5.500 Liter Air Tercemar Radioaktif Bocor dari PLTN Fukushima
Air itu bocor lewat lubang ventilasi, menggenang di luar mesin, dan merembes ke dalam tanah di sekitarnya.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
TOKYO, KAMIS — Setidaknya 5.500 liter air yang mengandung radioaktif bocor dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir Fukushima Daiichi di Jepang. Namun, operator menyatakan tidak ada tanda-tanda kontaminasi yang terdeteksi di luar fasilitas setelah kebocoran tersebut.
Juru bicara Tokyo Electric Power Company (TEPCO), Kamis (8/2/2024), mengatakan, kebocoran ditemukan di salah satu bagian mesin pemrosesan air terkontaminasi. ”Kami perkirakan 5.500 liter air bocor, tetapi tidak ada perubahan signifikan setelah pemantauan tingkat radioaktif di sekitar PLTN,” katanya. Air sebanyak itu setara dengan isi dua kolam renang biasa.
TEPCO mengungkap, seorang pegawai PLTN menemukan kebocoran pada Rabu pagi waktu setempat saat pengecekan katup pada mesin penyaring. Mesin itu dirancang untuk menghilangkan unsur cesium dari air yang terkontaminasi radioaktif. Saat ini pengoperasian mesin sudah dihentikan untuk perbaikan.
Menurut penjelasan TEPCO, air itu bocor lewat lubang ventilasi, menggenang di atas pelat besi di luar mesin, dan merembes ke dalam tanah di sekitarnya. Kebocoran kemungkinan disebabkan katup yang tidak sengaja terbuka saat pekerja menyiram mesin dengan air yang telah disaring.
Sebanyak 10 dari 16 katup yang seharusnya tertutup ternyata terbuka saat penyiraman itu. Kebocoran berhenti setelah katup ditutup. Level radiasi di sekitar PLTN dan di dalam pipa sekitar kompleks fasilitas tidak terlihat meningkat. ”Ventilasi itu seharusnya tertutup saat pembersihan, tetapi kali ini malah terbuka,” ujar juru bicara TEPCO.
Meski demikian, juru bicara TEPCO mengatakan ada rencana untuk memindahkan tanah di sekitar area yang mungkin terkontaminasi. Ia tidak memberikan rincian lebih jauh.
Kami perkirakan 5.500 liter air bocor, tetapi tidak ada perubahan signifikan setelah pemantauan tingkat radioaktif di sekitar PLTN.
Mesin penyaring itu bagian dari proyek pembuangan limbah terkontaminasi radioaktif ke laut lepas yang dimulai pada Agustus 2023. Kontaminasi terjadi akibat kerusakan pada pendingin reaktor PLTN Fukushima Daiichi ketika terjadi gempa dan tsunami pada 2011.
Pelepasan jutaan liter air itu diperkirakan bisa memakan waktu selama beberapa dekade. Langkah Jepang didukung Badan Energi Atom Internasional (IAEA) dengan alasan air yang dilepaskan tidak berbahaya. Konsentrasi tritium pada air itu disebut sudah di bawah standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Negara-negara tetangga Jepang, seperti China, Korea Selatan, dan Korea Utara, serta kelompok-kelompok nelayan Jepang memprotes tindakan tersebut. China dan Rusia langsung melarang impor seluruh produk boga bahari Jepang. China merupakan pengimpor terbesar produk laut Jepang.
Menanggapi kebocoran terbaru itu, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Wang Wenbin di Beijing mengatakan, insiden tersebut menegaskan persoalan manajemen pada TEPCO. Dia mempertanyakan kemampuan operator untuk membuang limbah itu secara aman. Wang juga mendesak Jepang untuk merespons kekhawatiran komunitas internasional dan menangani pembuangan limbah radioaktif secara bertanggung jawab.
Kebocoran kali ini terjadi hanya beberapa bulan setelah kebocoran lain yang tidak disengaja pada fasilitas pengolahan terpisah yang disebut Sistem Pemrosesan Likuid Lanjut (APLS). Dalam kejadian itu, empat pekerja terkena semprotan limbah cair radioaktif saat membersihkan perpipaan APLS. Dua di antaranya sempat dirawat sebentar di rumah sakit karena mengalami kontaminasi kulit. Meski demikian, mereka tidak menunjukkan gejala keracunan.
Dalam kejadian terpisah, muncul asap dan percikan pada salah satu kipas di PLTN Tsuruga. Fasilitas itu sedang dalam proses penonaktifan. ”Persoalan itu sudah diselesaikan secepatnya tanpa ada cedera atau kebocoran material radioaktif,” kata juru bicara Japan Atomic Power, operator fasilitas tersebut. (AP/AFP)