Puluhan WNI Kehilangan Tempat Tinggal gara-gara Gempa Jepang
Di seluruh Ishikawa, masih ada 30.000 orang mengungsi selepas gempa. Mereka tinggal di aula hingga sekolah. Ada puluhan WNI di antara para pengungsi itu.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Gempa Jepang membuat 95 warga Indonesia di sana kehilangan tempat tinggal. Gempa memaksa hampir 200 warga Indonesia di Jepang mengungsi.
Duta Besar RI di Tokyo Heri Akhmadi mengatakan, Kedutaan Besar RI (KBRI) di Tokyo telah mengirimkan bantuan kepada warga Indonesia yang terdampak gempa. Tim mengirimkan bantuan pada Jumat-Sabtu kemarin. ”Disalurkan melalui simpul-simpul masyarakat di lokasi terdampak,” katanya di Tokyo, Minggu (7/1/2024).
Gempa pada Senin (1/1/2024) membuat 95 WNI di Prefektur Ishikawa kehilangan tempat tinggal. Mereka masih mengungsi sampai sekarang. Mereka tersebar di Ogi sebanyak 38 orang, Suzu 25 orang, Saikai 27 orang, dan Wajima 5 orang. Prefektur Ishikawa merupakan episentrum gempa sehingga kerusakan paling banyak terjadi di sana.
Heri mengatakan, selain itu ada 183 WNI mengungsi di Ishikawa gara-gara gempa. Hingga Sabtu malam, 170 orang sudah kembali ke tempat tinggal masing-masing. Sisanya masih di pengungsian, antara lain, karena menunggu hasil pemeriksaan otoritas terhadap keamanan tinggal mereka.
Kami juga terus berkomunikasi dengan simpul-simpul masyarakat Indonesia untuk mendata warga kita yang mungkin belum mendapat bantuan atau belum diketahui kondisinya.
Pemeriksaan itu penting untuk memastikan tidak ada korban lanjutan di lokasi terdampak gempa. Selain itu, di beberapa lokasi, proses pencarian masih terus dilakukan.
”KBRI Tokyo terus mengingatkan warga kita mengikuti arahan otoritas setempat demi keselamatan semua. Kami juga terus berkomunikasi dengan simpul-simpul masyarakat Indonesia untuk mendata warga kita yang mungkin belum mendapat bantuan atau belum diketahui kondisinya,” tutur Heri.
KBRI Tokyo mencatat 1.315 WNI tinggal di Ishikawa. Berdasarkan informasi terbaru, mayoritas WNI di Ishikawa sudah aman dan berada di tempat tinggal masing-masing. Meski demikian, mempertimbangkan saluran komunikasi di sebagian wilayah belum pulih, maka KBRI Tokyo mengantisipasi WNI yang belum terdata kondisinya hingga saat ini.
Rumah rusak
Menurut data pemerintah Prefektur Ishikawa, 1.370 rumah rusak akibat gempa. Kondisi kerusakan beragam. Di prefektur itu, kerusakan terutama dialami rumah tua dan dari kayu.
Di seluruh Ishikawa, masih ada 30.000 orang mengungsi selepas gempa. Mereka tinggal di aula hingga sekolah.
Petugas penyelamat pun masih terus mencari setidaknya 195 orang yang belum diketahui keberadaannya. Dikhawatirkan, mereka tertimbun berbagai bangunan yang rusak karena gempa.
Penyelamatan dilakukan di tengah salju, suhu dingin, dan hujan deras. Peluang para korban bertahan semakin tipis setelah sepekan terperangkap di bawah reruntuhan.
Tantangan lain penyelamatan adalah potensi infeksi dari tubuh orang atau hewan yang tewas akibat gempa. Karena itu, para penyelamat tidak hanya mengenakan pakaian yang bisa menahan suhu dingin. Mereka juga mengenakan pakaian yang bisa mengurangi potensi penularan penyakit yang dikhawatirkan muncul di lokasi gempa.
Salah seorang korban berusia lebih dari 90 tahun diselamatkan dari bawah puing di Suzu. Perempuan itu terperangkap lima hari di bawah puing. Korban kini berada di rumah sakit.
Prioritas penyelamatan
Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida menyatakan, pemerintah memprioritaskan pencarian dan pertolongan korban yang belum ditemukan. Pemerintah juga berusaha menjangkau daerah yang masih terisolasi sejak gempa. ”Prioritas pertama adalah menyelamatkan orang-orang yang tertimbun reruntuhan dan menjangkau masyarakat terpencil,” ujarnya kepada NHK.
Ia memerintahkan Pasukan Bela Diri Jepang (JDSF) mengirimkan penyelamat gabungan. Satuan penyelamat berjalan kali ke daerah terpencil. Sebagian lagi diangkut dengan helikopter.
Banyak korban di lokasi terisolasi belum mendapat bantuan. Salah satunya bernama Taiyo Matsushita yang tinggal di pinggiran Wajima, Ishikawa. Ia berjalan tiga jam, sebagian melewati lumpur, agar bisa membeli makanan dan minuman di Wajima.
Ia tidak bisa menghubungi siapa pun dari tempat tinggalnya karena saluran telekomunikasi putus. Di sekitar tempat tinggalnya hampir 30 orang belum menerima bantuan.
Ditemui Jiji Press di Wajima, ia menyebut tempat tinggalnya juga belum mendapat pasokan listrik. ”Kami ingin semua orang tahu bahwa bantuan tidak datang ke semua tempat,” ujarnya.
Memang, selepas gempa, belum semua daerah sudah kembali dipasok listrik. Pasokan air juga masih terbatas karena jaringan pipa rusak. Karena itu, ribuan anggota JDSF dan kepolisian dikerahkan mengirimkan makanan, minuman, dan obat ke lokasi terdampak gempa.
Sebagian bantuan dikirimkan ke pusat-pusat pengungsian. Sebagian lagi dikirimkan ke daerah-daerah terisolasi.
Sementara itu, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dilaporkan mengirimkan pesan dukacita dan belasungkawa ke Kishida. Kim menyatakan simpatinya ada bencana yang sedang melanda Jepang. Tidak diketahui apakah Kim menawarkan pengiriman bantuan ke Jepang atau tidak.
Juru bicara Pemerintah Jepang, Yoshimasa Hayashi, mengatakan, pemerintah Jepang berterima kasih atas semua pesan tersebut. Terakhir kali Jepang menerima pesan belasungkawa pada 1995. (AFP/REUTERS)