Laser Naga Api, Senjata Baru Alternatif Rudal Berbiaya Murah Andalan Inggris
Senjata laser Naga Api yang diuji Inggris bisa mengurangi ketergantungan pada amunisi mahal dan risiko salah sasaran.
Dalam uji coba di lapangan tembak di Kepulauan Hebdrides, Skotlandia, senjata energi yang diarahkan dengan laser atau laser-directed energy weapons (LDEW) Naga Api berhasil menjatuhkan sasaran terbang berupa pesawat nirawak, Jumat (19/1/2024). Jangkauan tembakan laser Naga Api masih dirahasiakan, tetapi diyakini masih dalam jarak jangkauan pandangan mata di cakrawala.
Senjata laser Naga Api dapat dioperasikan dengan mudah ke sasaran yang terlihat. BBC melaporkan, tembakan Naga Api dapat menghantarkan sinar laser berkekuatan tinggi. Cahaya yang ditembakkan bisa menghantam uang koin 1 pound sterling dari jarak sekurangnya 1 kilometer.
Senjata penjejak laser ini dapat menghantam sasaran dengan kecepatan cahaya, menggunakan cahaya kuat untuk mengiris sasaran sehingga mengakibatkan kegagalan struktur atau dampak kerusakan lain jika mengenai hulu ledak senjata lawan.
Menembak dengan senjata laser tersebut selama 10 detik setara dengan energi yang digunakan untuk pemanas ruangan selama 60 menit. Senjata laser tersebut dapat menjadi solusi jangka panjang untuk menyerang sasaran yang tidak dapat dilakukan dengan peluru kendali. Biaya yang dikeluarkan untuk menembakkan senjata laser itu hanya 10 pound sterling setiap kali atau setara Rp 198.000.
Senjata Naga Api dikembangkan oleh Laboratorium Teknologi dan Ilmu Pertahanan di bawah Kementerian Pertahanan Inggris. Senjata itu dikembangkan bersama dengan MBDA, Leonardo, dan QinetiQ.
Uji coba bersejarah itu membuktikan kemampuan menghantamkan sasaran di udara dalam jarak tertentu. Itu sekaligus membuktikan teknologi laser sebagai senjata dapat digunakan dalam pertempuran.
Angkatan Darat dan Angkatan Laut Kerajaan Inggris mempertimbangkan menggunakan teknologi laser tersebut sebagai bagian dari persenjataan pertahanan udara. Menteri Pertahanan Grant Shapp mengatakan, senjata teknologi supercanggih ini dapat mengubah arena pertempuran dengan mengurangi ketergantungan pada amunisi yang mahal dan mengurangi risiko salah sasaran.
”Investasi dengan industri rekanan berteknologi canggih, seperti Naga Api, menjadi penting dalam persaingan di dunia demi menjaga keunggulan kami memenangi pertempuran dan menjaga keamanan negara,” kata Shapp.
Baca juga: Iron Beam, Andalan Baru Israel Setelah Kegagalan Iron Dome
Keberhasilan uji coba Naga Api tersebut sejalan dengan kesuksesan senjata itu dalam menjejak sasaran bergerak di udara dan laut dengan ketepatan tinggi dalam jarak tertentu. Kementerian Pertahanan Inggris mengumumkan rencana untuk membiayai riset jutaan poundsterling transisi dari teknologi laboratorium ke senjata yang digunakan di lapangan.
Uji coba terakhir didukung unit Pengetahuan dan Teknologi Pertahanan (DST) Kementerian Pertahanan Inggris bersama program-program strategis lintas lembaga pemerintah. Langkah tersebut dilakukan demi menjamin semua aturan keamanan dan keselamatan operasional dipatuhi.
Investasi dengan industri rekanan berteknologi canggih, seperti Naga Api, menjadi penting dalam persaingan di dunia demi menjaga keunggulan kami memenangi pertempuran dan menjaga keamanan negara. (Grant Shapp)
Direktur DST Paul Hollinshead mengatakan, rangkaian uji coba ini adalah langkah besar untuk mewujudkan senjata berbasis energi. ”Dengan pengalaman, keahlian, dan kemampuan operasional DST sangat penting untuk mendukung masa depan Angkatan Bersenjata Kerajaan Inggris,” kata Hollinshead.
Sistem senjata Naga Api terserbut dihasilkan dari modal gabungan 100 juta pound sterling dari Kementerian Pertahanan Inggris dan sejumlah perusahaan swasta. Pada tahun 2017, Badan Riset Ilmiah Kementerian Pertahanan Inggris memberikan kontrak 30 juta pound sterling untuk konsorsium Naga Api dalam mengembangkan senjata laser.
Namun, dikatakan ada kelemahan sistem senjata laser tersebut jika sasaran memiliki selubung antipanas yang canggih dapat mementahkan serangan senjata laser.
Pengembangan Israel
Senjata berbasis energi cahaya laser telah lebih dahulu dioperasikan oleh Israel dengan nama Iron Beam atau Besi Batang atau Magen dalam bahasa Ibrani. Senjata buatan Israel tersebut diperkenalkan pada ajang Singapore Airshow tahun 2014.
Senjata buatan Sistem Pertahanan Rafael itu dirancang untuk menangkal serangan roket jarak pendek, pesawat nirawak (drone), artileri, dan bom mortir. Jangkauan Iron Beam mencapai 7 kilometer. Sistem pertahanan Iron Beam dipadukan dengan Kubah Besi atau Iron Dome dalam sistem pertahanan udara Israel.
Daya laser yang dikeluarkan untuk menembakkan Iron Beam disebutkan mencapai belasan kilowatt. Dalam perkembangan teknologinya, pada tahun 2023 Iron Beam sudah bisa menembak sasaran sebesar uang koin dari jarak 10 kilometer.
Baca juga: Mengenal Roket dan Rudal Hamas Penembus Tank Israel
Keuntungan menggunakan senjata berbasis energi laser terhadap peluru kendali adalah biayanya lebih rendah, dapat ditembakkan segera tanpa batas jumlah penembakan, membutuhkan lebih sedikit operator manusia, dan tidak ada reruntuhan sisa senjata jika menghantam sasaran.
Pada Desember 2022, Rafael bekerja sama dengan Lockheed Martin mengembangkan sistem senjata laser pengembangan dari senjata Iron Beam. Mereka merancang senjata yang dapat menembakkan laser dengan daya listrik 300 kilowatt dan lebih dari satu pancaran berkas cahaya untuk menghantam satu sasaran secara bersamaan.
Pemerintah Israel mengklaim biaya menembakkan Iron Beam hanya 2 dollar AS (Rp 30.000) sekali tembakan. Sementara senjata antirudal konvensional bisa memakan biaya ratusan ribu dollar AS sekali penembakan. (REUTERS)