Mengenal Roket dan Rudal Hamas Penembus Tank Israel
Salah satu simbol kekuasaan Israel adalah tank tempur utama Merkava mark Iv. Dalam perang tidak seimbang ini, pejuang Palestina menggunakan berbagai jenis senjata panggul untuk melawan serta melumpuhkan tank Israel.
Veto Amerika Serikat di Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, Jumat (8/12/2023), memastikan: perang di Gaza berlanjut. Perang itu menjadi ladang adu teknologi persenjataan AS-Israel serta sekutunya melawan aneka persenjataan modifikasi yang dipakai Hamas.
Dalam perang Gaza, Hamas menghadapi militer Israel (IDF) yang, menurut The Military Balance 2023 terbitan International Institute for Strategic Studies (IISS), punya total 635.000 tentara. IISS dan Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) juga menyebut, senjata IDF tangguh dan canggih.
Di udara, IDF mengandalkan persenjataan pasokan AS, seperti jet temput F-35, F-16, dan F-15. IDF juga mengoperasikan helikopter serbu Apache dan angkut taktis Black Hawk.
Baca Juga: Taktik dan Persenjataan Hamas Lebih Baik di Pertempuran Babak Kedua
Di darat, Israel punya tank Merkava dan aneka jenis kendaraan tempur lapis baja. Di matra laut, Israel memiliki sejumlah kapal perang permukaan dan kapal selam berteknologi mutakhir.
Israel juga punya beragam amunisi artileri, roket, dan rudal. Aneka amunisi itu dilengkapi pemandu yang terhubung dengan satelit. Dengan demikian, tingkat ketepatannya amat tinggi.
Sistem pertahanan Israel juga amat beragam. Ada Trophy untuk tank dan kendaraan tempur darat lainnya. Israel juga punya Iron Dome dan sedang menguji Iron Beam.
Iron Dome mengandalkan rudal sebagai penangkis serangan udara. Karena itu, ada keterbatasan jumlah rudal dan waktu pengisian ulang rudal di Iron Dome. Keterbatasan itu menjadi salah satu penyebab arhanud andalan Israel itu kewalahan pada 7 Oktober 2023.
Sementara Iron Beam menggunakan laser untuk menangkis serangan udara. Secara teoretik, selama dayanya masih ada, laser akan terus bisa dipakai. ”Selama ada listrik, laser bisa ditembakkan,” kata pakar persenjataan pada Hudson Institute, Bryan Clark, kepada CNBC.
Persenjataan rakitan
Sebaliknya, menurut SIPRI, Hamas mengandalkan rudal-rudal antitank dan beragam jenis roket. Mayoritas persenjataan Hamas hasil inovasi Iran, Korea Utara, dan kreasi internal kelompok itu.
Pada 2014, SIPRI merekam terdapat pengiriman 25 unit misil antitank Fagot versi Bulsae-2 dari Korea Utara untuk Hamas. Sebelumnya, pada 2010 terdapat pengiriman sejumlah 35 misil antitank tipe Konkurs kepada Hamas yang diyakini berasal dari Iran.
Baca Juga: Israel Negara Startup Didukung SDM Tangguh dan Ulet
Lembaga kajian di Amerika Serikat, Institute for the Study of War (ISW), menyebut, Hamas antara lain mulai menggunakan amunisi penembus lapis baja (EFP). Hamas dan aneka kelompok pejuang Palestina juga memakai, antara lain, rudal panggul antitank (ATGM) Kornet.
Rudal itu salah satu turunan ATGM 9M14 Malyutka alias Sagger buatan Uni Soviet. Bedanya, Sagger dikendalikan lewat radio, sementara Kornet dipandu dengan laser. Kornet juga dilengkapi pengoreksi arah. Jika melenceng, rudal itu bisa kembali ke sasaran yang dibidik pemandu.
Dengan harga satuan 26.000 dollar AS, Kornet teruji menghancurkan aneka tank berharga paling murah 6 juta dollar AS per unit. Timur Tengah, termasuk Gaza, menjadi saksi keandalan Kornet.
Meski demikian, tidak berarti Kornet tanpa kelemahan. Salah satu persoalan ATGM itu adalah asapnya terlalu banyak. Akibatnya, posisi penembak Kornet bisa segera terlacak lalu disasar lawan lewat serangan balik.
Peningkatan kemampuan
Teknologi Kornet diberikan Rusia ke Iran hampir 30 tahun lalu. Dari Teheran, rudal itu mengalir ke Tepi Barat dan Gaza. Semenanjung Sinai di Mesir disebut sebagai rute penyelundupan rudal-rudal itu ke Palestina.
Peneliti Kajian Keamanan Nasional di Universitas Tel Aviv, Yehoshua Kalisky, mengatakan, insinyur Iran terkenal ahli meningkatkan kemampuan persenjataan. ”Mereka dapat membuat senjata lebih berbahaya dari bahan awal yang mereka terima,” ujarnya.
