Jaksa Gugat TikTok dan Meta Karena Lalai Melindungi Anak dari Kekerasan Seksual
Petinggi Meta pun tidak mampu melindungi anaknya dari predator seksual yang menggunakan media sosial
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
Di Amerika Serikat, Meta dan TikTok sedang digugat secara terpisah ke pengadilan. Kali ini, tudingannya terkait perlindungan anak-anak. Bahkan, anak usaha Meta dituding mengabaikan perlindungan anak dari kejahatan seksual.
Gugatan pada Meta diajukan di New Mexico. Dalam laporan Associated Press pada Kamis (18/1/2024), Instagram dan Facebook yang dibawahkan Meta dituding tidak serius melindungi anak dari kejahatan seksual.
Sementara gugatan pada TikTok diajukan di Iowa. Dalam laporan Reuters disebutkan, TikTok dituding menyesatkan orangtua soal pembatasan akses materi tidak layak untuk anak.
Dalam dokumen gugatan Meta disebutkan, ada peringatan soal bahaya kejahatan seksual terhadap anak. Sayangnya, Meta menunda membuat kebijakan untuk mengatasi masalah itu.
Gugatan Meta dilayangkan Kepala Kejaksaan New Mexico Raul Torrez pada Desember 2023. Sebelum gugatan Torrez ada 33 gugatan sejenis di sejumlah negara bagian AS.
Karyawan Meta mencoba memberikan peringatan tentang bagaimana keputusan yang dibuat oleh eksekutif Meta membuat anak-anak menjadi sasaran dan eksploitasi seksual.
Inti gugatan adalah tudingan Meta merugikan generasi muda dan berkontribusi terhadap krisis kesehatan mental remaja. Kontribusi Meta disebut didasarkan fitur yang dirancang secara sadar dan sengaja membuat anak kecanduan media sosial.
Meta yang didirikan Mark Zuckeberg tersebut dinilai gagal melindungi pengguna muda dari unggahan yang vulgar. Pengguna muda tidak dilindungi dari unggahan terkait pelecehan seksual pada anak.
Meta juga gagal mencegah orang dewasa memanfaatkan media sosial buatan Meta untuk meminta gambar tidak patut dari anak-anak. Para pelaku pelecehan anak itu memanfaatkan fitur ”orang yang mungkin Anda kenal” di Instagram. Fitur itu bisa merekomendasikan orang asing yang tidak ada hubungan darah sama sekali dengan anak.
”Selama bertahun-tahun, karyawan Meta mencoba memberikan peringatan tentang bagaimana keputusan yang dibuat oleh eksekutif Meta membuat anak-anak menjadi sasaran dan eksploitasi seksual. Meskipun perusahaan meremehkan aktivitas ilegal dan berbahaya yang dialami anak-anak dipelantarnya, data dan presentasi internal Meta menunjukkan bahwa masalahnya sangat parah dan meluas,” demikian pernyataan Torrez.
Peringatan disampaikan karyawan ke manajemen pada 2020-2021. Sayangnya, manajemen tidak membuat kebijakan apa pun pada periode itu.
Di dokumen pengadilan, antara lain, ada risalah perbincangan karyawan Meta pada Juli 2020. Mereka membahas soal upaya orang dewasa membangun hubungan dengan anak dengan tujuan pelecehan seksual. Pola itu kerap disebut child grooming.
Bukan hanya karyawan, mitra Meta dari perusahaan lain pun mengeluhkan persoalan itu. Apple sampai berencana menghapus Instagram dari AppStore. Sebab, manajemen Apple khawatir dengan longgarnya batas usia pengguna aplikasi itu. Apple khawatir, pelantar media sosial itu dipakai anak-anak yang belum sepenuhnya paham konsekuensi media sosial.
Mantan Direktur Teknik Meta Arturo Bejar pernah membahas masalah itu di Kongres Amerika Serikat pada November 2023. Ia mengaku tidak berdaya mengatasi penyalahgunaan pelantar medsos Meta oleh predator seksual terhadap anak. Ia mengaku, anaknya dan teman anaknya berulang kali jadi korban di medsos milik Meta.
Tanggapan
Meta dilaporkan membujuk Apple untuk tidak menghapus Instagram dari AppStore. Meta berjanji mendengar keluhan Apple soal pelantar media sosialnya.
Di sisi lain, Meta berkilah soal ketiadaan pembatasan mencari teman. Fitur itu disebut untuk memberi pengalaman berselancar lebih baik di pelantar media sosial mereka.
Meta mengklaim telah menghabiskan hampir satu dekade untuk menjaga agar para pengguna muda aman saat berselancar di platform mereka. ”Keluhan dan gugatan yang muncul terjadi karena mereka menyalahartikan tindakan dan kebijakan yang kami buat dengan mencari kutipan dan dokumen yang mendukungnya,” demikian pernyataan Meta.
Meta juga menyatakan menggunakan berbagai teknologi untuk melindungi penggunanya. Perusahaan itu juga merekrut pakar perlindungan anak serta melaporkan unggahan yang dianggap membahayakan anak kepada pihak berwenang. Meta mengklaim selalu berbagi informasi kepada penegak hukum terkait upaya pemberantasan kejahatan seksual pada anak.
Meta mengaku telah memperbarui kebijakan perlindungan penggunaan. Perangkat di media sosial dirancang meningkatkan keamanan dan kenyamanan pengguna muda.
Bentuk perlindungan antara lain menyembunyikan unggahan terkait bunuh diri, gangguan makan, dan menyakiti diri sendiri. Materi itu akan disembunyikan dari lini masa pengguna muda.
Gugatan terhadap TikTok
Sementara itu, Kepala Kejaksaan Iowa Brenna Bird menggugat TikTok. Bird menuding TikTok dan induknya, ByteDance, berbohong tentang kecenderungan materi yang pantas bagi anak-anak di pelantar media sosial miliknya. Ia meminta pengadilan mendenda TikTok dan induknya.
”TikTok membuat orangtua tidak tahu apa-apa. Sudah saatnya kita menyoroti TikTok karena mengekspos anak-anak pada materi grafis yang berisi konten seksual, tindakan menyakiti diri sendiri, penggunaan obat-obatan terlarang, dan hal-hal yang lebih buruk lagi,” katanya.
Gugatan di Iowa menyusul gugatan di negara bagian lain di AS. Di Indiana, TikTok lolos dari gugatan.
TikTok mengatakan, pihaknya memiliki fitur dan kebijakan perlindungan terdepan dalam industri bagi kaum muda, termasuk kontrol orangtua dan batasan waktu bagi mereka yang berusia di bawah 18 tahun. ”Kami berkomitmen untuk mengatasi tantangan industri secara luas dan akan terus memprioritaskan keselamatan komunitas,” kata TikTok dalam pernyataannya. (AP/REUTERS)