Terungkap, Korupsi Rp 600 Miliar di Kemenhan Ukraina
Para tersangka dituding berkomplot menilap hingga 40 juta dollar AS dari pengadaan peluru mortar.
Oleh
KRIS MADA
·2 menit baca
KYIV, MINGGU — Badan Keamanan Nasional Ukraina mengakui telah menangkap lima orang di Kyiv dan Lviv. Mereka terlibat korupsi pengadaan peluru mortar senilai 40 juta dollar AS. Korupsi terjadi saat prajurit di garis depan amat kekurangan peluru.
Dilaporkan Pravda dan The Kyiv Independent, Minggu (28/1/2024), para tersangka bekerja di Kementerian Pertahanan dan perusahaan swasta. Seluruh tersangka terancam penjara 12 tahun. Harta benda mereka, jika terbukti didapat dari hasil korupsi, akan disita.
Di Kemenhan, Badan Keamanan Nasional (SBU) Ukraina menangkap Oleksandr Liiev dan Toomas Nakhur. Liiev merupakan mantan Direktur Kebijakan Teknis, Peralatan, dan Persenjataan. Belakangan, Liiev digantikan Nakhur.
Sementara tiga orang swasta tidak diungkap identitasnya. Hanya disebutkan bahwa dua orang bekerja pada Lviv Arsenal. Perusahaan itu disebut perantara perdagangan senjata. Sementara satu orang lagi diidentifikasi sebagai perwakilan produsen senjata dari luar Ukraina.
Menurut SBU, salah satu dari lima tersangka itu mencoba kabur ke luar Ukraina. Upaya itu gagal dan pria itu ditangkap lalu ditahan.
Pengadaan peluru
Para tersangka dituding berkomplot menilap hingga 40 juta dollar AS dari pengadaan peluru mortar. Pada Agustus 2022, Ukraina mengumumkan pembelian 100.000 peluru mortar. Pada kurs Rp 15.000 per dollar AS, nilai korupsinya setara Rp 600 miliar.
Lviv Arsenal menjadi pemenang pengadaan peluru itu. Kemenhan dan Lviv Arsenal mengikat kontrak pada November 2022. Seluruh dana sudah dikirimkan Kemenhan ke rekening Lviv Arsenal. Ternyata tidak sebutir peluru pun dikirimkan sampai sekarang. Padahal, seharusnya seluruh peluru sudah diterima paling lambat Februari 2023.
Karena gagal mengirimkan peluru, Direktur Lviv Arsenal Yurii Zbitniev ditangkap. Apalagi, berdasarkan penyidikan, sebagian dana dari Kemenhan telah dikirimkan ke rekening perusahan lain yang berada di kawasan Balkan.
Dalam kasus Zbitniev disebut, Lviv Arsenal juga mengaku ditipu mitranya di Balkan. Alasan itu tidak diterima majelis hakim. Zbitniev tetap diperintahkan mengembalikan seluruh dana pengadaan. Ia juga divonis beberapa tahun penjara.
Dalam beberapa bulan terakhir sudah berkali-kali SBU dan Biro Nasional Pemberantasan Korupsi (NABU) mengungkap korupsi sektor pertahanan. Korupsi pengadaan persenjataan terjadi di tengah perang.
Para komandan dan prajurit di garis depan berulang kali mengeluhkan kekurangan persenjataan. Akibatnya, mereka tidak bisa melancarkan serangan besar-besaran pada Rusia.
Bahkan, untuk sekadar membalas tembakan Rusia pun, nyaris tidak mampu. Ukraina rata-rata hanya membalas sekali untuk hingga 10 kali tembakan roket dan mortar Rusia di garis depan.