Sandera dan Tentara yang Tewas Terus Bertambah, Kabinet Israel Terbelah
Gadi Eisenkot, anggota kabinet Israel, mendesak untuk diambil langkah-langkah penyelamatan sandera.
JERUSALEM, SELASA — Korban tewas di kalangan sandera warga Israel dan militer Israel bertambah. Kelompok Hamas melalui tayangan video, Senin (15/1/2024), memperlihatkan gambar yang mereka sebut sebagai dua jenazah sandera Israel. Jika hal itu terkonfirmasi, sudah 27 sandera tewas.
Secara terpisah, berdasarkan laporan dari medan pertempuran, Angkatan Bersenjata Israel (IDF) mengumumkan tewasnya anggota tentara cadangan, Nitzan Schessler. Ia tewas, Senin (15/1/2024), dalam pertempuran di Jalur Gaza selatan. Kini total 189 anggota militer Israel yang tewas dalam pertempuran melawan Hamas.
Seperti diberitakan media Israel, The Times of Israel, kabinet Israel terbelah mengenai cara penyelamatan sandera yang masih ditawan Hamas. Mengutip televisi Channel 12, media itu melaporkan, pernyataan Gadi Eisenkot, mantan Kepala Staf IDF yang saat ini menjabat anggota kabinet, mendesak langkah-langkah penyelamatan sandera.
”Kita harus berhenti membohongi diri sendiri, dengan memperlihatkan niat dan mengupayakan kesepakatan luas yang bisa memulangkan para sandera,” kata Eisenkot dalam pembicaraan dengan kolega para menteri, seperti diberitakan Channel 12.
”Waktu mereka semakin habis, dan hari-hari yang terus berlalu menempatkan mereka dalam bahaya,” ujarnya. ”Inilah waktu yang kritis untuk mengambil keputusan berani.”
Baca juga: 100 Hari Perang, 24.000 Jiwa Musnah di Gaza
Pandangan Eisenkot didukung oleh Ketua Partai Persatuan Nasional Benny Gantz dan Ketua Partai Shas MK Aryeh Deri. Namun, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant menolak pandangannya. Netanyahu dan Gallant bersikukuh, serangan militer ke Gaza adalah kunci untuk membebaskan sandera.
Militer Israel menyatakan tengah memeriksa tayangan video yang dirilis Hamas. Melalui video yang dikeluarkan pada Senin (15/1/2024), Hamas memperlihatkan tayangan yang mereka sebut sebagai jenazah Yossi Sharabi (53) dan Itai Svirsky (38).
Dua warga Israel tersebut sempat muncul dalam video yang dikeluarkan Hamas sehari sebelumnya, Minggu (14/1/2024). Melalui video itu, Hamas mengingatkan Israel, keduanya bisa saja tewas apabila Israel tak kunjung menghentikan serangan ke Gaza. Hamas menambahkan, pihaknya akan memberi tahu nasib ketiganya hari Senin.
Tidak diketahui, kapan gambar-gambar tayangan video itu diambil.
Hentikan kegilaan ini
Dalam video yang diunggah pada hari Senin, selain memperlihatkan dua jasad sandera, Hamas juga memperlihatkan sandera lainnya, yakni seorang mahasiswi bernama Noa Argamani (26). Dalam video, Argamani terlihat seperti membaca naskah di tembok putih di depannya.
Ia menyebut, Sharabi dan Svirsky terbunuh oleh serangan udara Israel. Akibat serangan ini pula, kata Argamani, dirinya terluka.
Hentikan kegilaan ini, kembalikan kami pada keluarga-keluarga kami, mumpung kami masih hidup. Pulangkan kami.
”Hentikan kegilaan ini, kembalikan kami kepada keluarga-keluarga kami, mumpung kami masih hidup. Pulangkan kami,” kata Argamani dalam video tersebut.
Baca juga: Refusenik, Generasi Muda Israel Penolak Perang
Media Israel, The Times of Israel, melaporkan, Juru Bicara Militer Israel (IDF) Laksamana Muda Daniel Hagari, Senin (15/1/2024), mengatakan, Hamas berbohong tentang klaim bahwa militer Israel menarget gedung yang menjadi lokasi ketiga sandera dan membunuh Svirsky.
”Svirsky tidak terbunuh dalam serangan Israel. Svirsky tidak tertembak oleh pasukan kami. Hamas berbohong,” kata Hagari.
Meski demikian, Hagari mengindikasikan adanya kemungkinan bahwa tiga sandera itu berada di dekat gedung yang menjadi sasaran serangan udara Israel sehingga ketiganya sempat berada dalam bahaya. ”Kami tidak menyerang lokasi yang diyakini ada sandera,” kata Hagari.
