Amerika Serikat dan Inggris, untuk pertama kali sejak perang Hamas-Israel berkecamuk, menggempur Houthi di Yaman.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
WASHINGTON, JUMAT — Militer Amerika Serikat dan Inggris, didukung beberapa negara (termasuk Bahrain), untuk pertama kalinya, Jumat (12/1/2023) dini hari waktu setempat, menggempur sejumlah lokasi kelompok Houthi di beberapa kota di Yaman. Gempuran itu dilancarkan dari jet-jet tempur, kapal perang, dan kapal selam, antara lain, dengan menembakkan rudal-rudal Tomahawk.
Beberapa pejabat AS mengungkapkan kepada kantor berita Associated Press (AP) bahwa gempuran itu merupakan balasan atas aksi-aksi Houthi menyerang kapal-kapal niaga di Laut Merah sejak perang Hamas-Israel meletus mulai 7 Oktober 2023. Houthi menyatakan, serangan mereka sebagai solidaritas atas warga Palestina di Gaza dan ditujukan pada kapal-kapal yang dinilai punya keterkaitan dengan Israel.
Washington menyebutkan, serangan pertama kali ini menyasar sejumlah pusat logistik, sistem-sistem pertahanan udara, dan gudang-gudang senjata milik Houthi. Pejabat Houthi, Abdul Qader al-Mortada, melalui media sosial X mengatakan, agresi Amerika-Zionis-Inggris menarget ibu kota Sana’a, wilayah kegubernuran Hodeida, kota Saada, dan kota Dhamar.
Presiden AS Joe Biden menyebutkan, dalam serangan tersebut AS dan Inggris mendapat dukungan dari Australia, Bahrain, Kanada, dan Belanda. ”Serangan ini merupakan balasan langsung atas serangan-serangan Houthi, yang sebelumnya tak pernah dilakukan, terhadap kapal-kapal maritim internasional di Laut Merah, termasuk menggunakan rudal balistik antikapal perang untuk pertama kali dalam sejarah,” kata Biden melalui pernyataan yang dirilis Gedung Putih.
Wartawan AP di Sana’a, ibu kota Yaman, melaporkan bahwa pada Jumat dini hari waktu setempat ia mendengar empat ledakan. Ia tidak melihat adanya pesawat-pesawat tempur saat ledakan itu terjadi.
Dua warga di Hodieda, Amin Ali Saleh dan Hani Ahmed, mengungkapkan juga mendengar lima ledakan kuat. Hodieda berlokasi di tepi Laut Merah. Di kota ini terdapat pelabuhan terbesar di Yaman yang dikuasai Houthi.
Televisi Al-Masirah milik Houthi melaporkan, sejumlah rudal menyasar pangkalan udara di dekat Sana'a, bandar-bandar udara di Taez, Hodeida, dan Abs, serta sebuah kamp militer di dekat Saada.
"Negara kami menjadi sasaran serangan agresif besar-besaran oleh kapal-kapal (perang), kapal selam, dan jet-jet tempur Amerika (Serikat) dan Inggris," kata Hussein Al-Ezzi, Wakil Menteri Luar Negeri kelompok Houthi, kepada media kelompok tersebut.
"Amerika (Serikat) dan Inggris harus siap-siap menanggung balasan besar dan memikul konsekuensi dari agresi terang-terangan ini," lanjut Ezzi.
Gempuran pertama
Gempuran ini merupakan serangan militer pertama AS dan negara-negara mitra koalisinya terhadap Houthi sebagai balasan atas aksi kelompok itu menyerang kapal-kapal niaga dengan pesawat nirawak dan misil. Serangan itu dilancarkan sepekan setelah Gedung Putih dan negara-negara mitra koalisinya mengeluarkan peringatan terakhir kepada Houthi agar menghentikan aksi-aksi mereka.
Peringatan tersebut ditanggapi dingin oleh Houthi. Pada Selasa (9/1/2024), kelompok dukungan Iran itu bahkan melancarkan serangan terbesar dengan menggelontorkan tembakan misil dan drone ke arah kapal-kapal niaga di Laut Merah. Kapal-kapal AS dan Inggris serta jet-jet tempur AS bekerja keras membendung dan menembak jatuh 18 drone, dua rudal jelajah, dan rudal antikapal.
Pada Kamis (11/1/2024), Houthi kembali menembakkan rudal antikapal ke Teluk Aden. Tembakan ini tidak mengenai kapal niaga, tetapi dapat dilihat dari kapal tersebut. Sejak 19 November 2023, Houthi telah melancarkan 27 kali serangan di Laut Merah.
Houthi menegaskan, serangan oleh AS di Yaman akan dibalas dengan aksi militer yang keras. ”Balasan terhadap serangan Amerika Serikat tidak hanya pada level operasi yang baru-baru ini dilancarkan dengan lebih dari 24 drone dan sejumlah misil,” kata Abdel Malek al-Houthi, pemimpin tertinggi Houthi. ”(Balasan) akan lebih besar daripada itu.”
Menurut Houthi, aksi-aksi mereka ditujukan untuk menghentikan serangan Israel di Jalur Gaza. Namun, belakangan target serangan mereka meluas pada kapal-kapal yang tak banyak atau tidak memiliki kaitan dengan Israel. Serangan ini mendisrupsi jalur penting perdagangan laut penghubung Asia dan Timur Tengah dengan Eropa.
Pada Rabu (10/1/2024), Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi berisi perintah kepada Houthi untuk segera menghentikan serangan di Laut Merah dan secara implisit mengecam Iran sebagai pemasok senjata kepada Houthi. Resolusi diadopsi dengan pemungutan suara dengan hasil 11 negara menyetujui, empat negara—Rusia, China, Aljazair, dan Mozambik—abstain.
Keterlibatan Inggris dan beberapa negara lainnya mengonfirmasi upaya Washington untuk melibatkan koalisi internasional dalam memerangi kelompok Houthi. Lebih dari 20 negara dilaporkan sudah bergabung dengan koalisi tersebut. (AP/AFP/REUTERS)