Tak Ada Lagi Lagu Taylor Swift dan Justin Bieber di Tiktok
Universal Music Group menarik semua lagu di bawah lisensinya dari Tiktok. Kedua pihak gagal mencapai kesepakatan baru.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
NEW YORK, JUMAT – Mulai Rabu (31/1/2024) malam, pengguna Tiktok tak lagi bisa menemukan lagu-lagu populer yang dibawakan para penyanyi di bawah bendera Universal Music Group di platform Tiktok. Hal ini karena kerja sama antara Universal Music Group, selaku pemilik hak cipta lagu-lagu tersebut, dan Tiktok berakhir, Rabu, dan tidak tercapai kesepakatan baru terkait kompensasi hak cipta atau royalti.
Alhasil, mulai awal pekan ini, Universal Music Group (UMG) tidak memperbolehkan lagu-lagu milik penyanyi terkenal yang bernaung di bawah UMG dipergunakan di Tiktok. Deretan para penyanyi terkenal itu antara lain Taylor Swift, Bad Bunny, Drake, Ariana Grande, Justin Bieber, dan Olivia Rodrigo.
ByteDance, pemilik dan pengelola Tiktok, Kamis (1/2/2024), menyatakan, lagu-lagu dari sejumlah musisi dan penyanyi terkenal telah ditarik dari platform Tiktok mulai Rabu tengah malam. Pada Kamis pagi, sejumlah besar lagu-lagu populer itu sudah menghilang dari katalog musik Tiktok.
Akun Tiktok Taylor Swift, yang memiliki 23,9 juta pengikut, pada Kamis kemarin menampilkan pengumuman, ”musik tidak tersedia”. Pengumuman ini terlihat di bawah fitur yang memudahkan pengguna mencari lagu-lagu Swift.
Penghapusan total semua musik dengan hak cipta di bawah UMG memang tidak akan terjadi segera. Namun, pengguna Tiktok sebaiknya memahami apa saja yang akan terjadi dengan menghilangnya lagu-lagu populer itu dari Tiktok.
Lagu-lagu yang menghilang merupakan lagu-lagu berlisensi UMG. Dengan berlisensi UMG, lagu-lagu itu memiliki daya jangkauan luas pada industri musik. ”Universal Music Group merupakan label rekaman terbesar dalam sejarah industri musik,” kata Andrew Mall, asisten profesor musik pada Universitas Northeastern, AS.
Menurut Mall, menghilangnya rekaman dan suara yang tak terhitung jumlahnya akan berdampak ke Tiktok. Pilihan para pembuat konten untuk menggunakan lagu-lagu sebagai soundtrack pun akan terbatas secara signifikan.
Para pengguna Tiktok pada Kamis kemarin tidak bisa lagi menemukan lagu-lagu populer pada fitur suara. Di antaranya termasuk lagu-lagu populer yang dibawakan Ariana Grande, Justin Bieber, dan Olivia Rodrigo, serta banyak lagi lagu populer lain.
Pengguna Tiktok juga tidak lagi bisa menambahkan lagu-lagu pilihannya pada konten tarian mereka dan pada konten mereka yang tengah meraih perhatian tinggi (trending). Bahkan, video-video yang selama ini menampilkan lagu-lagu di bawah hak cipta UMG pun akan dihapus.
Pengguna Tiktok tidak lagi bisa menambahkan lagu-lagu pilihannya pada konten tarian mereka dan pada konten mereka yang sedang trending.
Namun, menurut seorang juru bicara UMG, apakah video-video tersebut akan disenyapkan atau ditarik, hal itu sepenuhnya wewenang Tiktok. Para artis juga tidak bisa mengunggah audio dari lagu mereka sendiri yang berlisensi UMG ke Tiktok.
”Kalaupun musik itu berlisensi UMG, musik tersebut harus disenyapkan. Perusahaan akan melindungi hak ciptanya,” jelas juru bicara UMG.
Pengguna Tiktok mesti paham, penghapusan total semua musik di bawah hak cipta UMG membutuhkan waktu beberapa hari. Penting juga dicatat, hak cipta musik adalah bisnis yang rumit. Sering kali artis mengirimkan lagu yang berbeda ke label rekaman yang berbeda.
Saat kerja sama antara UMG dan TikTok berakhir, yang ditandai dengan penarikan lagu-lagu di bawah hak cipta UMG, lagu-lagu berlisensi label rekaman lain, seperti Warner atau Sony, tidak akan terpengaruh.
Tiga isu
Terkait kerja sama yang berakhir, UMG menyatakan sudah mengirim surat pemberitahuan kepada para artis dan penulis lagu. Dalam suratnya, UMG menyatakan menekan Tiktok pada tiga isu.
Pertama, terkait kompensasi yang wajar bagi artis dan penulis lagu. Kedua, tentang perlindungan kepada artis dari bahaya kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Ketiga, terkait keamanan daring bagi pengguna Tiktok.
UMG menyatakan, Tiktok mengusulkan pembayaran royalti para artis dan penulis lagu, tetapi besarannya jauh lebih kecil daripada tarif yang dibayarkan platform media sosial lain. Mengenai hal itu, Tiktok beralasan, penggunaan musik dan lagu itu hanya menghasilkan 1 persen dari total pendapatannya.
Adapun terkait AI, UMG mempermasalahkan promosi pembuatan musik AI karena menimbulkan risiko bagi artis. Apalagi, Tiktok juga dikenal dengan rekam jejaknya sebagai platform yang kerap dimanfaatkan untuk mengunggah pesan-pesan ujaran kebencian, kefanatikan, intimidasi, dan pelecehan.
Tiktok menolak klaim UMG tersebut. Tiktok menyatakan sudah mencapai kesepakatan untuk mengutamakan artis dengan label dan produser lainnya. ”Sangat menyedihkan, UMG menempatkan keserakahan mereka di atas kepentingan artis dan penulis lagu,” ujar Tiktok.
Meski kesepakatan sudah berakhir, para ahli berpendapat, saat ini pun negosiasi masih kembali berlangsung antara UMG dan Tiktok. Negosiasi ini diperkirakan tidak berlangsung lama.
Mantan Presiden UMG dari label Virgin EMI, Ted Cockle, tidak yakin kebuntuan itu akan berlangsung lama, mengingat kerja sama kedua perusahaan itu sebenarnya saling menguntungkan. Sementara pengguna akan menemukan cara untuk menyesuaikan diri.
Mall menambahkan, kebuntuan kesepakatan hak cipta biasanya berlangsung sekitar sehari hingga beberapa bulan. Selain itu, kemungkinan besar juga ada tekanan dari artis, pencipta konten Tiktok, dan para penggemar mereka.
Setelah tak bisa menemukan lagu-lagu populer yang akan mereka sisipkan, pengguna Tiktok menanggapi dengan mengunggah konten bernada tanya. Alexa, pengguna Tiktok, misalnya, mengunggah video gerak lambat dirinya dengan menggeleng-gelengkan kepala dan menyertakan tulisan, ”Apa maksud Universal menarik lagu-lagu Taylor Swift?”
Unggahan itu menimbulkan komentar para pengguna lain. Sebagian dari mereka mengatakan akan berpindah menggunakan fitur reel pada Instagram. (AP/REUTERS)