20 Tewas saat Israel Serang Kerumunan Pencari Bantuan Makanan
Tidak ada lagi tempat aman di Gaza. Tidak ada lagi tempat untuk mengungsi dan berlindung.
Warga Palestina kembali mengungsi setelah Kota Khan Younis di selatan Jalur Gaza dibombardir Israel, Senin (22/1/2024). Puluhan ribu warga terpaksa mengungsi ke Kota Rafah perbatasan dengan Mesir.
GAZA, KAMIS – Setidaknya 20 orang tewas dan 150 orang terluka ketika tentara Israel menembaki warga Palestina yang tengah berkerumun mengantre bantuan di Gaza, Kamis (25/1/2024). Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebut serangan tersebut sebagai kejahatan perang. Militer Israel mengatakan pihaknya sedang menyelidiki laporan tersebut.
Para saksi dan pejabat kesehatan mengatakan penembakan itu terjadi di sebuah bundaran di tepi selatan Kota Gaza, tempat banyak orang berkumpul untuk membagikan makanan. Kementerian Kesehatan Palestina menambahkan, setidaknya 50 warga tewas dalam 24 jam terakhir. Lebih dari 25.900 warga di Jalur Gaza tewas akibat serbuan Israel. Mayoritas korban adalah perempuan dan anak – anak. Sebagian besar korban tewas di Jalur Gaza akibat tertimpa reruntuhan bangunan yang dibom Israel.
Baca juga: Setelah 100 Hari Perang yang Meluluhlantakkan Gaza
Seorang perempuan Palestina di Rafah mengatakan, tidak ada lagi tempat aman di Gaza. “Hentikan perang, sudah cukup. Semua sudah putus asa. Anak – anak dan orang dewasa tewas. Semua terjadi di hadapan masyarakat internasional,” kata perempuan itu.
Warga Palestina yang mengungsi ke selatan, kini kembali bersiap – siap mengungsi karena gempuran Israel di Kota Khan Younis. Puluhan ribu pengungsi kini siap bergerak ke Rafah kota perbatasan dengan Mesir sejauh 15 kilometer. Iringan tank Israel mengepung Khan Younis dan memerintahkan warga untuk segera menyingkir.
Baca juga: Israel Gempur Rumah Sakit di Gaza, Tewaskan 500 Warga Palestina
Palang Merah Internasional mengatakan, kurang dari 20 persen wilayah dari 60 kilometer luasan Gaza, kini menampung 1,5 juta pengungsi. Mereka berjuang untuk bertahan hidup di tengah kekurangan pangan, air, dan obat. Para pejabat Perserikatan Bangsa Bangsa mengatakan, lebih dari 30.000 pengungsi sudah memenuhi Khan Younis.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan situasi kekurangan pangan yang parah dan para pekerja kemanusiaan mengatakan, sedikit bantuan yang ada langsung diserbu warga yang kelaparan dan badannya terlihat kurus. Kondisi semakin buruk karena saat ini musim dingin melanda.
Dalam perkembangan terakhir, militer Israel (Tzahal) mengatakan, sedang memerangi pejuang Palestina dalam pertempuran jarak dekat dari rumah ke rumah. Tzahal menggunakan dukungan serangan udara dan penembak runduk untuk mengincar pejuang Hamas.
Sedangkan di selatan Jalur Gaza, tank – tank Israel menembaki bangunan di sekitar dua rumah sakit di Kota Khan Younis. Warga yang mengungsi ke sekitar rumah sakit pun kembali harus melarikan diri dari lokasi yang dibom Israel tersebut. Pihak militer Israel menanggapi dan menyatakan akan memeriksa kebenaran kasus tersebut.
Baca juga: Teman dan Kemenangan Menjauhi Israel karena Gaza
Para pekerja medis Palestina mengatakan berhasil menghambat serbuan tank – tank Israel yang sedang menembaki rumah sakit RS Nasser dan RS Al Amal. Para pekerja medis terjebak di rumah sakit bersama pasien serta pengungsi yang berada di kompleks rumah sakit atau di sekitarnya.
Ashraf Al Qidra juru bicara Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza mengatakan, sekeliling RS Nasser ditembaki Israel.” Itu membahayakan nyawa pengungsi,” kata Al Qidra.
Asap membumbung tinggi di lokasi yang dibom Israel di wilayah selatan Jalur Gaza, 18 Januari 2024. Israel kini menggempur wilayah selatan Jalur Gaza tempat warga mengungsi.
Pihak Tzahal mengklaim Hamas menggunakan rumah sakit untuk berlindung. Tuduhan itu dibantah Kelompok Hamas dan para staf rumah sakit. Di sisi lain, tidak ada tanggapan Tzahal soal serbuan ke Khan Younis tersebut.
Pengadilan Genosida
Menjelang putusan Pengadilan Internasional di Den Hague, Belanda, Jumat ini, kelompok Hamas mengatakan akan mematuhi perintah gencatan senjata. Kesediaan Hamas diajukan dengan syarat Israel juga bertindak serupa. Juru bicara Hamas, Osaka Ham di Beirut, Lebanon mengatakan, Hamas juga akan melepaskan sandera Israel jika seluruh tahanan Palestina dibebaskan Israel.
Sebaliknya, Israel meminta Pengadilan Internasional menolak menyidangkan kasus genosida di Gaza yang diajukan Afrika Selatan dan didukung berbagai negara di dunia. Juru bicara Israel, Kamis kemarin mengharapkan pengadilan internasional menolak dan mengabaikan tuduhan terhadap Israel.
Terkait situasi Gaza sejumlah pihak terus mengupayakan adanya gencatan senjata dan pembebasan tawanan. Di kabarkan, pimpinan Mossad dan CIA akan menggelar pertemuan dengan otoritas Qatar di Qatar pada akhir pekan ini. Mereka akan membahas isu pembebasan sandera dan gencatan senjata.
Sebelumnya upaya serupa kerap menghadapi kendala. Perundingan kerap terganjal pandangan masing–masing pihak tentang bagaimana mengakhiri perang di Jalur Gaza.
Tuntutan komunitas internasional agar gencatan senjata diberlakukan di Gaza tidak direspons Israel. Tel Aviv berkeras akan menumpas Hamas dan membawa kembali semua warga Israel yang disandera. Di sisi lain, kelompok Hamas menegaskan, perjanjian apa pun dengan Israel harus didasari penghentian serangan dan penarikan mundur semua tentara Israel dari Jalur Gaza.
Berlarut-larutnya konflik di Gaza telah menyebabkan ketidakstabilan di Timur Tengah. Imbasnya kini telah dirasakan di perbatasan Israel-Lebanon, Laut Merah, serta di Irak dan Suriah.
(AP/Reuters)