Tanpa Produk Perawatan Kulit, Anak-anak Merasa Layu dan Tak Ayu
Anak-anak usia belia sudah pakai produk antipenuaan hanya agar tak FOMO. Sayangnya, produk itu merusak kulit anak-anak.
Keshara (36) kaget melihat daftar kado Natal yang diinginkan anaknya yang baru berusia sembilan tahun. Bukan mainan, sepeda, atau baju lagi yang diinginkan, melainkan produk-produk perawatan kulit serta antipenuaan berbentuk krim dan serum yang harganya mahal bisa sampai jutaan.
Salah satu item yang ditulis ada krim tubuh dari Sol De Janeiro serta serum mata produk dari Drunk Elephant yang bisa menyamarkan garis-garis halus, keriput, dan mengencangkan kulit yang kendur. Ketika ditanya dari mana anaknya tahu produk-produk ini, jawabnya: TikTok, Instagram, dan teman-teman di sekolah yang juga sudah rutin memakai produk-produk sejenis.
Baca juga: Perawatan Tepat untuk Kulit Sehat
”Anak saya dan teman-temannya sering mengobrol secara daring dan yang dibicarakan hanya soal produk perawatan kulit yang saya saja tidak tahu. Mereka selalu terdengar khawatir kulitnya akan jelek dan bermasalah,” kata Keshara, warga London, Inggris, kepada harian The Guardian, Kamis (25/1/2024).
Keshara mulai khawatir dengan obsesi anaknya pada produk perawatan kulit karena mendengar cerita teman-temannya yang sering bangun pagi demi merawat wajah dulu sebelum sekolah dan butuh waktu sampai satu jam. ”Saya khawatir ini bisa menjadi obsesi dan dia akan tertekan karena merasa harus tampil sempurna terus,” ujarnya.
Keshara tidak sendiri. Orangtua-orangtua di Inggris dan Amerika Serikat ramai membahas isu ini selama sepekan terakhir karena sudah dianggap berlebihan. Sarah (40) juga tidak kuasa menolak anaknya yang meminta dibelikan produk antipenuaan, padahal usianya masih 13 tahun. Sarah merasa anaknya sebenarnya tidak membutuhkan produk-produk begitu dan lebih karena dia meniru atau agar tidak FOMO (fear of missing out), ketinggalan dari teman-temannya.
”Setiap malam, anak saya memakai penghapus riasan, pembersih, pelembab, krim mata, dan terkadang masker wajah dan roller giok untuk memijat pipi, dahi, rahang, dan leher. Waktunya habis untuk mengurus wajahnya,” ujarnya.
Baca juga: Demi Kulit Wajah nan Sehat
Dorongan untuk menggunakan produk perawatan kulit antipenuaan di kalangan anak-anak ini salah satu penyebabnya karena gencarnya media sosial menyebarkan informasi pentingnya merawat kulit sejak dini. NPR melaporkan, anak dan remaja menghabiskan 33 persen lebih banyak uang untuk kosmetik dan 19 persen lebih banyak untuk perawatan kulit pada tahun ini dibandingkan dengan tahun lalu.
”Kampanye” dan jualan produk kecantikan ini juga didorong para pemengaruh yang usianya pun masih belia, mulai dari tujuh tahun. Dua persoalan yang menjadi kontroversi, anak yang menggunakan produk antipenuaan dan anak usia belia yang dibiarkan saja menjadi pemengaruh produk itu di media sosial.
Gencarnya penggunaan produk antipenuaan ini didorong lagi dengan munculnya tren yang disebut ”Sephora Kids” baru-baru ini di mana anak berusia 9 atau 10 tahun sudah memakai produk perawatan kulit untuk orang dewasa yang harganya mahal. Sephora adalah jaringan gerai perawatan diri dan kecantikan multinasional asal Perancis yang menjual sekitar 300 jenama.
”Di satu sisi, media sosial membantu meningkatkan kesadaran terhadap kondisi kulit tertentu. Di sisi lain, bisa berbahaya dalam menyebarkan informasi palsu. Jenis dan kondisi kulit sangat berbeda antara masa pra-puber, remaja, dan orang dewasa. Produk yang digunakan harus disesuaikan kondisi kulit,” kata Angela Casey, dokter kulit dan pendiri jenama perawatan kulit Bright Girl di AS, kepada harian The Huffington Post, 17 Januari 2024.
Baca juga: Hati-hati, Kulit Bisa Rusak Permanen karena Salah Pilih ”Skin Care”
Medsos juga tanpa disadari bisa membuat pemirsanya merasa tidak nyaman dengan diri sendiri. Brooke Jeffy, dokter kulit dan pendiri jenama perawatan kulit remaja BTWN di AS, mengatakan, remaja sekarang jauh lebih kritis terhadap kulit mereka dan mengharapkan sesuatu yang tidak realistis karena melihat para pemengaruh atau selebritas di medsos.