Hagari menjelaskan, beberapa hari lalu militer Israel sudah memperingatkan keluarga dua sandera yang meninggal itu berdasarkan data intelijen baru. Saat itu militer Israel mengkhawatirkan keselamatan keduanya.
Posisi rentan sandera
Dari video Hamas yang dikeluarkan, Senin, IDF meyakini, Argamani masih hidup. Namun, sampai saat ini belum ada penjelasan detail terkait apa yang sesungguhnya terjadi kepada ketiga sandera itu. Ketiganya adalah bagian dari 240 warga Israel yang ditangkap dan disandera Hamas dałam serangan mengejutkan ke Israel selatan pada 7 Oktober 2023.
Baca juga: Aksi Solidaritas untuk Anak-anak Palestina Lewat Ribuan Sepatu
Sekitar separuh dari sandera itu sudah dilepaskan dalam jeda untuk kemanusiaan pada November 2023. Israel mengatakan, masih ada 132 orang lainnya yang disandera Hamas dan—sebelum pengumuman terbaru Hamas—25 orang meninggal dalam penyanderaan.
Di kalangan para sandera, Argamani cukup dikenal. Saat Hamas menyerang Israel selatan, yang menewaskan sekitar 1.140 orang dan menyandera lebih dari 200 orang, Argamani tengah menonton festival musik. Ia direkam dengan video oleh penyandera saat ia dibonceng di jok belakang sepeda motor.
Dari rekaman video itu, ia tampak berteriak meminta pertolongan dan berupaya menggapai kekasihnya yang berjalan kaki di sebelahnya. Adapun Sharabi (53) dan Svirsky (35) diculik dari Kibbutz Beeri.
Pejabat Israel enggan memberikan komentar terkait video terbaru Hamas itu. Para pejabat forensik Israel menjelaskan, otopsi atas sandera yang tewas sebelumnya dan tubuhnya ditemukan, petugas mendapati penyebab kematian yang tidak sesuai dengan pernyataan Hamas yang menyebut sandera tewas akibat serangan udara.
Israel menyadari betul risiko yang mungkin terjadi atas keselamatan para sandera saat melancarkan serangan besar-besaran ke Gaza.
Pada 16 Desember 2023, militer Israel mengaku telah keliru membunuh tiga warganya yang menjadi sandera Hamas di tengah pertempuran antara Israel dan Hamas di Jalur Gaza. Ketiga sandera itu adalah Yotam Haim, Alon Lulu Shamriz, dan Samar Talalka. Ketiganya berusia 20 tahun.
Baca juga: Sebelum Ditembak Tentara Israel, Tiga Sandera Itu Lambaikan ”Bendera Putih”
Dari penyelidikan awal atas insiden tragis itu didapati bahwa ketiga sandera itu tidak memakai baju dan seorang di antaranya membawa tongkat dengan bendera putih tanda darurat. Ketiganya diperkirakan melarikan diri dari tawanan Hamas sebelum secara keliru ditembak mati oleh pasukan Israel.
Kelaparan di Gaza
Perang Hamas-Israel telah berlangsung lebih dari tiga bulan sejak 7 Oktober 2023. Sedikitnya 24.100 warga Palestina tewas, dan 61.000 orang terluka. Di sisi Israel, sekitar 1.140 orang tewas dan lebih dari 200 orang menjadi sandera.
Serangan udara Israel yang intensif di wilayah Gaza menimbulkan kehancuran masif dan membuat lebih dari dua juta warga Palestina di Gaza mengungsi. Seperempat dari warga Gaza terancam kelaparan. Mereka saat ini kekurangan bantuan makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui tiga badan utamanya memperingatkan, Gaza membutuhkan lebih banyak bantuan. Apabila bantuan tidak segera masuk, penduduk Gaza akan menderita kelaparan dan penyakit.
PBB mengingatkan, kurangnya bantuan makanan terjadi karena tiga hal, yakni minimnya pintu perbatasan yang dibuka untuk lalu lalang truk bantuan, lambannya pemeriksaan atas truk dan barang-barang yang akan masuk Gaza, dan terus berlanjutnya perang.
Badan Program Pangan Dunia (WFP), UNICEF, dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyarankan supaya pintu masuk bagi truk-truk bantuan dibuka lebih banyak. Jumlah truk pembawa bantuan setiap harinya juga perlu ditambah. Sementara para pekerja bantuan serta mereka yang mencari bantuan mesti diperbolehkan bergerak leluasa.
Baca juga: Sidang atas Tudingan Genosida Israel di Gaza Mulai Bergulir
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan, badan PBB dan para mitranya tidak dapat menyalurkan bantuan kemanusiaan secara efektif saat Gaza masih dibombardir secara masif dan terus-menerus. (AP/AFP/REUTERS/SAM)