AS-Kataib Hezbollah bolak-balik saling serang sejak Oktober 2023. Lebih banyak korban jiwa di Kataib Hezbollah.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
TAMPA, KAMIS — Komando Tengah Amerika Serikat kembali menggempur Irak. Dalam serangan ke Baghdad itu, dua komandan Kataib Hezbollah jadi sasaran.
Serangan itu dilancarkan pada Rabu (7/2/2024) malam waktu Baghdad atau Kamis dini hari WIB. Komando Tengah, penanggung jawab operasi militer AS di Timur Tengah dan Afrika Utara, menyebut gempuran itu sebagai serangan sepihak. Gempuran itu juga disebut sebagai pembalasan atas serangan Kataib Hezbollah di tangsi AS di Jordania.
”Tidak ada indikasi kerusakan tidak disengaja atau sipil hingga saat ini. AS akan terus melakukan tindakan yang diperlukan untuk melindungi warga kami. Kami tidak akan ragu meminta pertanggungjawaban kepada pihak-pihak yang mengancam keselamatan pasukan kami,” demikian pernyataan komando yang bermarkas di Tampa, Florida, itu.
Rudal dari pesawat nirawak MQ-9 Reaper menyasar mobil yang melaju di sisi timur Baghdad. Mobil itu disebut mengangkut dua petinggi Kataib Hezbollah, Abu Baqir al-Saadi dan Arkan Al Alaywi. Diduga ada satu korban lain yang belum diketahui identitasnya. Komando Tengah AS menolak mengonfirmasi identitas sasaran.
Sumber di Irak menyebut, kendaraan yang disasar kerap dipakai para petinggi Pasukan Gabungan Umum (PMF). Kelompok itu merupakan aliansi berbagai milisi sokongan Iran di Irak. Sepekan lalu, puluhan fasilitas PMF diserang AS dan sekutunya. Serangan itu menewaskan 16 anggota PMF.
Sementara akibat serangan Rabu malam, PMF membenarkan Saadi tewas. Saadi dikenal sebagai penanggung jawab pasokan dan cadangan persenjataan Kataib Hezbollah dan sebagian PMF. Ia antara lain bertugas mencari dan menyalurkan roket hingga pesawat nirawak berpeledak untuk Kataib Hezbollah maupun PMF.
Salah satu kelompok milisi Irak yang disokong Iran, Al-Nujaba, menyatakan akan membalas serangan itu. Kelompok itu juga mendesak pemerintah Irak lebih tegas pada AS. "Menyerang PMF seperti bermain api," kata pemimpin PMF, Faleh al-Fayyad.
Tarik pasukan
Sementara juru bicara pemerintah Irak Yahya Rasool mengatakan, Baghdad tidak punya pilihan selain semakin mendesak AS segera menarik 2.500 tentara dari Irak. Baghdad menuding, penempatan ribuan prajurit AS itu menjadi faktor utama ketidakstabilan Irak dan kawasan.
Baku serang AS dengan kelompok bersenjata Irak, menurut Yahya, tidak akan terjadi kalau tidak pasukan AS di Irak. Saling serang menewaskan dan menyederai warga sipil Irak. Berbagai fasilitas umum juga rusak dalam rangkaian serangan tersebut.
Serangan pada Rabu malam memicu unjuk rasa seketika ke Kedutaan Besar AS di Baghdad. Ajakan unjuk rasa mendadak beredar beberapa menit selepas serangan terjadi. Dalam suhu dingin menjelang tengah malam, ribuan orang mendatangi Kedutaan Besar Irak di Baghdad.
Mereka antara lain meminta AS keluar dari Irak. Mereka juga mendesak pertanggungjawaban atas rangkaian serangan AS ke Irak beberapa waktu terakhir. Serangan pada Rabu malam menambah alasan penolakan pasukan AS di Irak.
Tower 22
Kataib Hezbollah dituding bertanggung jawab atas serangan ke Tower 22. Dalam serangan ke tangsi AS di perbatasan Jordania dengan Irak dan Suriah itu, tiga tentara AS tewas dan puluhan lain cedera.
Sejak serangan ke Tower 22, sudah dua kali AS menggempur Irak. Semuanya disebut sebagai pembalasan atas serangan ke Tower 22.
Selepas gempuran ke Tower 22, Kataib Hezbollah mengumumkan akan menunda serangan ke pangkalan-pangkalan AS di Irak dan Suriah. Pernyataan itu diduga dibuat setelah Kataib Hezbollah didesak berbagai kelompok bersenjata dan kelompok politik di Irak.
AS-Kataib Hezbollah bolak-balik saling serang sejak Oktober 2023. Dalam rangkaian kekerasan itu, lebih banyak korban jiwa di pihak Kataib Hezbollah. Sementara korban tewas di pihak AS sementara ini tiga tentara.
Kataib Hezbollah, juga sejumlah kelompok bersenjata lain di Irak dan Suriah, beralasan bahwa serangan ke AS dan sekutunya merupakan dukungan untuk Palestina. Mereka berjanji meredakan serangan jika Israel berhenti menyerbu Gaza dan AS menarik pasukan dari Irak dan Suriah.
Berkali-kali Pemerintah Irak dan Suriah meminta AS menarik pasukannya. Apalagi, Baghdad-Damaskus dan demikian pula Perserikatan Bangsa-Bangsa tidak pernah mengizinkan AS menempatkan pasukan di Irak dan Suriah.
Alasan menyerang AS dan sekutunya untuk menyokong Palestina juga dipakai Houthi. Meski sudah beberapa kali digempur Washington dan sekutunya, Houthi tidak gentar. Buktinya, pada Selasa pekan ini, Houthi kembali menyerang kapal-kapal AS dan sekutunya di Laut Merah. Sasarannya adalah MV Star Nasia milik AS dan MV Morning Tide milik Inggris.
AS mengerahkan USS Laboon untuk menangkis rudal dan pesawat nirawak yang dipakai Houthi dalam serangan itu. Menurut Komando Tengah AS, serangan tidak berdampak pada kelaikan kapal untuk terus berlayar. (AFP/REUTERS)