Mereka tidak menyadari banyak foto dan video yang dilihat di medsos itu sudah diubah atau memakai filter sehingga terlihat lebih cantik dan kulitnya halus tanpa cela. ”Kalau tergoda membeli produk baru yang diberi tahu pemengaruh atau diunggah pengguna lain, sebaiknya dipelajari dulu,” ujarnya.
Sebuah penelitian di Inggris pada 2021 terhadap perempuan dan dewasa muda non-biner menemukan 90 persen responden mengaku menggunakan filter atau pengeditan ”untuk meratakan warna kulit, membentuk kembali rahang atau hidung, mengurangi berat badan, mencerahkan atau membuat kulit menjadi perunggu dan memutihkan gigi”, serta 75 persen mengakui mereka merasa "”tidak akan pernah bisa hidup sesuai dengan gambaran yang Anda lihat.”
Penelitian serupa di AS terhadap remaja dari Parents Together menguatkan angka itu, dengan 87 persen responden mengaku menggunakan filter di media sosial dan hampir 1 dari 5 mengatakan mereka ”menggunakan filter kecantikan di setiap unggahan mereka”.
Baca juga: Si Ringkas untuk Kulit Sehat
Banyak ahli dermatologi yang sudah memperingatkan anak-anak dan para orangtua bahwa produk antipenuaan yang ditawarkan itu adalah perawatan yang dibuat khusus untuk menyamarkan keriput, garis halus, dan kulit yang kendur. Perawatan ini biasanya dilakukan di bagian tubuh yang paling rawan terkena tanda-tanda penuaan dini, misalnya wajah, leher, dan tangan. Karena dirancang untuk orang dewasa, maka dapat membahayakan kulit sensitif anak-anak.
Para ahli dermatologi ini juga bermain di medsos untuk berbagi informasi berbasis bukti kepada masyarakat. ”Hati-hati dengan konten medsos karena informasinya sering tidak diverifikasi. Akan lebih baik kalau minta pendapat dari dokter kulit dulu,” kata Helen He, dokter kulit di Departemen Dermatologi Kimberly and Eric J Waldman, Mount Sinai, New York, AS.
Dokter kulit di Rumah Sakit Universitas Oxford, Aamna Adel, yang memiliki 1,5 pengikut di TikTok mengatakan, anak-anak melihat pembuat konten dan pemengaruh, lalu ikut membuat video rutinitas perawatan kulit bertema ”Get Ready With Me” di Tiktok dengan produk yang berkemasan warna cerah dan menarik sehingga membuat prosesnya menyenangkan.
Baca juga: Merawat Wajah biar Kinclong
Banyak anak yang tidak hanya memakai produk yang tidak tepat, tetapi lebih parah lagi mereka juga asal-asalan mencampur produk yang berbeda. Ini bisa menyebabkan iritasi, kemerahan, kekeringan, kulit mengelupas, dan macam-macam lainnya. Mereka menggabungkan banyak asam keras yang berbeda dari produk seharga jutaan. Tagar #GRWMforSchool saja sudah ditonton 1,7 miliar kali.
Dalam video bertagar itu, anak-anak memamerkan produk kecantikan, mengaplikasikan serum dan pelembab dari merek seperti Byoma, Bubble, dan Drunk Elephant. Tren ini muncul tahun lalu ketika anak-anak muda, terutama di AS, mulai mengunggah video diri mereka membuat produk campuran Drunk Elephant di toko Sephora.
Salah satu tokoh yang terkanal dan melakukannya adalah Penelope Scotland Disick (11), putri Kourtney Kardashian. Putri Kim Kardashian, North West, juga mengunggah video rutinitas paginya pada 2022 yang mencakup masker lembar, masker bibir, dan toner. Pada waktu itu, dia masih berusia sembilan tahun. Ada juga anak kembar berusia tujuh tahun, Haven dan Koti, yang memiliki 4,8 juta pengikut di Tiktok yang aktif berbagi video ”Get Ready With Me” dan gambar produk-produk yang mereka beli saat belanja produk perawatan kulit terbaru.
Melawan tren ini, di medsos juga ramai video-video yang mengecam ”Sephora Kids” ini dan perilakunya ketika belanja membeli produk perawatan. Banyak juga komentar yang mengecam orangtuanya yang membiarkan anaknya membeli produk itu. Video-video membela diri dari anak-anak juga ramai diunggah, termasuk anak usia 10 tahun yang diwawancara Teen Vogue. Dia sedih melihat semua video orang dewasa yang meremehkan anak-anak.
Baca juga: Gelombang ”Skincare” Memoles Wajah Kita
”Saya paham dulu yang populer mungkin boneka Bratz saat kalian umur 10 tahun. Tapi, di zaman sekarang, ini yang populer. Ini mainan baru yang kita punya. Ini generasi kita, generasi Alfa. Dan, saya bangga akan hal itu,” ujarnya.
Spesialis penyakit dalam dan direktur pendiri Neem Medical Spa, Rosy Sandhu, menjelaskan, ini terjadi karena ada tekanan dari teman sebaya agar bisa masuk ke kelompok anak-anak keren. Anak-anak dibombardir berbagai informasi sehingga timbul rasa paranoid kulit jelek. Mereka sangat takut tidak bisa diterima di lingkungan sosialnya jika kulitnya tidak sempurna.
