Ketika Badan-badan Kemanusiaan dan Media Dibunuh Pelan-pelan di Gaza
Di tengah makin parahnya tragedi kemanusiaan akibat perang Gaza, sejumlah negara donor menghentikan bantuan bagi UNRWA.
Berbagai lembaga bantuan kemanusiaan, yang berperan penting bagi kehidupan warga Palestina di tengah hantaman kekerasan Israel, semakin dibatasi dan dihabisi oleh Israel. Salah satu lembaga itu adalah Badan Bantuan Sosial dan Pekerja Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA). Perdana Menteri Israel, Rabu (31/1/2024), kembali mengulang seruannya agar mandat UNRWA—yang dibentuk PBB sejak 1949—diakhiri.
Melalui pernyataan bersama, lembaga kemanusiaan Oxfam dan sejumlah organisasi bantuan mengingatkan vitalnya UNRWA dalam menyambung napas kehidupan bagi lebih dari dua juta warga Palestina di Gaza. Belum lagi, ada jutaan warga Palestina lain di Lebanon, Suriah, dan Jordania yang juga mengandalkan bantuan UNRWA.
Baca juga: UNRWA, Napas Hidup Palestina, dan Langkah Tega Negara-negara Barat
Akibat gempuran di Gaza, demikian pernyataan Oxfam dan 19 lembaga lain, 152 anggota staf UNRWA tewas dan 145 fasilitas UNRWA hancur. ”UNRWA adalah badan kemanusiaan terbesar di Gaza dan bantuan kemanusiaan yang mereka berikan tidak bisa digantikan oleh lembaga-lembaga lain di Gaza,” sebut pernyataan itu.
”Kami sangat prihatin dan marah bahwa beberapa negara donor terbesar menangguhkan bantuan untuk UNRWA,” lanjut Oxfam.
Sebanyak 12 negara donatur membekukan bantuan kepada UNRWA menyusul tuduhan Israel yang menyebut ada 12 pegawai UNRWA terlibat dalam serangan Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023. Dari hasil penyelidikan UNRWA, sembilan dari 12 pegawai yang tertuduh itu sudah dipecat setelah didapat bukti keterlibatan mereka dalam serangan Hamas tersebut. Tiga anggota staf sisanya masih dalam proses pemeriksaan.
Ke-12 negara yang membekukan bantuan untuk UNRWA adalah Amerika Serikat, Kanada, Australia, Italia, Inggris, Finlandia, Jerman, Belanda, Perancis, Swiss, Jepang, dan Austria. Beberapa negara Eropa lainnya, yakni Belgia, Spanyol, Irlandia, dan Norwegia, memutuskan tidak membekukan bantuan kepada UNRWA.
Namun, keputusan negara-negara yang tetap mengucurkan bantuan kepada UNRWA harus dibayar tidak murah. Pemerintah Belgia, misalnya, kaget ketika mengetahui gedung kantor badan amal Belgia di Gaza, Enabel, sudah menjadi puing pada Kamis (1/2/2024). Padahal, hingga 30 Januari 2024, gedung tempat kantor itu berada masih utuh. Diduga, Israel mengebom kantor itu pada Rabu (31/1/2024).
Baca juga: Belgia Minta Ganti Rugi Kerusakan di Gaza, Hamas Minta Pembebasan Tokoh Fatah
Pemerintah Belgia pun memanggil Duta Besar Israel untuk Belgia Idit Rosenzweig-Abu. di Brussels, Jumat (2/2/2023), terkait penghancuran gedung kantor Enabel.
Pemimpin umat Katolik Paus Fransiskus pada 17 Desember 2023 menyebut secara tidak langsung bahwa Israel melakukan taktik terorisme di Gaza.
Selama hampir empat bulan terakhir, serangan Israel juga telah menghancurkan rumah sakit, rumah ibadah, sekolah, dan berbagai bangunan sipil lain. Pemimpin Umat Katolik Paus Fransiskus pada 17 Desember 2023, seperti dikutip Reuters, menyebut secara tidak langsung bahwa Israel melakukan taktik terorisme di Gaza.
Pernyataan itu disampaikan secara khusus untuk mengecam pembunuhan yang dilakukan penembak runduk militer Israel terhadap Nahida Khalil Anton, seorang ibu, dan Samar, anak perempuannya, anggota jemaat gereja di halaman Gereja Katolik Keluarga Suci di Jalur Gaza.
Hingga kini, sudah lebih dari 27.000 warga Palestina tewas akibat serangan Israel di Jalur Gaza. Wilayah ini dihuni sekitar 2,3 juta jiwa. Mayoritas korban jiwa adalah perempuan dan anak-anak.
Baca juga: Perang Gaza dan Lingkaran Setan dalam Eskalasi Konflik Timur Tengah
Israel menyerbu Gaza dengan brutal setelah kelompok Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas ini menewaskan sekitar 1.200 orang. Selain itu, sekitar 250 orang disandera oleh Hamas dan faksi-faksi lainnya.
Korban jurnalis bertambah
Selama perang Gaza berkobar, awak media juga tak luput menjadi korban. Sedikitnya 120 wartawan, yang sedang menjalankan tugas jurnalistik, tewas di Gaza. Kantor berita Turki, Anadolu, mengabarkan bahwa korban terakhir adalah penyiar Radio Al Aqsa, Iyad al-Rawwagh. Ia tewas di kamp pengungsi Nuseirat di Jalur Gaza tengah.
Rawwagh tewas bersama empat anaknya. Dalam unggahan di media sosial, Rawwagh sempat meminta tolong agar empat anaknya diungsikan ke Sinai pada 25 Januari 2024 menyusul ibu mereka. Belum sempat keinginan itu terwujud, Rawwagh dan keempat anaknya tewas akibat gempuran Israel.
Israel, menurut kantor media pemerintah di Gaza, ”membunuh jurnalis dalam upaya mengaburkan narasi Palestina dan menghapus kebenaran”.
Adapun menurut Komite Perlindungan Wartawan (CPJ), sedikitnya 85 wartawan tewas di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023-2 Februari 2024. Militer Israel mengatakan tidak bisa menjamin keselamatan wartawan yang bertugas di Jalur Gaza.
Baca juga: Israel Terus Menyasar Jurnalis di Gaza
CPJ mencatat, wartawan yang tewas di Gaza adalah 78 orang asal Palestina, 3 warga Israel, dan 3 warga Lebanon. Selain itu, 16 wartawan terluka, 4 wartawan hilang, dan 25 wartawan ditahan Israel. Berbagai serangan fisik, ancaman, serangan siber, sensor, dan pembunuhan anggota keluarga wartawan juga terjadi di Jalur Gaza.
Sherif Mansour, Koordinator Program CPJ untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, menegaskan bahwa wartawan menjalankan kerja kemanusiaan yang sangat penting di tengah krisis di Jalur Gaza. ”Mereka harus dilindungi dan tidak dijadikan sasaran oleh pihak yang terlibat konflik,” kata Mansour.
(Reuters)