Pasukan Myanmar Terdesak Lari ke Bangladesh
Militer Myanmar kewalahan menghadapi perlawanan faksi-faksi bersenjata kelompok etnik minoritas di beberapa wilayah.
DHAKA, SENIN — Lebih dari 100 anggota pasukan Myanmar dari satuan Polisi Penjaga Perbatasan melarikan diri ke Bangladesh guna menyelamatkan diri dari pertempuran sengit antara pasukan keamanan Myanmar dan tentara kelompok etnik minoritas. Ini untuk pertama kali diketahui pasukan Myanmar menyelamatkan diri ke Bangladesh sejak pertempuran militer Myanmar melawan faksi-faksi bersenjata kelompok minoritas meningkat.
Juru Bicara Pasukan Penjaga Perbatasan Bangladesh Shariful Islam, Senin (5/2/2024), mengatakan, Polisi Penjaga Perbatasan Myanmar itu masuk ke Bangladesh dalam dua hari terakhir. Dalam dua hari itu, militer Myanmar bertempur melawan Tentara Arakan, salah satu kelompok perlawanan di Myanmar, di Negara Bagian Rakhine. Wilayah ini berbatasan langsung dengan Bangladesh.
Menurut Shariful Islam, sebanyak 103 polisi penjaga perbatasan Myanmar itu masuk Bangladesh melalui Pos Perbatasan Tombru di Distrik Bandarban. Beberapa dari mereka dilaporkan terluka akibat pertempuran sengit. ”Mereka sudah dilucuti dan dibawa ke tempat yang aman,” kata Shariful Islam.
Baca juga: Tatmadaw: Lima Poin Konsensus Harus Menyesuaikan Kondisi Internal Myanmar
Belum ada keterangan resmi dari Pemerintah Myanmar mengenai hal tersebut.
Pertempuran di wilayah perbatasan Myanmar-Bangladesh itu juga mengakibatkan dua warga Bangladesh tewas terkena peluru meriam yang menghantam rumah mereka di Bandarban.
Lembaga Kemanusiaan Dokter Lintas Batas (MSF) mengatakan, sejak Minggu (4/2/2024) mereka menangani 17 pasien dengan luka tembak di wilayah perbatasan. ”Ada dua pasien dalam keadaan kritis dan lima orang luka berat,” kata MSF.
Menteri Kehakiman Bangladesh Anisul Huq, dalam sidang di parlemen, mengatakan, Perdana Menteri Sheikh Hasina telah memerintahkan tentara dan para militer di perbatasan untuk menahan diri dalam menyikapi ketegangan di Myanmar. ”Bangladesh mengawasi situasi yang terjadi dan akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan,” kata Anisul Huq.
Dokter Lintas Batas (MSF) mengatakan, sejak Minggu (4/2/2024) mereka menangani 17 pasien dengan luka tembak di wilayah perbatasan Myanmar-Bangladesh.
Menteri Luar Negeri Bangladesh Hasan Mahmud mengungkapkan, Dubes Myanmar untuk Bangladesh U Aung Kyaw Moe dan Wakil Menteri Luar Negeri Myanmar U Lwin Oo meminta untuk menarik pulang 103 anggota pasukan keamanannya yang menyelamatkan diri ke Bangladesh.
Kementerian Luar Negeri Bangladesh juga menyampaikan nota kepada Kedubes Myanmar di Dhaka untuk memprotes peluru nyasar dan tembakan granat yang jatuh di wilayah Bangladesh.
Tentara Arakan adalah sayap militer kelompok minoritas Rakhine yang menuntut otonomi dari Pemerintah Myanmar. Mereka mulai menyerang pos-pos pasukan keamanan Myanmar sejak November 2023.
Tentara Arakan menjadi anggota Aliansi Pasukan Kelompok Minoritas yang melancarkan serangan pada militer Myanmar sejak Oktober 2023. Aliansi itu kini menguasai titik-titik strategis di timur laut Myanmar yang berbatasan dengan China. Wilayah itu merupakan jalur perekonomian yang strategis.
Pasukan Myanmar kewalahan
Dominasi pasukan perlawanan di Myanmar timur laut menunjukkan kekalahan bagi pasukan Myanmar (Tatmadaw) di beberapa wilayah negeri itu. Tatmadaw melancarkan kudeta pada Februari 2021 untuk menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi yang sah dan memenangi pemilu. Sejak itu, Myanmar dilanda perang saudara.
Baca juga: Keamanan Memburuk, China Minta Warganya di Myanmar Utara Mengungsi
Aliansi perlawanan, yang menamakan diri ”Tiga Saudara” dalam keterangan resmi, Senin (5/2/2024), mengatakan, Tentara Arakan menyerang dua pos perbatasan di Kota Maungdaw, Negara Bagian Rakhine. Pasukan Tiga Saudara berhasil menguasai satu pos keamanan militer Myanmar. Khaing Thukha, juru bicara Tentara Arakan, menyebutkan, pertempuran pecah di pos kedua yang mereka serang sepanjang Senin.
Bangladesh berbatasan darat sepanjang 271 kilometer dengan Myanmar. Bangladesh sebelum kudeta di Myanmar sudah menampung lebih dari satu juta pengungsi Muslim Rohingya dari Myanmar sejak Agustus 2017.
Militer Myanmar melancarkan serangan terhadap komunitas Rohingya menyusul serangan dari kelompok perlawanan terhadap pasukan Pemerintah Myanmar.
Bangladesh menampung para pengungsi tersebut di wilayah perbatasan Bangladesh-Myanmar di sekitar Kota Cox Bazar. Pemerintah Bangladesh juga membangun kamp pengungsi di Pulau Bhasan Char untuk menampung 100.000 pengungsi Rohingya sejak tahun 2021.
Direktur Asia-Pasifik Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional Alexander Matheou mengatakan, perumahan dan air bersih di Bhasan Char tersedia memadai. ”Namun, layanan kesehatan untuk melayani para pengungsi minim,” kata Matheou.
Wilayah Negara Bagian Rakhine menjadi bagian strategis proyek kerja sama ekonomi China-Myanmar. Proyek ini merencanakan pembangunan jalur pipa minyak-gas dari Teluk Benggala lewat Rakhine ke utara Myanmar dan masuk ke wilayah China di Provinsi Yunnan.
China mendorong perundingan damai sejak Januari 2024. Konflik Myanmar mengakibatkan 2,.6 juta orang mengungsi dan 18 orang mengalami kesulitan hidup.
Baca juga: Gelombang Pengungsi Myanmar Ancam Keamanan Negara Tetangga
Kantor berita Turki Anadolu melaporkan, bulan lalu 276 prajurit Myanmar mengungsi ke Negara Bagian Mizoram, India. Kelompok perlawanan oposisi yang berasal dari etnik Karen, Wa, Shan, dan Chin di Myanmar utara menguasai wilayah perbatasan Myanmar dengan Thailand, China, dan India.
Mohammed Nur Hashem, pemimpin masyarakat Rohingya, mengatakan, ratusan pengungsi Rohingya sudah berada di perbatasan untuk masuk Bangladesh di Distrik Bandarban dan Sungai Naf. ”Konflik di Myanmar membuat arus pengungsi baru kembali masuk,” kata Nur Hashem. (AP)