Setahun Pilot Susi Air Diculik di Papua, Selandia Baru Serukan Pembebasan
Pemerintah Selandia Baru menegaskan, penahanan pilot Susi Air, Phillip Mehrtens, tidak akan menguntungkan siapa pun.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
WELLINGTON, SENIN — Pemerintah Selandia Baru mendesak pembebasan segera pilot Phillip Mark Mehrtens (37) yang sudah hampir setahun disandera kelompok kriminal bersenjata pimpinan Egianus Kogoya di wilayah Papua. Akhir pekan lalu, juru bicara Tentara Pembebasan Papua Barat Sebby Sambom menyatakan telah meminta Egianus Kogoya, komandan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat yang menculik Mehrtens, membebaskan Mehrtens.
Sebby tidak menyebutkan kapan pembebasan Merthens akan dilakukan.
Melalui pernyataan tertulis yang dirilis, Senin (5/2/2024), Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters meminta Mehrtens dibebaskan tanpa terluka. ”Kami sangat mendesak mereka yang menahan Phillip untuk segera membebaskannya dan tanpa terluka. Penahanannya yang terus-menerus tidak akan menguntungkan siapa pun,” kata Peters.
Kelompok bersenjata dari faksi Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB), pimpinan Kogoya, menculik Mehrtens pada 7 Februari 2023. Pesawat komersial kecil milik Maskapai Susi Air yang ia kemudikan diserbu oleh kelompok tersebut saat mendarat.
Lokasi penyerbuan itu adalah landasan pacu di Distrik Paro, daerah pegunungan terpencil di Nduga, Papua Pegunungan. Kelompok TPNPB menuntut Indonesia mengakui kemerdekaan Papua sebagai imbalan atas pembebasan Mehrtens. Kelompok itu mengancam akan menembak Mehrtens jika pembicaraan mengenai kemerdekaan Papua ditolak.
Melalui pernyataan yang dirilis, Sabtu (3/2/2024), Sebby mengatakan, belum pernah terjadi dalam sejarah ada pertukaran sandera dengan pengakuan kemerdekaan suatu wilayah. Karena itu, ia mengimbau Kogoya menarik pernyataan sebelumnya dan membebaskan Mehrtens.
”Tidak ada dalam sejarah di dunia ini bahwa sebuah negara merdeka dipertukarkan dengan seorang sandera,” kata Sebby, seperti dikutip kantor berita Associated Press.
Pemerintah Selandia Baru mengatakan, saat diculik, Mehrtens tengah menyediakan pasokan penting ke masyarakat terpencil. Mehrtens diketahui dapat menghubungi beberapa teman dan keluarganya sebelum Natal 2023. Ia meyakinkan kepada teman dan keluarganya bahwa dia masih hidup dan sehat.
”Namun, kami masih khawatir dengan lamanya dia ditahan,” kata Peters.
Kerja sama dengan Indonesia
Peters mengatakan, lembaga-lembaga Pemerintah Selandia Baru telah bekerja secara ekstensif dengan pihak berwenang di Indonesia selama setahun terakhir untuk membebaskan Mehrtens. ”Tidak ada pembenaran atas penyanderaan,” ujar Peters.
Pejabat Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Selandia Baru juga memberikan dukungan kepada keluarga Mehrtens yang telah meminta privasi. ”Saya meminta agar keinginan mereka dihormati,” kata Peters.
Belum pernah terjadi dalam sejarah ada pertukaran sandera dengan pengakuan kemerdekaan suatu wilayah.
Pemerintah Selandia Baru telah berulang kali meminta pembebasan pilot Susi Air itu. Perdana Menteri Selandia Baru sebelumnya, Chris Hipkins, juga telah menyerukan pembebasan Mehrtens pada Agustus 2023 atau enam bulan setelah warga Selandia Baru itu diculik.
TPNPB adalah sayap bersenjata Organisasi Papua Merdeka. Di tubuh TPNPB, terdapat beberapa faksi. Kelompok bersenjata itu telah beberapa kali merilis video Mehrtens. Dalam salah satu video, Mehrtens terlihat memegang bendera terlarang Bintang Kejora dan dikepung orang-orang bersenjata.
Sebby tidak menyebutkan kapan pembebasan Mehrtens akan dilakukan. Ia hanya menyatakan, kelompoknya akan bekerja sama dengan pihak internasional yang netral dan independen sebagai fasilitator dan mediator untuk pembebasan Mehrtens.
Markas besar TPNPB, kata Sebby, telah setuju untuk melepaskan Mehrtens meskipun mereka menyebut kurangnya upaya dari Selandia Baru dan Indonesia. Dia mengatakan, pada April 2023, TPNPB dan delegasi Selandia Baru mengadakan pertemuan tingkat tinggi di Papua Niugini. Namun, pertemuan itu berakhir tanpa kesepakatan ataupun tindak lanjut apa pun.
Pada bulan yang sama, kelompok bersenjata menyerang pasukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang dikerahkan untuk menyelamatkan Mehrtens. Indonesia telah mengirimkan tim tentara untuk membebaskan Mehrtens.
Namun, menurut tentara Indonesia, kelompok bersenjata itu menyergap tentara yang mencari Mehrtens pada April 2023 dan menewaskan sedikitnya satu orang.
Selanjutnya, Pemerintah Indonesia menyatakan memprioritaskan negosiasi dengan tokoh agama dan masyarakat untuk upaya pembebasan pilot. Pendekatan negosiasi ini diambil mengingat tingginya bahaya untuk meluncurkan operasi militer di daerah dataran tinggi yang terjal dan terpencil itu.
Faizal Ramadhani, yang memimpin pasukan keamanan gabungan di Papua, mengatakan bahwa pihak berwenang akan terus memprioritaskan pendekatan damai untuk pembebasan Mehrtens. ”Kami berharap mereka dapat segera mewujudkannya sehingga pilot yang tidak bersalah tersebut dapat kembali ke negaranya dan keluarganya dalam keadaan sehat,” katanya.
Pada 1996, Organisasi Papua Merdeka menculik 26 anggota misi penelitian World Wildlife Fund di Mapenduma. Dua warga negara Indonesia dalam kelompok tersebut dibunuh, sedangkan para sandera asing dibebaskan dalam waktu lima bulan. (AP/AFP/REUTERS)