi saat Rusia mulai menyerbu Ukraina. Beberapa bulan sejak perang meletus, berkali-kali Zelenskyy mengungkap ketidakpuasan kepada Zaluzhnyi yang menjadi tentara Ukraina sejak 1997.
Baca juga: Ukraina Frustrasi karena Bantuan AS-Uni Eropa Telat
Dalam wawancara dengan majalah The Economist pada November 2023, Zaluzhnyi akhirnya mengungkap ketidakpuasannya pula. Ia juga mengungkap keputusasaan karena perang yang buntu berbulan-bulan. Pernyataan itu meruncingkan perselisihan Zaluzhnyi-Zelenskyy.
Puncaknya, Zelenskyy mencopot Zaluzhnyi. Banyak pihak, termasuk warga biasa, mempertanyakan pergantian itu. Dukungan bagi Zaluzhnyi, yang dikenal luas sebagai ”Jenderal Besi”, membanjiri media sosial setelah pengumuman tersebut. Beberapa warga Ukraina mengunggah gambar Zaluzhnyi di samping gambar hati.
Warga Kyiv juga secara terbuka mempertanyakan tindakan tersebut. ”Ini adalah keputusan yang sangat aneh. Kami tahu musuh kami dan itu bukan Zaluzhnyi,” kata Svitlana Kalinina, seorang konsultan.
Warga lain, Olena, juga mempertanyakan keputusan pemerintahan Zelenskyy. ”Saya sangat kesal. Saya tidak tahu tentang yang lain, tapi saya sangat kesal. Ini sinyal yang membuat saya khawatir,” kata dokter di Kyiv itu.
Sejumlah tokoh oposisi menuding Zelenskyy cemas dengan popularitas Zaluzhnyi. Dukungan responden di berbagai jajak pendapat pada Zelenskyy hanya 77 persen. Sebaliknya, Zaluzhnyi didukung hingga 90 persen responden.
Baca juga: Ukraina Kembali Cegat Rudal Hipersonik
Zelenskyy menyanggah cemas pada kemungkinan Zaluznhyi jadi pesaing politiknya. Perombakan komando disebutnya bagian dari upaya perbaikan. ”Ini tentang sistem tentara kita, tentang manajemen di Angkatan Bersenjata Ukraina dan tentang menarik pengalaman para komandan medan perang dalam perang ini,” ujar Zelenskyy.
Ukraina membutuhkan kemenangan dari perang ini. ”Pada tahun kedua perang ini, kami memenangi Laut Hitam. Kita memenangi musim dingin. Kita membuktikan bahwa kita dapat memperoleh kembali kendali atas langit Ukraina. Namun, sayangnya, kami tidak dapat mencapai tujuan negara kita di lapangan,” kata Zelenskyy. (AFP/REUTERS)