Negosiator Terus Upayakan Gencatan Senjata Israel-Hamas
Sejumlah pihak terus mengupayakan gencatan senjata di Gaza. Keluarga sandera terus menuntut pembebasan para sandera
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·4 menit baca
WASHINGTON, MINGGU - Perang antara Israel melawan Hamas telah memasuki hari ke-114. Namun hingga saat ini belum ada tanda-tanda perang tersebut akan berakhir. Seiring dengan upaya global menekan Israel, Tel Aviv masih berkeras untuk menundukkan Hamas.
Meskipun demikian, dunia tidak menyerah. Ketika Israel terus menggempur Gaza, sejumlah negosiator bertemu. Mengutip sejumlah pejabat yang terlibat, Kantor Berita Associated Press mengatakan, para negosiator telah membuat kemajuan signifikan untuk tercapainya kesepakatan baru. "Ketentuan-ketentuan yang muncul dalam perjanjian tersebut belum diselesaikan akan dibahas dalam dua tahap," kata pejabat yang meminta namanya tidak disebutkan, Sabtu (27/1/2024).
Materi kesepakatan yang dibahas mengarah pada pembebasan 100 sandera sebagai imbalan Israel menghentikan operasi militer selama dua bulan. Kesepakatan gencatan senjata yang masih berproses itu akan dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama, perang akan dihentikan untuk melepaskan semua sandera perempuan, sandera berusia tua dan terluka.
Dalam 30 hari pertama, Israel dan Hamas akan saling bekerja sama untuk melaksanakan gencatan senjata tahap kedua. Pada tahap kedua ini, akan menjadi periode untuk melepaskan tahanan sipil laki-laki dan tentara Israel. Sementara itu, Israel diminta untuk memperbolehkan lebih banyak bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Meskipun kesepakatan yang diusulkan tidak untuk mengakhiri perang, namun para pejabat Amerika Serikat berharap, kesepakatan itu dapat menjadi landasan bagi resolusi konflik yang tahan lama. Menurut tiga pejabat yang mengetahui jadwal pembahasan kesepakatan itu, Direktur Badan Intelijen AS (CIA) Bill Burns akan mendiskusikan bentuk kesepakatan itu, Minggu (28/1/2024) di Perancis dengan Kepala Badan Intelijen Israel Mossad, David Barnea. Sementara Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani akan melakukan pembahasan terkait negosiasi sandera dengan Kepala Intelijen Mesir Abbas Kamel.
Burns diketahui berangkat ke Perancis untuk melakukan pembicaraan tingkat tinggi setelah Penasehat Senior Gedung Putih Brett McGurk melakukan perjalanan ke Timur Tengah pekan ini. McGruk ke Timur Tengah untuk membahas situasi para sandera. Burns mencapai kemajuan dalam pembicaraan di Perancis, Presiden Biden akan kembali mengirimkan McGruk ke Timur Tengah untuk mencoba menyelesaikan kesepakatan. Gedung Putih memang belum mengkonfirmasi pertemuan Burns di Perancis. Namun para pejabat pemerintah AS yakin kesepakatan segera dapat dicapai.
“Kita tidak mengharapkan adanya perkembangan dalam waktu dekat,” jelas Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby, Jumat (26/1/2024).
Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah berbicara melalui sambungan telepon dengan Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sissi dan Emir Qatar Sheikh Tamim Bin Hamad Al-Thani. Gedung Putih mengatakan, para pemimpin itu menegaskan pentingnya kesepakatan tentang sandera untuk menciptakan jeda kemanusiaan. Kesepakatan tersebut, menurut mereka penting untuk memastikan tambahan bantuan kemanusiaan bagi warga Palestina yang kini sangat menderita di Gaza.
“Para pemimpin menggarisbawahi situasi yang mendesak dan menyambut baik kerja sama yang erat antara kedua tim untuk diskusi yang lebih maju,” demikian bunyi pernyataan Gedung Putih.
Desakan perang diakhiri
Biden dan para pembantunya sangat menyadari jumlah warga Palestina yang menjadi korban terus meningkat. Mereka juga menyadari, penderitaan terus meluas di Gaza. Namun cara Biden menyelesaikan konflik Israel-Hamas ini membuat sebagian pendukung Partai Demokrat frustasi. Mereka menginginkan Biden memberikan tekanan yang lebih besar kepada Israel untuk mau mengakhiri perang.
Seperti warga AS, keluarga sandera juga mendesak Pemerintah Israel untuk segera menghentikan perang di Gaza. Bahkan sejak Senin pekan lalu, keluarga para sandera menggelar unjuk rasa di dekat kediaman Perdana Menteri Israel, Netanyahu. Mereka mendesak Pemerintah Israel menghentikan perang dan melepaskan para sandera. Desakan itu terus mereka kumandangkan, meski Netanyahu berkali-kali mengatakan tidak akan mengakhiri perang hingga Israel mengalahkan Hamas.
Saat ini, setidaknya masih ada 130 orang disandera oleh Hamas. Mereka menegaskan, akan membebaskan lebih banyak sandera dengan imbalan berakhirnya perang serta pembebasan lebih banyak tahanan Palestina. Bila kesepakatan kali ini tercapai, kesepakatan itu merupakan yang kedua selama perang Israel-Hamas.
Sebelumnya, dalam gencatan senjata yang disepakati selama seminggu pada November 2023, Hamas melepas 100 orang sandera. Imbalannya, Israel melepaskan warga Palestina yang ditahan Israel.