Pertempuran Makin Sengit, Upaya Redam Perang Israel-Hamas agar Tak Meluas Kian Sulit
Meningkatnya pertempuran mempersulit upaya diplomasi untuk meredam meluasnya perang Israel-Hamas. AS menggelar misi diplomasi dengan tujuan mencegah perang Gaza meluas menjadi konflik regional.
Oleh
IRENE SARWINDANINGRUM
·5 menit baca
JERUSALEM, SENIN — Pertempuran antara Israel dan Hezbollah dan gempuran di Gaza selatan kian sengit. Meningkatnya pertempuran ini mempersulit upaya diplomasi untuk meredam perang Israel-Hamas meluas menjadi konflik regional.
Dalam lawatannya ke Timur Tengah, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken memperingatkan, perang Gaza akan menyebar ke seluruh wilayah. Hal itu bisa terjadi apabila tidak ada upaya perdamaian bersama. ”Ini adalah konflik yang dapat dengan mudah menyebar, menyebabkan lebih banyak penderitaan,” kata Blinken kepada wartawan setelah pembicaraan di Doha, Qatar, Minggu (7/1/2024) waktu setempat.
Dalam konferensi pers bersama Perdana Menteri Qatar Mohammed bin Abdulrahman bin Jassim Al Thani, Blinken mengatakan, PBB dapat memainkan peran penting agar warga sipil yang telantar di Gaza dapat kembali ke rumah. Di sisi lain, dalam jumpa pers itu Pemerintah Qatar mengakui, pembunuhan pemimpin senior Hamas di Lebanon oleh Israel dapat menghambat upaya mediasi pembebasan sandera.
Pertempuran di perbatasan Lebanon dan Israel terus meningkat pascaseruan pemimpin Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah, untuk membalas Israel.
Saat ini, Doha masih terus memediasi upaya pembebasan sandera yang masih ditahan Hamas di Gaza. Meski terhambat oleh pertempuran yang meningkat, diskusi soal pembebasan sandera akan tetap diupayakan. Kesepakatan diupayakan dapat dicapai sesegera mungkin. Diperkirakan masih ada lebih kurang 128 sandera setelah pembebasan terakhir pada Desember 2023 lalu.
Saat ini pertempuran di perbatasan Lebanon dan Israel terus meningkat pascaseruan pemimpin Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah, untuk membalas Israel. Hezbollah menembakkan setidaknya 62 roket ke wilayah Israel pada Minggu (7/1/2024). Serangan itu merupakan yang terbesar dalam beberapa bulan terakhir. Hezbollah mengatakan serangan roket itu sebagai tanggapan awal terhadap serangan Israel yang menewaskan wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri, di Beirut, Lebanon, pekan lalu.
Militer Israel mengancam akan menggelar perang dengan Hezbollah setelah serangan itu. Menurut Israel, tembakan Hezbollah itu menghantam pangkalan kontrol lalu lintas udara yang sensitif di Gunung Meron. Akan tetapi, serangan itu tak berpengaruh karena sistem cadangan sudah langsung beroperasi. Disebutkan, tak ada tentara yang terluka dan semua kerusakan akan diperbaiki.
Pertempuran Hezbollah dan Israel merupakan dampak dari perang Israel–Hamas di Gaza. Sejak meningkatnya serangan Hezbollah, puluhan ribu warga Israel telah mengungsi dari perbatasan Lebanon-Israel. Juru bicara Angkatan Bersenjata Israel (IDF), Laksamana Muda Daniel Hagari, menegaskan, fokus Israel di perbatasan Lebanon adalah mendorong pasukan elite Radwan Hezbollah menjauh dari perbatasan.
Semakin sengitnya pertempuran di perbatasan Lebanon-Israel mempersulit diplomasi Blinken. Blinken berada di Jordania dan Qatar pada Minggu (7/1/2024) untuk memulai upaya diplomatik lima hari di Timur Tengah. Rangkaian misi diplomasi ini bertujuan mencegah perang Gaza meluas menjadi konflik regional. Dia juga dijadwalkan mengunjungi Tepi Barat dan Mesir pekan ini.
