Serangan Rudal Meningkat, Timur Tengah Makin Genting
Menlu Arab Saudi mengungkapkan kekhawatiran situasi sulit dan berbahaya mengintai Timur Tengah.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·4 menit baca
RIYADH, MINGGU — Berbagai serangan rudal di Suriah, Lebanon, Irak, dan Yaman sepanjang akhir pekan ini kian meningkatkan risiko meluasnya krisis di Timur Tengah. Banyak pihak mengkhawatirkan ketegangan yang tidak terkendali, memperhadapkan Iran dan sekutu-sekutunya melawan Israel dan Amerika Serikat.
Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan mengungkapkan kekhawatirannya soal ketegangan di Laut Merah akibat serangan kelompok Houthi dan serangan balasan oleh AS bisa lepas kendali. ”Kawasan kita sedang menghadapi situasi sulit dan berbahaya. Kami menyerukan deeskalasi,” katanya dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN yang ditayangkan pada Minggu (21/1/2024).
Pada Sabtu (20/1/2024), Iran menyatakan lima anggota Garda Revolusi tewas dalam sebuah serangan rudal di Damaskus, Suriah. Teheran menyalahkan Israel atas serangan itu. Di Lebanon, sumber keamanan setempat mengungkapkan, serangan Israel menewaskan tiga anggota kelompok Hezbollah yang didukung Iran.
Menyusul serangan itu, kelompok bersenjata yang didukung Iran menyerang pasukan koalisi Amerika Serikat di Irak dengan rudal balistik. Penggunaan rudal balistik ini menandai peningkatan serangan terhadap pasukan AS di Irak dan Suriah. Sebelumnya, serangan hanya menggunakan roket dan pesawat nirawak (drone) berteknologi rendah.
Sebagian besar proyektil berhasil dicegat oleh sistem pertahanan udara pangkalan. Namun, sisanya menimbulkan dampak. ”Beberapa rudal balistik dan roket diluncurkan oleh kelompok yang didukung Iran di Irak barat yang menargetkan Pangkalan Udara Al-Assad,” kata Pusat Komunikasi Komando Pusat AS, Centcom.
Pada hari yang sama, AS melancarkan serangan baru ke Yaman dengan target rudal antikapal milik Houthi. Rudal-rudal itu, menurut AS, diarahkan ke Laut Merah yang mengancam kapal-kapal yang melintas. Houthi menyebut, serangan mereka menyasar kapal-kapal yang berafiliasi dengan Israel dan sekutunya.
Beberapa rudal balistik dan roket diluncurkan oleh kelompok yang didukung Iran di Irak barat yang menargetkan Pangkalan Udara Al-Assad.
Pada Desember 2023, Washington mengungkap dukungan Iran kepada Houthi. Namun, dalam konferensi pers mingguan, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Nasser Kanaani, berulang kali membantah Teheran terlibat dalam serangan Houthi di Laut Merah. Juru bicara Houthi, Mohammed Abdulsalamm, juga membantah keterlibatan Iran atau Hezbollah dalam mengarahkan serangan di Laut Merah.
Houthi menyatakan, serangan tersebut sebagai bentuk dukungan kepada Hamas yang tengah menghadapi gempuran militer Israel di Jalur Gaza. Konflik di Gaza dimulai sejak 7 Oktober 2023 setelah serangan kilat Hamas ke wilayah Israel.
Israel, Sabtu (20/1/2024), masih menggempur berbagai titik di Gaza. Warga Palestina harus berhadapan dengan tank Israel saat mencoba kembali ke pinggiran timur wilayah Jabalia di Gaza di jalur utara. Pesawat-pesawat Israel menjatuhkan selebaran di wilayah Rafah mendesak warga Palestina membantu melacak lokasi sandera yang masih ditawan Hamas.
Militer Israel mengatakan, pesawat tersebut juga menyerang sekelompok orang yang dicurigai memasang bahan peledak di dekat pasukan Israel dan menembakkan rudal ke tank di Gaza utara. Dalam operasinya, mereka juga menemukan ujung terowongan jebakan sepanjang 1 kilometer di Gaza. Tentara menemukan sel-sel sempit tempat Hamas menyandera sekitar 20 orang. Tidak ada sandera di sana ketika ditemukan.
Hamas disebut-sebut sebagai bagian dari ”Poros Perlawanan”, aliansi regional yang mencakup Hezbollah di Lebanon, pemerintahan Presiden Bashar al-Assad di Suriah, kelompok milisi Syiah di Irak, dan Houthi yang menguasai sebagian besar Yaman.
Satelit
Di tengah berbagai letupan di Timur Tengah itu, pada Sabtu (20/1/2024), Iran juga menyatakan telah berhasil melakukan peluncuran satelit ke orbit tertingginya. Pihak Barat khawatir program ini dapat meningkatkan kemampuan rudal balistik Teheran.
Satelit Soraya ditempatkan pada orbit sekitar 750 kilometer di atas permukaan Bumi. Kantor berita Iran, IRNA, melaporkan, peluncuran tersebut bagian dari program luar angkasa Garda Revolusi Iran dan juga program luar angkasa sipil Iran. Satelit Soraya mengangkasa dengan roket tiga tingkat berbahan bakar padat, Qaem 100, yang dibangun Garda Revolusi.
Analisis Associated Press terhadap rekaman tersebut menunjukkan, satelit diluncurkan di landasan peluncuran di pinggiran kota Shahroud, sekitar 350 kilometer di timur ibu kota Iran, Teheran. Tiga peluncuran satelit terbaru Iran yang sukses semuanya terjadi di lokasi tersebut.
Sebelumnya, AS menyebut, peluncuran satelit Iran melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB. AS telah mengajukan permintaan ke Teheran untuk tidak melakukan aktivitas yang melibatkan rudal balistik yang mampu menghasilkan senjata nuklir. Sanksi PBB terkait program rudal balistik Iran telah berakhir pada Oktober 2023.