Prajurit AS Gagal Deteksi Penyerang di Perbatasan Jordania-Suriah
Prajurit di Tower 22 menduga ada pesawat nirawak akan kembali ke pangkalan. Karena itu, pesawat tidak ditembak.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
WASHINGTON DC, SELASA — Pasukan Amerika Serikat di Tower 22 diduga salah mendeteksi pesawat nirawak penyerang tangsi itu. Akibatnya, pesawat berpeledak tersebut tidak tercegat lalu menyasar tangsi di perbatasan Jordania-Suriah itu.
Dugaan salah deteksi itu terungkap dalam laporan awal Departemen Pertahanan AS. Pentagon memulai penyelidikan terhadap insiden pada Minggu (28/1/2024) pagi itu.
Akibat serangan itu, tiga prajurit tewas dan 34 cedera. Korban tewas diketahui bernama Kennedy Sanders, William Jerome Rivers, dan Breonna Alexsondria Moffett.
Presiden AS Joe Biden telah menerima beberapa kali taklimat soal perkembangan penyelidikan serangan itu. Taklimat terbaru diberikan para pejabat pertahanan AS pada Senin (29/1/2024) siang waktu Washington DC atau Selasa dini hari WIB.
Kami tidak ingin berperang dengan Iran. Namun, ini adalah serangan yang sangat serius. Serangan ini memiliki konsekuensi yang mematikan. Kami akan membalas dan kami membalas dengan tepat.
Sebagian isi laporan awal Pentagon diungkap dua pejabat yang menolak identitasnya diungkap. Dalam laporan Pentagon disebutkan, prajurit di Tower 22 menduga ada pesawat nirawak yang akan kembali ke pangkalan.
Sekitar 20 kilometer dari tangsi itu memang ada pangkalan AS. Sementara Tower 22 berfungsi sebagai pos logistik untuk operasi AS di perbatasan Jordania dengan Suriah dan Irak.
Karena salah menduga, pesawat itu tidak ditembak. Padahal, tangsi dilengkapi artileri pertahanan udara Coyote.
Juru bicara Dephan AS, Sabrina Singh, mengatakan, pemeriksaan terperinci masih terus dilakukan. Komando Tengah AS masih memeriksa apakah ada unsur kesalahan manusia sehingga pesawat penyerang tidak dijatuhkan.
Karena tidak ditembak, pesawat bisa menyasar kabin tempat para korban beristirahat. Para korban tewas merupakan anggota korps zeni Angkatan Darat AS. Sebelum ditempatkan di Tower 22, para korban tewas bertugas di Georgia, AS.
Para korban bagian dari 350 tentara AS di Tower 22. Tangsi itu awalnya berstatus pos pantau di perbatasan. Sejak 2015, tangsi ditingkatkan menjadi pos logistik garis depan. Karena itu, sebagian tentara di sana berasal dari korps zeni. Selain dari AD, AS juga menempatkan prajurit Angkatan Udara di tangsi tersebut.
Belum bersikap
Sampai Senin malam, pemerintahan Biden belum bersikap soal serangan itu. Biden hanya mengatakan, AS akan membalas serangan itu pada waktu dan sasaran tepat.
Mantan Penasihat Keamanan Nasional AS John Bolton mendesak Biden bersikap keras. Caranya termasuk dengan menyerang kapal-kapal Iran di Timur Tengah. Serangan juga dapat diarahkan ke aneka pangkalan Iran di Timur Tengah. ”Sampai Iran menanggung akibatnya, kita tidak akan bisa melakukan penggentaran lagi,” ujarnya.
Sejauh ini, kelompok yang menamakan diri Jihad Islam di Irak mengaku atas serangan ke Tower 22. Tidak ada penjelasan apakah kelompok ini berkaitan dengan kelompok yang menggunakan nama yang sama di Palestina atau tidak.
Tidak ada penjelasan pula apakah kelompok itu bagian dari Poros Perlawanan Islam. Poros itu merupakan aliansi kelompok bersenjata di Irak, Suriah, dan Lebanon. Iran berhubungan erat dengan aliansi tersebut.
Dengan satu atau lain cara, hal ini pasti akan berdampak pada keamanan regional dan kami berharap semuanya dapat diatasi.
Adapun pemerintahan Biden belum secara resmi mengidentifikasi penyerang Tower 22. ”Tidak ada jawaban yang mudah mengenai hal ini,” kata Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby.
Menurut dia, kesabaran pemerintahan Biden semakin tipis karena pangkalan dan tangsi AS di Timur Tengah terus diserang. Sejak 18 Oktober 2023, beragam pangkalan dan tangsi AS di Timur Tengah diserang 160 kali.
Namun, di sisi lain, Biden tidak mau membawa negaranya kembali terlibat perang yang bisa berlarut-larut. Potensi itu terbuka jika AS salah kalkulasi dalam pembalasan atas serangan ke Tower 22.
”Kami tidak ingin berperang dengan Iran. Namun, ini adalah serangan yang sangat serius. Serangan ini memiliki konsekuensi yang mematikan. Kami akan membalas dan kami membalas dengan tepat,” kata Kirby.
Iran membantah terlibat serangan itu. ”Klaim ini dibuat dengan tujuan politik tertentu untuk membalikkan kenyataan di kawasan,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani.
Sementara Perdana Menteri Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim al Thani berharap, rencana pembalasan AS tidak berdampak pada perundingan gencatan senjata di Gaza. ”Pembalasan AS pasti akan berdampak. Dengan satu atau lain cara, hal ini pasti akan berdampak pada keamanan regional dan kami berharap semuanya dapat diatasi,” katanya. (AP/REUTERS)