Anak Muda AS Makin Bergantung pada Orangtua untuk Biayai Hidup
Sebagian besar dari gen Z dan milenial harus menanggung beberapa utang sekaligus, dari utang kuliah hingga utang rumah.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·5 menit baca
Anak-anak muda Amerika Serikat dari generasi Z dan milenial semakin bergantung pada orangtua mereka untuk membayar tagihan dan bertahan hidup. Padahal, mereka berpendidikan lebih tinggi serta mempunyai pekerjaan yang lebih mapan dibandingkan generasi sebelumnya. Jeratan utang menjadi akar dari ketidakmandirian finansial ini.
Lembaga penelitian Pew Research Center merilis hasil survei terbaru yang mengungkap fenomena tersebut. Ketergantungan itu mencakup pembayaran beragam jenis tagihan, mulai dari sewa tempat tinggal hingga telepon seluler. Hanya sekitar 45 persen dari generasi itu yang menyatakan diri sepenuhnya mandiri secara finansial dari orangtua mereka.
Ketergantungan tertinggi terjadi pada kelompok usia 18-24 tahun. Survei yang diterbitkan CBS, Jumat (26/1/2024), menunjukkan, lebih dari separuh dari kelompok usia ini masih tergantung secara finansial untuk memenuhi kebutuhan dasar dalam rumah tangga mereka, mulai dari makanan, pakaian, hingga tempat tinggal.
Adapun kelompok usia 30-34 tahun memiliki kadar ketergantungan lebih rendah meski tetap tinggi dibandingkan generasi sebelumnya. Pada kelompok usia tersebut, sebanyak 1 dari 5 responden menyatakan masih menerima bantuan orangtua untuk memenuhi kebutuhan pokok rumah tangga.
Temuan ini berasal dari dua survei. Survei pertama mencakup lebih dari 3.000 responden orang dewasa yang memiliki setidaknya satu anak berusia antara 18 dan 34 tahun yang memiliki kontak dengan mereka. Adapun survei kedua melibatkan sekitar 1.500 orang dewasa berusia 18-34 tahun yang memiliki setidaknya satu orangtua.
Survei Harris Poll oleh lembaga keuangan DailyPay menguatkan ketidakmandirian finansial tersebut. Survei yang diterbitkan The New York Post ini menemukan, hanya seperempat generasi Z yang mampu membayar seluruh tagihan mereka tepat waktu.
Biaya hipotek perumahan dan sewa tempat tinggal sangat membebani.
Banyak generasi Z dan milenial ini yang akhirnya menyerah untuk mencoba hidup mandiri. Mereka lelah menanti kiriman uang dari orangtua dan akhirnya memilih tinggal di rumah orangtua. Saat ini, jumlah generasi muda yang masih tinggal di rumah bersama orangtua mereka mencapai angka tertinggi sepanjang sejarah.
Studi Pew menemukan, sekitar 57 persen anak muda AS berusia 18-24 tahun tinggal bersama orangtua mereka. Jumlah itu naik dari 53 persen dibandingkan tahun 1993. ”Biaya hipotek perumahan dan sewa tempat tinggal sangat membebani,” kata Kim Parker, Direktur Tren Sosial Pew.
Fenomena tersebut terjadi seiring pergeseran norma sosial di masyarakat. Di masa lalu, masyarakat sulit menerima anak muda usia 18 tahun ke atas masih tinggal bersama orangtua. Sekarang, hal itu lebih dapat diterima.
Jeratan utang
Menurut survei Pew, jeratan utang menjadi akar penyebab ketidakberdayaan finansial generasi muda sekarang. Sebagian besar dari mereka harus menanggung beberapa jenis utang sekaligus, mulai dari pinjaman mahasiswa, kartu kredit, hingga hipotek rumah. Generasi Z dan milenial saat ini juga harus berjuang mencicil utang yang persentasenya terhadap penghasilan jauh lebih besar dibandingkan utang yang harus ditanggung orangtua mereka pada usia sama.
