Houthi dan Turki Bereaksi Keras atas Pembunuhan Pemimpin Hamas
Houthi menembakkan rudal ke laut. Sementara Turki menangkapi dan memburu puluhan mata-mata Israel. Semua selepas Israel membunuh pemimpin Hamas di Lebanon, Saleh Al-Arouri.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
MANAMA, RABU — Pembunuhan Wakil Ketua Biro Politik Hamas Saleh Mohammed Suleiman al-Arouri (57) disikapi dengan keras oleh sejumlah pihak. Pembunuhan itu dikhawatirkan mengecilkan peluang perdamaian Israel-Hamas.
Arouri tewas di Beirut, Lebanon, pada Selasa (2/1/2024). Ia meninggal selepas serangan udara Israel. Ia bukan satu-satunya petinggi Hamas yang tewas dalam serangan itu. Israel menyerang pertemuan petinggi Hamas.
Pertemuan itu dihadiri Samir Findi Abu Amer, Azzam al-Aqra, dan Abu Ammar yang merupakan para komandan sayap-sayap militer Hamas. Mereka juga tewas dalam serangan itu.
Pemerintah Lebanon, Hezbollah, Hamas, serta Houthi di Yaman menyebut Israel bertanggung jawab atas serangan itu. Amerika Serikat, yang sudah bertahun-tahun menawarkan hadiah jutaan dollar AS kepada yang bisa membantu penangkapan Arouri, juga menyebut Israel bertanggung jawab pada serangan itu.
Menyikapi pembunuhan itu, Houthi menembakkan dua rudal antikapal pada Rabu (3/1/2023). Komando Tengah AS menyebut tidak ada kapal terkena rudal-rudal itu.
Adapun Turki menangkap 33 orang yang ditunding menjadi agen atau membantu badan intelijen luar negeri Israel, Mossad. Turki masih memburu 13 orang lain yang diyakini menjadi mata-mata Israel.
Ankara pernah mengumumkan penindakan tegas jika Israel membunuh pemimpin Hamas di Turki. Sikap serupa diumumkan Qatar.
Doha dan Ankara menyatakan hal itu setelah PM Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan Israel akan memburu dan membunuh para pemimpin Hamas selepas serangan 7 Oktober 2023. Selain Mossad, Aman yang mengurusi intelijen militer dan Shin Bet yang mengurusi keamanan dalam negeri telah menyatakan siap melakukan perburuan itu.
Agustus lalu, Arouri menyatakan sudah menanti giliran dibunuh agen Israel. ”Saya hidup sudah terlalu lama,” katanya.
Sejauh ini, sejumlah pemimpin Hamas di Gaza tewas. Mereka antara lain tiga anggota biro politik Hamas, yaitu Jamila al-Shanti, Zakaria Muammar, dan Jawad Abu Shamala. Al-Shanti merupakan janda mantan pemimpin Hamas, Abdul Azis Al-Rantisi.
Israel juga telah menewaskan Komandan Brigade Hamas di Gaza Tengah Ayman Noufal. Komandan Satuan Pengamanan Gaza Jihad Muheisen juga dilaporkan tewas di Gaza.
Banyak peran
Arouri memegang banyak peran. Ia wakil Ismail Haniyeh, pemimpin tertinggi Hamas. Ia juga menjadi pemimpin Hamas di Tepi Barat. Manuvernya memungkinkan Brigade Qassam, sayap militer Hamas, berkembang dari Gaza ke Tepi Barat.
Di Lebanon, ia jadi penghubung Hamas dengan Hezbollah. Karena itu, alih-alih di Qatar seperti Haniyeh, Arouri tinggal di Lebanon.
Ia juga bolak-balik Lebanon-Qatar. Sebab, ia menjadi perwakilan Hamas dalam perundingan dengan Israel selepas perang meletus.
Pada pertengahan Oktober 2023, ia dilaporkan bertemu Sekretaris Jenderal Hezbollah Hasan Nasrallah dan Sekjen Jihad Islam Palestina Ziad Nakhale. Pertemuan itu disebut mengoordinasikan perlawanan tiga kelompok itu terhadap Israel.
Tidak diketahui waktu pasti pertemuan itu. Hal yang jelas, beberapa pekan selepas Perang Gaza 2023 meletus, Nasrallah mengumumkan Hezbollah menahan diri. Meski demikian, Hezbollah-Israel terus baku tembak terbatas di perbatasan Israel-Lebanon.
Khawatir
Juru bicara Pasukan PBB di Lebanon (UNIFIL) Kandice Ardiel mengaku khawatir pada potensi perluasan konflik. Dampaknya pasti akan sangat buruk bagi warga.
Kepada CNN, sejumlah pejabat AS yang menolak identitasnya diungkap menyebut, pembunuhan Arouri mengecilkan peluang perdamaian. Mereka ragu Hamas mau melanjutkan perundingan selepas pembunuhan itu.
Apalagi, pembunuhan dilakukan beberapa jam setelah Hamas menanggapi usulan perdamaian dari Mesir. Hamas antara lain mengusulkan mekanisme pembebasan sandera, penarikan pasukan Israel dari Gaza, dan penghentian pertempuran.
Sementara Pemerintah Perancis mengingatkan Israel agar tidak memancing konflik di Lebanon. Israel, juga pihak-pihak di Lebanon, diimbau sekuatnya menahan diri. Lebanon pernah dijajah Perancis. (AFP/REUTERS)