Iran bisa melakukan itu pada senjata yang diberikan Uni Soviet-Rusia atau sitaan dari AS. Hasil modifikasi Iran dipakai sendiri dan sebagian lagi mengalir ke berbagai kelompok bersenjata di Timur Tengah. Hezbollah di Lebanon, Hamas di Gaza, dan Houthi di Yaman punya senjata hasil kreasi Iran.
Baca Juga: Persiapan Kirim Misi Berawak, Iran Luncurkan Kapsul ke Luar Angkasa
Kalisky tidak tahu berapa banyak senjata yang dikembangkan dan dibuat Teheran. Hal yang jelas, kelompok-kelompok bersenjata sokongan Iran terbukti punya banyak jenis dan jumlah persenjataan. Kornet hanya salah satu dari persenjataan hasil modifikasi insyinyur Iran.
Senjata berbahaya
Kornet bisa mengangkut EFP di hulu ledaknya. Daya angkutnya hingga 4,5 kilogram. Varian awalnya bisa menjangkau sasaran hingga 4,5 kilometer, sementara versi mutakhir Kornet bisa menyasar hingga 8 kilometer.
Kalisky mengatakan, Kornet merupakan senjata dengan ketepatan tinggi dan mematikan. ”Senjata paling berbahaya yang dimiliki Hamas untuk melawan tank-tank Israel. Kita memiliki keunggulan atas mereka, tetapi tidak boleh gegabah dan menganggap enteng lawan,” ujarnya.
Pakar rudal Israel, Tal Inbar, juga menyebut Kornet berbahaya. Tidak banyak kendaraan lapis baja bisa menahan serangan rudal itu.
Pada 2006, sebagian tank Merkava Israel ditembus Kornet dari Hezbollah. Padahal, Merkava adalah salah satu simbol kedigdayaan teknologi militer Israel.
Inbar mengatakan, tidak ada resep jitu menangkal rudal. Sebaliknya, tidak ada pula rudal 100 persen akurat. ”Banyak kondisi yang berpengaruh, termasuk di kala Perang Lebanon tahun 2006. Kita tidak memiliki sistem perlindungan Trophy sehingga banyak tank Merkava dihajar rudal Kornet,” kata Inbar.
Ia merujuk pada salah satu dari sebagian sistem pertahanan di tank-tank Israel. Dikembangkan dalam dua dekade terakhir, Trophy bisa mencegat aneka obyek penyerang tank dan aneka kendaraan tempur darat Israel.
Baca Juga: Kemanusiaan Retorika Dunia Tak Akan Menyelamatkan Gaza
Ia mengingatkan, bukan hanya Israel meningkatkan persenjataannya. Iran dan para insinyur berbagai kelompok bersenjata sokongan Teheran juga melakukan hal serupa. ISW menduga EFP dalam Perang Gaza 2023 diproduksi Hamas di Gaza. Padahal, Gaza praktis diblokade Israel puluhan tahun.
Persenjataan lain
Tidak hanya Kornet, Hamas juga punya aneka senjata lain. Data IISS menunjukkan, Hamas punya roket Fajr-3 dan Fajr-5 buatan Iran. Laporan dari Fabian Hinz, pakar perdagangan dan pengalihan senjata Timur Tengah, mengatakan, Iran ditengarai menjadi mentor bagi Hamas untuk memproduksi roketnya sendiri.
Roket Badr-3 yang dibuat kelompok bersenjata Palestina, contohnya, diyakini Hinz didesain dan diuji coba di Iran pada medio 2021. Pasalnya, hulu ledak roket tersebut jauh lebih berat daripada roket-roket buatan Palestina lainnya, yakni sekitar 300 kg. Ada pula pesawat nirawak pengangkut peledak, Shebab. Pesawat satu arah itu mulai digunakan Hamas pada 2021.
Hamas juga menggunakan Rajum, roket yang dapat ditembakkan dari peluncur multilaras. Setiap peluncur bisa dilengkapi hingga 15 laras.
Hamas disebut punya hingga 10.000 roket dari beragam jenis. Roket itu antara lain bernama Qassam, Quds, Grad/WS-1-E atau Sejil 55, M-75, Fajr dan J-80, R-160, serta M302.
Jangkauan roket terendah adalah Qassam sejauh 10 kilometer, Quds sejauh 16 kilometer, lalu berturut-turut Grad sejauh 55 kilometer dan M-75 sejauh 75 kilometer.
Roket dengan jangkauan lebih jauh adalah Fajr dengan jarak 100 kilometer dan selanjutnya R-160 sejauh 120 kilometer dan M-302 sejauh 200 kilometer. Selain itu, dalam serangan roket pada Mei 2021, Hamas juga menggunakan roket baru, Ayyash, yang berdaya jangkau hingga 250 kilometer.
Dengan segala kekuatan Goliat Israel, mereka terus melawan Daud, yakni pejuang Palestina yang berjuang demi tanah lahir dan kedaulatannya. (AFP/REUTERS)