Tekan Israel
Blinken mengatakan, saat bertemu dengan para pejabat Israel, pihaknya akan menegaskan dua agenda, yaitu Israel harus melakukan upaya lebih besar untuk mencegah lebih banyak korban sipil di Gaza. Kedua, warga sipil Palestina harus diizinkan kembali ke rumah mereka. Pernyataan ini menentang seruan Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich agar warga Palestina meninggalkan Gaza.
Raja Jordania Abdullah mendorong Blinken menggunakan pengaruh Washington untuk mendesak Israel menyetujui gencatan senjata segera. Ia juga memperingatkan perihal dampak bencana dari serangan militer Israel yang terus berlanjut.
Dikutip dari Al Jazeera, Blinken juga mengecam pembunuhan jurnalis Al Jazeera, Hamza Dahdouh. Hamza merupakan putra dari Kepala Biro Al Jazeera di Gaza Wael Dahdouh. Hamzah terbunuh bersama rekan jurnalisnya, Mustafa Thuraya, dalam serangan Israel di Gaza selatan, Minggu (7/1/2024). Sebelumnya, beberapa anggota keluarga dekat Wael Dahdouh juga terbunuh dalam serangan udara Israel.
Meskipun mengecam, Blinken tidak pernah meminta pertanggungjawaban Israel atas pembunuhan jurnalis di Gaza. Bahkan, Departemen Luar Negeri AS telah mengeluarkan deklarasi darurat sebanyak dua kali dalam beberapa pekan terakhir untuk mengirimkan bom ke Israel tanpa pengawasan kongres. Dalam konferensi pers di Doha, Blinken mengatakan bahwa semua pengiriman senjata AS ke negara mana pun, termasuk Israel, dilakukan dengan syarat menghormati hukum kemanusiaan.
Sebelumnya, seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS mengatakan, dalam kunjungannya ke Timur Tengah itu, Blinken juga bertujuan menekan negara-negara Muslim di Timur Tengah agar bersiap memainkan peran dalam rekonstruksi, pemerintahan, dan keamanan Gaza jika dan ketika Israel berhasil melenyapkan Hamas.
Dalam sebuah unggahan di platform media sosial X, pejabat Hamas, Sami Abu Zuhri, menyesalkan sikap negara-negara Arab dan Islam yang belum mendukung seruan Afrika Selatan. Sebagaimana diberitakan, Afrika Selatan menginisiasi tuntutan atas Israel di Mahkamah Internasional. Afrika Selatan menuduh Israel telah melakukan genosida di Gaza.
”Kami merasa sedih karena negara-negara Arab dan Islam belum mengajukan permintaan apa pun ke Mahkamah Internasional terhadap genosida zionis di Gaza atau mendukung permintaan negara Afrika Selatan dalam hal ini. Kami berharap akan ada solusinya. Jika tidak, sikap diam ini akan menjadi mandat bagi pendudukan untuk memberantas apa yang tersisa di Gaza,” katanya.
Sejak serangan 7 Oktober 2023 oleh Hamas, perang Israel-Hamas kini telah memasuki bulan keempat. IDF mengatakan, mereka telah mengontrol Gaza utara. Mereka mengklaim telah membongkar infrastruktur militer Hamas di Gaza utara.
Sekarang mereka meningkatkan serangan ke wilayah selatan yang menjadi tempat berlindung sebagian besar dari 2,3 juta warga Palestina. Pengungsi Palestina di Gaza semakin terimpit wilayah yang semakin sempit. Mereka pun makin terancam oleh serangan udara Israel.
Pada Minggu (7/1/2024), pejabat kesehatan Palestina mengatakan, serangan Israel telah menewaskan 22.835 warga Palestina di Gaza. Dalam 24 jam terakhir—terhitung sejak Sabtu hingga Minggu pagi—serangan Israel menewaskan 111 orang dan melukai 250 orang.
Selama akhir pekan, warga melaporkan baku tembak sengit meletus di kota Khan Younis di Gaza selatan serta di distrik-distrik padat penduduk. Serangan Israel terhadap rumah-rumah di Khan Younis menewaskan 50 orang.
Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu lagi-lagi menegaskan, perang tidak akan berakhir sampai Israel mencapai tiga tujuan utama, yaitu melenyapkan Hamas, seluruh sandera Israel kembali, dan memastikan bahwa Gaza tidak menjadi ancaman bagi Israel. (AP/AFP/REUTERS)