Pembunuhan terhadap wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri, di Lebanon memicu serangan balasan Hezbollah atas Israel. Situasi kian memanas.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
BEIRUT, SABTU — Kelompok milisi Hezbollah Lebanon tidak bisa tinggal diam. Mereka membalas serangan Israel yang menewaskan wakil pemimpin Hamas, Saleh al-Arouri, di Lebanon dengan menembakkan 62 roket ke arah pos Israel di Gunung Meron. Serangan itu dilakukan sehari setelah pemimpin Hezbollah, Sayyed Hassan Nasrallah, menyatakan Hezbollah harus membalas serangan Israel. Jika Hezbollah tidak menyerang balik, seluruh wilayah Lebanon akan rentan terhadap serangan Israel.
Hezbollah mengatakan, serangan atas pos Israel itu sebagai respons awal. ”Serangan ini merupakan respons awal atas pembunuhan terhadap pemimpin besar Sheikh Saleh al-Aruri, perlawanan Islam (Hezbollah) menargetkan pangkalan kendali udara Meron dengan 62 jenis rudal yang berbeda-beda,” sebut Hezbollah.
Pihak Israel membenarkan adanya serangan tersebut. Ada 40 roket yang diidentifikasi Israel menuju ke Meron. Sampai sejauh ini belum ada laporan mengenai korban jiwa atau kerusakan infrastruktur.
Saat serangan itu terjadi, suara sirene serangan udara berbunyi di kota-kota besar dan kecil di Israel utara serta di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel. Pihak militer mengatakan, mereka telah membalas serangan tersebut.
Baku serang itu menambah ketegangan di sepanjang perbatasan Israel-Lebanon. Menurut perhitungan kantor berita AFP, selama hampir tiga bulan terakhir baku tembak di perbatasan sudah menewaskan 175 orang di Lebanon, termasuk 129 anggota Hezbollah dan 20 warga sipil, juga tiga wartawan. Dari pihak Israel, 9 tentara dan 4 warga sipil tewas. Kondisi itu membuat kekhawatiran global pada meluasnya konflik Israel-Hamas kini terjadi.
Eskalasi lintas batas itu terjadi ketika Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken memulai tur ke Timur Tengah (Timteng). Saat diterima Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, Sabtu, di Turki, Blinken membahas isu Gaza. Selanjutnya, Blinken akan mengunjungi beberapa negara Arab, yakni Jordania, Qatar, Uni Emirat Arab, dan Arab Saudi, sebelum menuju ke Israel dan Tepi Barat dan berakhir di Mesir.
Lawatan ini menjadi kunjungan keempat Blinken ke Timteng sejak perang Israel-Hamas meletus 7 Oktober 2023 lalu. Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller menjelaskan, selama kunjungannya ke Timteng, Blinken akan berdiskusi mengenai peningkatan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
AS percaya Turki dan negara-negara lain dapat memberi pengaruh, terutama terhadap Iran dan proksinya, untuk meredam kekhawatiran akan terjadinya konflik regional. Ketakutan itu meningkat selama beberapa hari terakhir dengan adanya insiden di Laut Merah, Lebanon, Irak, dan Iran.
Selain Blinken, Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri dan Kebijakan Keamanan Joseph Borrell juga bertemu dengan para pemimpin Lebanon untuk membahas situasi di dalam dan sekitar Gaza. Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock pada Minggu dijadwalkan berkunjung ke Timteng.
Kondisi Gaza
Dalam beberapa pekan terakhir, Israel mengurangi serangan atas Gaza utara. Kini, mereka memusatkan serangan ke Gaza selatan di mana warga Palestina kian terpojok.
Kementerian Kesehatan Palestina mengatakan, selama 24 jam terakhir, tercatat 122 orang tewas. Pada Sabtu kemarin, Rumah Sakit Eropa di Khan Younis menerima 18 jenazah korban serangan udara Israel di Maan. Menurut sejumlah saksi, sebuah rumah di Maan yang saat itu disesaki sejumlah pengungsi dihantam roket. Sejak perang meletus pada 7 Oktober 2023, sebanyak 22.722 warga Gaza tewas dan 58.166 lainnya terluka.
Meskipun dikecam banyak pihak, Israel bersikukuh melanjutkan serangan di Gaza. Mereka menuding Hamas yang bertanggung jawab atas jatuhnya korban sipil karena menjadikan mereka sebagai tameng. (AP/AFP/REUTERS)