”Ketertarikan generasi Z dan Alfa terhadap perawatan kulit mungkin mewakili sesuatu yang jauh lebih dalam. Daripada menstigma anak-anak, sebaiknya anak-anak dibimbing untuk menyalurkan energi mereka ke bidang-bidang lain yang bisa mengembangkan dirinya. Toh, semua orang punya ketakutan terhadap penuaan, orang dewasa juga begitu. Anak-anak hanya lebih vokal saja mengungkapkannya,” kata psikolog klinis dan salah satu pendiri Ruang Terapi, Daniel Glazer.
Perawatan sederhana
Para ahli merekomendasikan rutinitas perawatan kulit sederhana untuk anak-anak usia muda, seperti membersihkan wajah dua kali sehari, memakai pelembab ringan, dan tabir surya jika sinar UV tinggi. Konsultan dermatologis di Self London, Anjali Mahto, mengkhawatirkan banyaknya anak yang dibawa ke kliniknya yang sudah menggunakan produk berbahan seperti vitamin C, vitamin A atau retinoid, dan asam pengelupas kulit seperti AHA dan BHA. Bahan-bahan ini tidak diperlukan bagi kulit muda dan dari aspek psikologis sebenarnya merugikan bagi anak usia muda yang sudah rutin memakai produk antipenuaan.
”Banyak anak dan remaja yang datang ke klinik saya yang sudah terobsesi dengan penuaan. Ini gara-gara medsos dan memprihatinkan,” kata Anjali yang dikutip harian The Guardian, 11 Januari 2024.
Emma Wedgeworth dari British Cosmetic Dermatology Group juga berpendapat merawat kulit itu bagus, tetapi tidak semua produk cocok. Sebagian besar malah tidak diperlukan dan bahkan malah merugikan. Apalagi jika kulitnya sensitif. ”Banyak anak yang malah sudah pakai retinol, bentuk vitamin A yang ditambahkan pada perawatan kulit yang memiliki efek antipenuaan. Buat apa? Ini malah bisa merusak kulit sensitif,” ujarnya.
Baca juga: Merasa Kurang Ganteng, Jutaan Pria China Pilih Bedah Plastik
Menurut American Academy of Dermatology, jika kita tidak melindungi kulit kita dengan tabir surya, kerusakan akibat sinar UV matahari dapat berupa penuaan dini, kerutan, bintik-bintik penuaan, dan yang terpenting, kanker kulit. Seperti yang dikatakan Casey, rutinitas perawatan kulit remaja Anda harus mengenai pencegahan dan perlindungan, itulah sebabnya penggunaan tabir surya sangat penting di masa remaja Anda.
Kulit muda lebih tipis sehingga lebih mudah menyerap bahan-bahan yang menempel di kulit. Karena lebih tipis, maka lebih berisiko iritasi. Cukup memakai pembersih lembut dengan pH seimbang, pelembab, dan tabir surya SPF 30-plus berbahan dasar mineral karena lebih ramah untuk kulit sensitif.
Memakai produk asal-asalan berujung penyesalan dialami Amelia Gregory (13), warga Cheshire, Inggris, yang kini terbaring di rumah sakit akibat infeksi kulit yang menyebar sampai ke mata kirinya. Harian Daily Mail, Kamis, menceritakan pengalaman Amelia yang meniru memakai produk perawatan kulit dari remaja pemengaruh favoritnya di Tiktok.
Setelah menonton, dia mencoba ramuan produk yang katanya bisa memberikan efek antipenuaan dan membuat kulitnya bercahaya. Hanya saja, beberapa produk yang dipakainya mengandung retinol. Karena kulitnya sensitif, kulit Amelia malah terasa terbakar, kemerahan, dan mengelupas. ”Amelia teriak kesakitan dengan wajah merah padam, terkelupas, dan muncul bercak merah,” kata Claire (41), ibu Amelia.
Baca juga: Para Pemengaruh, antara Inkompetensi dan Ilusi
Sambil menangis, Amelia bercerita dia mengikuti instruksi dari pemengaruh di Tiktok yang memberi tahu para pengikutnya cara membuat masker memakai krim retinol dan produk asam lemah yang sering dipakai perempuan lanjut usia untuk mencerahkan dan mengelupas kulit. Hanya dalam hitungan hari dirawat di rumah sakit, mata kiri Amelia merah dan bengkak karena ternyata infeksi bakteri pada jaringan di bawah kulit atau selulitis dan sudah menyebar ke mata. Dokter khawatir infeksi itu bisa menyebabkan Amelia kehilangan penglihatan.
Kini, Amelia hampir tidak bisa membuka mata atau berkedip. Claire tidak percaya ini semua hanya karena perawatan kulit. Dokter yang merawat Amelia mengaku sering melihat kasus seperti ini, khususnya pada generasi Alfa yang lahir sejak tahun 2010. ”Ini semua salah saya sebagai orangtua. Saya harap ini tidak terjadi pada anak-anak Anda juga,” kata Claire.