Analisis survei Pew memperlihatkan lebih banyak generasi Z dan milenial yang mengenyam pendidikan perguruan tinggi dibandingkan orangtuanya. Saat ini 40 persen orang berusia 25-29 tahun memiliki gelar sarjana. Bandingkan dengan kelompok usia yang sama pada tahun 1993 yang hanya 24 persen.
Namun, ternyata ada harga yang harus mereka bayar untuk mengejar mimpi bergelar sarjana itu. Sebagian besar dari mereka harus menanggung utang kuliah. Utang itu harus mereka lunasi dengan cara mencicil saat sudah punya penghasilan sendiri. Di AS, membiayai kuliah dengan pinjaman pemerintah merupakan hal yang lumrah.
Lebih banyak orang dewasa muda saat ini yang terjerat utang pendidikan dibandingkan generasi orangtua mereka. Sekitar 43 persen dari penduduk yang berusia 25-29 tahun mempunyai utang pelajar, meningkat tajam dari 28 persen pada 1993.
Adapun untuk utang hipotek rumah, survei Pew juga menemukan, pemilik rumah berusia 29-34 tahun memiliki utang hipotek sekitar 190.000 dollar AS (Rp 2,9 miliar). Jumlah ini lebih tinggi dibandingkan tahun 1993 dengan rata-rata utang hipotek setara 120.000 dollar AS (Rp 1,8 miliar). Angka tersebut sudah disesuaikan dengan tingkat inflasi.
Analisis Pew pun menemukan, generasi muda sekarang memilih menunda berkeluarga. Pada 1993, sekitar 63 persen dari kelompok usia 30-34 tahun sudah menikah. Saat ini, persentasenya menyusut menjadi 51 persen.
Ini perubahan yang relatif besar dalam waktu singkat. Angka ini menunjukkan semacam penundaan yang dilakukan satu generasi.
Penurunan dalam hal punya anak bahkan lebih ekstrem lagi. Sekitar 60 persen dari penduduk berusia 30-34 tahun pada tahun 1993 memiliki setidaknya satu anak. Saat ini, jumlahnya anjlok menjadi 27 persen. ”Ini perubahan yang relatif besar dalam waktu singkat. Angka ini menunjukkan semacam penundaan yang dilakukan satu generasi,” kata Parker.
Tentu saja, penyebab terbesarnya bisa bersifat finansial. Biaya membesarkan anak-anak mahal. Analisis terbaru menghitung biaya membesarkan anak sejak lahir hingga usia 18 tahun di AS kini menghabiskan rata-rata 237.482 dollar AS (hampir Rp 4 miliar). ”Tetapi, bisa juga karena alasan budaya. Sebuah studi terpisah oleh Pew menemukan, semakin banyak orang Amerika yang tidak berharap memiliki anak,” ujar Parker.
Saat ini generasi muda tengah menghadapi lebih banyak tantangan dibandingkan generasi orangtua mereka. ”Kita mungkin melihat generasi muda terus menunda pencapaian penting dalam bidang keuangan dan pribadi karena mereka tidak mampu membiayainya,” kata Matt Schulz, Kepala Analis Kredit di LendingTree, dikutip The New York Post.
Di sisi lain, BBC melaporkan, lebih dari sepertiga orangtua mengatakan mereka mengalami kesulitan finansial karena masih harus membantu keuangan anak-anak mereka. Hal ini terjadi pada orangtua dengan penghasilan rendah.
Sementara 14 persen orangtua justru menerima bantuan keuangan dari anak-anak mereka, baik untuk pengeluaran yang sifatnya hanya sekali maupun biaya dari tagihan berulang. Angka tersebut membengkak menjadi 29 persen pada orangtua dengan pendapatan rendah. Banyak generasi muda yang tinggal di rumah orangtua mereka sering pula membantu membayar biaya tempat tinggal dan kebutuhan harian keluarga. Menurut survei, jumlahnya mencapai hampir tiga perempatnya.
Terlepas dari kesulitan finansial mereka sekarang, survei Pew menunjukkan optimisme di kalangan gen Z dan milenial. Sebanyak 3 dari 4 orang yang saat ini bergantung pada orangtua secara finansial yakin pada akhirnya mereka akan mencapai kemandirian tersebut.